Pendirinya Ditahan, Telegram Akui Patuhi Aturan

- Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov ditangkap di Prancis saat meninggalkan jet pribadinya.
- Durov dianggap menjadi kaki tangan dalam perdagangan narkoba, pencucian uang, dan pornografi anak di aplikasi Telegram.
- Penangkapan Durov berpotensi memicu perdebatan tentang tanggung jawab aplikasi perpesanan terhadap pesan penggunanya.
Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov diketahui ditangkap pada Sabtu malam kemarin saat meninggalkan jet pribadinya di bandara Le Bourget Prancis.
Penangkapan Durov memicu diskusi dan spekulasi luas di media sosial, termasuk Telegram. Dalam sebuah pernyataan, aplikasi perpesanan instan itu mengatakan bahwa pihaknya “menunggu penyelesaian atas situasi ini”.
Durov dianggap kaki tangan kejahatan
Menurut jaringan televisi Prancis, TF1, Durov menghadapi surat perintah berdasarkan penyelidikan awal polisi. Pihak berwenang mengklaim bahwa kurangnya moderasi konten Telegram dan keengganan untuk bekerja sama dengan penegak hukum membuat Durov menjadi kaki tangan dalam perdagangan narkoba, pencucian uang, dan berbagi pornografi anak yang diduga terjadi di aplikasi tersebut.
Penangkapan ini kemungkinan akan memicu perdebatan lebih lanjut mengenai sejauh mana aplikasi perpesanan harus bertanggung jawab atas pesan yang dibagikan oleh penggunanya.
Dalam pernyataannya, Telegram mengatakan pihaknya mematuhi undang-undang Uni Eropa, termasuk Undang-Undang Layanan Digital dengan moderasi yang sesuai standar industri dan terus ditingkatkan.
Perusahaan juga berpendapat bahwa tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa suatu platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut.
Pembungkaman kebebasan berbicara

Mengutip dari situs New York Times, George Lobushkin, mantan sekretaris pers untuk Durov, menulis ini adalah serangan mengerikan terhadap kebebasan berbicara di seluruh dunia.
Penangkapan Durov berisiko meningkatkan ketegangan dengan Rusia. Vladislav Davankov, wakil ketua Duma Negara, sebuah majelis di Parlemen Rusia, menyerukan pembebasan Durov.
Ia mengatakan bahwa penangkapan tersebut bisa jadi merupakan upaya untuk mendapatkan akses ke informasi yang dimiliki oleh Telegram dan “tidak dapat dibiarkan”.
Pihak berwenang Prancis mungkin akan mencoba memaksa Telegram untuk membagikan informasi kepada mereka tentang saluran kriminal. Misalnya yang digunakan untuk menjual senjata api atau mengoordinasikan serangan teroris.
Langkah seperti itu dapat menguji klaim Telegram kepada penggunanya bahwa Telegram secara ketat menjaga informasi mereka.
Popularitas Telegram
Durov yang berkewarganegaraan Rusia meninggalkan Rusia pada 2014 setelah ia kehilangan kendali atas Vkontakte, saingan Facebook di Rusia. Setahun sebelumnya, ia telah mendirikan Telegram sebagai aplikasi tanpa sensor dan rahasia untuk berkomunikasi. Perusahaan ini sekarang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Pria berusia 39 tahun itu memiliki kewarganegaraan Prancis dan UEA.
Telegram berfungsi sebagai aplikasi perpesanan standar, seperti iMessage atau WhatsApp, tetapi juga menjadi tuan rumah bagi saluran dan grup tempat sejumlah besar orang dapat menyiarkan ide dan berkomunikasi.
Popularitas Telegram sebagian berakar pada langkah yang diambilnya untuk memungkinkan hosting grup obrolan besar hingga 200.000 orang, pada saat media sosial lain, seperti WhatsApp, mengambil langkah untuk mengurangi ukuran grup dalam upaya memerangi disinformasi.
Fungsi-fungsi lainnya termasuk berbagi file besar. Platform juga tidak punya batasan dalam berbagi tautan dan bot yang dapat berinteraksi dengan pengguna di dalam saluran, membantu menjadikannya alat yang ampuh untuk organisasi dan koordinasi sosial.
Kemampuan-kemampuan tersebut, dikombinasikan dengan moderasi minimal aplikasi, menjadikannya tempat berlindung bagi individu dan kelompok yang dilarang dari platform lain seperti Twitter dan Facebook.