Internet Murah Dijanjikan Tahun Ini, Komdigi: Bukan Kaleng-kaleng

- Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) lelang frekuensi 1,4 GHz untuk meningkatkan kecepatan internet hingga 100 Mbps.
- Target internet cepat direncanakan bisa digunakan oleh masyarakat pada tahun ini dengan harga Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per bulan.
- Pemerintah mendorong lelang frekuensi 1,4 GHz untuk meningkatkan kualitas layanan internet fixed broadband dan efisiensi infrastruktur.
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) segera melakukan lelang frekuensi 1,4 GHz guna meningkatkan kecepatan internet hingga 100 megabyte per second (Mbps). Mereka juga berjanji untuk membanderolnya dengan harga yang terjangkau.
Keinginan ini guna meningkatkan kecepatan internet di Indonesia. Pasalnya, berdasarkan data dari Speedtest Global Index yang dirilis oleh Ookla hingga Desember 2024, kecepatan internet fixed broadband di Indonesia tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Negara kita menempati peringkat ke-9 di kawasan ASEAN dengan kecepatan unduh rata-rata 32,07 Mbps
Target tahun ini
Pelaksana tugas Direktur Penataan Spektrum Frekuensi, Radio, Orbit Satelit, dan Standardisasi Infrastruktur Digital Komdigi, Adis Alifiawan mengatakan bahwa target internet cepat ini direncanakan bisa digunakan oleh masyarakat pada tahun ini.
"Kisaran harga Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per bulan. Dengan harga segitu yang didapat enggak kaleng-kaleng, enggak yang seadanya. Kita ingin speed-nya bisa up to 100 Mbps," ujarnya.
Hal ini menjadi pembahasan dalam diskusi Selular Business Forum (SBF) "Lelang Spektrum: Lebih Cepat Mana 700 MHz & 26 GHZ atau 1,4 GHz" di Jakarta, pada Senin (09/20/2025).
Manfaatkan infrastruktur yang ada

Adis melanjutkan bahwa kecepatan internet fixed broadband di Tanah Air peringkatnya menurun di tahun lalu, dari 110 dengan kecepatan 13 Mbps di 2020, menjadi 126 dengan kecepatan 30 Mbps.
Padahal pengguna fixed broadband masih bisa terus bertumbuh karena penetrasinya masih relatif rendah, sekitar 21,31 persen rumah tangga. Kendalanya ada di harga yang masih mahal. Dengan ini pemerintah mendorong lelang frekuensi 1,4 GHz.
Setelah melakukan prosesi lelang, Komdigi akan menetapkan harga di tingkat konsumen. Operator akan cost structure untuk bisa mewujudkan internet murah.
"Hal tersebut yang membuat kita fokus untuk meningkatkan kualitas layanan internet fixed broadband. Tetapi, kita tidak akan asal lelang dan melepas segala plan kepada bisnis pemenang lelang tetapi juga harus fokus ke pelayanan umum seperti sekolah, puskesmas dan lainnya," kata Adis.
Efisiensi bisa dilakukan untuk layanan ini, dengan cara operator memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada seperti tiang listrik atau tiang telepon, sehingga tidak perlu membangun infrastruktur kembali.
Gunakan format BWA
Nantinya, layanan yang diberikan akan berada dalam format Broadband Wireless Access (BWA), yang gelarannya dianggap lebih mudah dan cepat, dengan biaya yang relatif lebih tejangkau dibandingkan fiber optic (FO).
BWA akan menjadi penghubung peningkatan layanan fixed broadband sekaligus pelengkap layanan jaringan FO. Menurut Adis, ini bisa menjadi pemantik fixed broadband di Indonesia.
Pengamat Telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo mengatakan jika BWA atau layanan internet cepat tetap nirkabel pernah ada di Indonesia dan ternyata gagal.
"Ketika akan diterapkan kembali, perlu kajian mendalam terkait BWA hingga seluruh aspek yang menjadi faktor kegagalan masa lalu. Jika pun BWA ini nantinya akan diterapkan, juga perlu memperhatikan aspek persaingan usaha yang sehat, misalnya terdapat minimal dua operator per region/wilayah. Selain itu, mempertimbangkan minimal aspek wilayah kurus dan wilayah gemuk," lanjutnya.