Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

ChatGPT Hadirkan Fitur Kontrol Orangtua untuk Mengawasi Anak

ilustrasi logo ChatGPT. (unsplash.com/Solen Feyissa)
ilustrasi logo ChatGPT. (unsplash.com/Solen Feyissa)

Kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT kini semakin sering diandalkan sebagai teman bicara, bahkan untuk membahas masalah personal yang sensitif. Namun, kemampuannya meniru percakapan manusia layaknya teman curhat memicu kekhawatiran setelah beberapa insiden tragis. Salah satunya adalah kasus Adam Raine, seorang remaja di California yang bunuh diri setelah berbulan-bulan mendiskusikan rencananya dengan ChatGPT.

Menanggapi gugatan hukum dan sorotan tajam atas insiden tersebut, OpenAI akhirnya mengumumkan ChatGPT hadirkan fitur kontrol orangtua untuk mengawasi anak pada Selasa, (2/9/2025). Inovasi ini dirancang untuk melindungi pengguna, terutama remaja, dan mengubah cara AI merespons saat mendeteksi penggunanya sedang dalam krisis emosional. Berikut penjelasan mengenai lapisan keamanan baru dari ChatGPT.

1. ChatGPT tingkatkan keamanan untuk pengguna remaja

ilustrasi ChatGPT (unsplash.com/solenfeyissa)
ilustrasi ChatGPT (unsplash.com/solenfeyissa)

Fokus utama pembaruan keamanan ini adalah peluncuran fitur Kontrol Orang Tua atau Parental Controls. Fitur ini dihadirkan sebagai jawaban atas permintaan komunitas dan insiden keamanan yang melibatkan pengguna di bawah umur. Tujuannya untuk memberi orang tua alat untuk memastikan anak remajanya berinteraksi secara lebih aman dengan AI.

Mekanisme penggunaannya dibuat cukup praktis. Orang tua dapat menautkan akun mereka ke akun anak yang berusia minimal 13 tahun melalui sebuah undangan via email. Setelah kedua akun terhubung, orang tua akan dapat mengatur batasan-batasan penting dalam penggunaan ChatGPT oleh sang anak.

Salah satu wewenang utama yang diberikan adalah kemampuan untuk menonaktifkan fitur tertentu, seperti riwayat obrolan dan memori. Para ahli menyebut kedua fitur ini berpotensi memperkuat pola pikir berbahaya atau delusi jika AI terus-menerus memvalidasi pernyataan negatif dari pengguna. Aturan konten yang sesuai usia remaja juga akan aktif secara otomatis, dilansir Tech Crunch.

Namun, fitur yang paling menjadi sorotan adalah sistem notifikasi darurat. Sistem ini akan secara otomatis mengirimkan peringatan kepada orang tua jika AI mendeteksi anak mereka sedang berada dalam kondisi distres akut atau krisis emosional parah. Fitur ini diharapkan dapat menjadi sinyal bagi orang tua untuk melakukan intervensi di dunia nyata.

2. Percakapan yang sensitif akan dialihkan ke model yang lebih cerdas

tampilan ChatGPT. (unsplash.com/Jonathan Kemper)
tampilan ChatGPT. (unsplash.com/Jonathan Kemper)

Perlindungan baru dari OpenAI tidak hanya sebatas pengawasan. Kini, sistem ChatGPT dilengkapi router internal yang dapat mengalihkan percakapan sensitif secara otomatis ke model AI yang lebih cerdas dan berhati-hati. Model AI yang akan menangani tugas berat ini adalah GPT-5-thinking.

Berbeda dari versi standar, model ini secara khusus dirancang untuk berpikir lebih lama sebelum memberikan respons. Dilatih dengan metode "deliberative alignment," GPT-5-thinking disebut lebih patuh pada pedoman keselamatan dan lebih tahan terhadap pertanyaan-pertanyaan menjebak.

Di balik pengembangan teknologi ini, OpenAI melibatkan kolaborasi serius dengan para ahli di bidangnya. Mereka membentuk Dewan Ahli Kesejahteraan dan AI serta Jaringan Dokter Global yang beranggotakan lebih dari 250 profesional medis dari 60 negara. Para ahli inilah yang membantu mendefinisikan batasan, mengukur tingkat bahaya, dan merancang respons AI yang aman.

Semua perbaikan ini merupakan bagian dari "inisiatif 120 hari" yang dicanangkan OpenAI untuk meningkatkan keamanan platformnya. OpenAI juga mengakui bahwa sistem mereka di masa lalu pernah gagal berfungsi sebagaimana mestinya dalam situasi-situasi rentan.

3. Keluarga korban menilai langkah OpenAI belum cukup

ilustrasi logo OpenAI. (unsplash.com/Levart_Photographer)
ilustrasi logo OpenAI. (unsplash.com/Levart_Photographer)

Meski pembaruan ini terdengar menjanjikan, tidak semua pihak menyambutnya dengan tangan terbuka. Pengacara yang mewakili keluarga Raine, Jay Edelson, mengkritik langkah OpenAI dan menyebutnya tidak lebih dari sekadar taktik manajemen krisis untuk meredam berita negatif. Ia bahkan meminta agar produk ChatGPT ditarik sepenuhnya dari pasar karena terbukti berbahaya, dilansir BBC.

Sikap skeptis juga datang dari kalangan pengamat teknologi dan akademisi. Robbie Torney dari Common Sense Media menyebut fitur kontrol orang tua tak ubahnya "plester luka" yang mudah diakali oleh remaja cerdas. Sementara itu, peneliti dari Universitas Stanford, Jared Moore, mengkritik janji OpenAI yang dinilai masih terlalu kabur tanpa adanya detail teknis dan metode evaluasi yang jelas.

OpenAI sendiri bukan satu-satunya perusahaan AI yang meningkatkan keamanannya. Perusahaan raksasa lainnya seperti Meta dan Google juga telah lebih dulu menerapkan berbagai bentuk kontrol orang tua dan batasan keamanan pada produk AI mereka, terutama setelah adanya desakan regulasi.

ChatGPT hadirkan fitur kontrol orangtua untuk mengawasi anak menandai sebuah langkah yang penting dalam upaya menciptakan AI yang lebih bertanggung jawab. Walaupun begitu, perdebatan mengenai efektivitas dan celah keamanannya sepertinya masih akan terus berlanjut. Menurut kamu, apakah fitur-fitur baru ini sudah cukup untuk membuat interaksi kita dengan AI menjadi benar-benar aman?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Tech

See More

Apakah Super Island di HyperOS 3 Hanya Gimmick?

04 Sep 2025, 17:18 WIBTech