Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

The New York Times Gugat OpenAI dan Microsoft Terkait Hak Cipta

ChatGPT (pexels.com/Sanket Mishra)

The New York Times menggugat OpenAI dan Microsoft atas dugaan pelanggaran hak cipta. Peristiwa ini membuka pertarungan hukum atas pelanggaran karya media yang digunakan untuk melatih teknologi kecerdasan buatan (AI/artificial Intelligence).

The New York Times merupakan organisasi media besar Amerika pertama yang menuntut pencipta ChatGPT dan platform AI populer lainnya, atas masalah hak cipta yang terkait dengan karya tulisnya, melansir dari situs The New York Times.

Rugi miliaran dolar

GPT-4 (dok. OpenAI)

Gugatan yang diajukan di Pengadilan Distrik Federal di Manhattan menyatakan bahwa jutaan artikel yang diterbitkan oleh The New York Times digunakan untuk melatih chatbot otomatis, yang kini bersaing dengan outlet berita sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya.

Meski tidak mencakup permintaan ganti rugi, namun dikatakan bahwa para terdakwa harus bertanggung jawab atas kerugian miliaran dolar berdasarkan undang-undang dan kerugian aktual terkait dengan penyalinan dan penggunaan karya-karya The New York Times.

Mereka juga menyerukan OpenAI untuk menghancurkan model chatbot dan data pelatihan apa pun yang menggunakan materi berhak cipta dari The New York Times.

Dalam pengaduannya, Penggugat mengatakan bahwa pihaknya mendekati Microsoft dan OpenAI pada bulan April untuk menyampaikan kekhawatiran tentang penggunaan kekayaan intelektualnya dan menjajaki resolusi damai yang mungkin melibatkan perjanjian komersial dan solusi teknologi seputar produk AI generatif.

Juru bicara OpenAI, Lindsey Held, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa OpenAI sudah menjalin pembicaraan yang konstruktif bersama The New York Times. Oleh karena itu, mereka justru terkejut serta kecewa dengan gugatan tersebut.

“Kami menghormati hak pembuat dan pemilik konten dan berkomitmen untuk bekerja sama dengan mereka guna memastikan perusahaan mendapatkan manfaat dari teknologi AI dan model pendapatan baru,” kata Held. 

Perusahaan yang didirikan Sam Altman ini berharap dapat menemukan cara yang saling menguntungkan untuk bekerja sama, seperti yang mereka lakukan dengan banyak penerbit lainnya.

Gugatan tersebut dapat menguji aturan hukum yang muncul dari teknologi AI generatif dan dapat membawa implikasi besar bagi industri berita.

OpenAI panen pendanaan

The New York Times adalah salah satu dari sejumlah kecil media yang berhasil membangun model bisnis dari jurnalisme online. Sementara itu masih ada puluhan surat kabar dan majalah tertatih-tatih karena migrasi pembacanya ke internet.

Pada saat yang sama, OpenAI dan perusahaan teknologi AI lainnya –yang menggunakan beragam teks online, mulai dari artikel surat kabar, puisi, skenario, untuk melatih chatbot– menarik pendanaan miliaran dolar.

OpenAI kini mendapat pendanaan oleh investor lebih dari USD 80 miliar. Microsoft sendiri telah berkomitmen sebesar USD 13 miliar untuk OpenAI dan telah memasukkan teknologi perusahaan tersebut ke dalam mesin pencari Bing miliknya.

“Para tergugat berusaha untuk memanfaatkan investasi besar-besaran The New York Times dalam jurnalismenya dengan menggunakan konten The New York Times tanpa bayaran untuk menciptakan produk yang menggantikan The New York Times dan mencuri perhatian pemirsa," isi gugatan tersebut.

Kekhawatiran mengenai penggunaan kekayaan intelektual tanpa kompensasi oleh sistem AI telah menjalar ke industri kreatif, mengingat kemampuan teknologi tersebut untuk meniru bahasa alami dan menghasilkan respons tertulis yang canggih terhadap hampir semua permintaan.

Khawatir menurunnya lalu lintas web

ilustrasi aplikasi ChatGPT (dok. OpenAI)

Batasan undang-undang hak cipta sering kali mendapat perhatian baru pada saat perubahan teknologi –seperti munculnya siaran radio atau program berbagi file digital seperti Napster– dan penggunaan AI menjadi batasan terbaru.

Microsoft sebelumnya telah mengakui potensi masalah hak cipta atas produk AI-nya. Pada bulan September, perusahaan mengumumkan bahwa jika pelanggan yang menggunakan alat AI kemudian terkena keluhan hak cipta, perusahaan akan mengganti kerugian dan menanggung biaya hukum terkait.

Selain berupaya melindungi kekayaan intelektual, gugatan The New York Times juga menjadikan ChatGPT dan sistem AI lainnya sebagai pesaing potensial dalam bisnis berita.

Saat chatbot ditanya tentang peristiwa terkini atau topik lain yang layak diberitakan, mereka dapat memberikan jawaban yang mengandalkan jurnalisme The New York Times. 

Surat kabar tersebut mengungkapkan kekhawatiran bahwa pembaca akan puas hanya dari tanggapan chatbot dan menolak mengunjungi situs web The New York Times, sehingga mengurangi lalu lintas web yang seharusnya dapat diubah menjadi pendapatan iklan dan langganan pelanggan.

Gugatan tersebut juga menyoroti potensi kerusakan pada merek melalui apa yang disebut 'halusinasi AI', sebuah fenomena di mana chatbot memasukkan informasi palsu yang kemudian secara salah dikaitkan dengan sumbernya.

Keluhan tersebut mengutip beberapa kasus di mana Bing Chat Microsoft memberikan informasi yang salah yang dikatakan berasal dari The New York Times, termasuk hasil untuk '15 makanan paling menyehatkan jantung' di mana 12 di antaranya tidak disebutkan dalam artikel di surat kabar tersebut.

The New York Times telah mempertahankan firma hukum Susman Godfrey dan Rothwell, Figg, Ernst & Manbeck sebagai penasihat luar untuk litigasi tersebut. Susman mewakili Dominion Voting Systems dalam kasus pencemaran nama baik terhadap Fox News, yang menghasilkan penyelesaian USD 787,5 juta pada bulan April.

Dia juga mengajukan gugatan class action bulan lalu terhadap Microsoft dan OpenAI atas nama penulis non-fiksi, di mana buku dan materi hak cipta lainnya digunakan untuk melatih chatbot perusahaan tersebut.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Misrohatun H
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us