Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Festival Musim Gugur Paling Meriah di Dunia, Tertarik Ikutan?

perayaan Día de los Muertos di Mexico
perayaan Día de los Muertos di Mexico (unsplash.com/David Nieto)

Musim gugur menjadi waktu bagi berbagai negara untuk merayakan tradisi budaya yang sarat makna. Di berbagai belahan dunia, festival-festival musim gugur dirayakan dengan cara yang unik, mulai dari pesta panen, festival cahaya, hingga penghormatan kepada leluhur. Setiap festival mencerminkan nilai-nilai kehidupan, rasa syukur serta ikatan keluarga dan spiritual yang mendalam. Berikut ini enam festival musim gugur unik dari berbagai negara di dunia.

1. Oktoberfest, Jerman

Oktoberfest di Jerman
Oktoberfest di Jerman (unsplash.com/Walter Martin)

Salah satu festival musim gugur paling terkenal di dunia adalah Oktoberfest yang digelar setiap tahun di Munchen, Jerman, pada akhir September hingga awal Oktober. Awalnya Oktoberfest diselenggarakan pada 1810 untuk merayakan pernikahan Putra Mahkota Ludwig. Akan tetapi kini Oktoberfest telah menjadi ajang budaya yang meriah dengan musik Bavaria, tarian tradisional, parade dan tenda-tenda bir raksasa.

Pengunjung bisa menikmati bir khas Munchen, berbagai hidangan Jerman seperti bratwurst dan pretzel, serta suasana pasar malam yang ramai dan menyenangkan. Oktoberfest dirayakan oleh jutaan orang dari wisatawan lokal hingga mancanegara setiap tahunnya. Festival ini menjadi pengalaman musim gugur yang tak terlupakan di Eropa.

2. Mid-Autumn atau Moon Festival, Cina

kue bulan
kue bulan (unsplash.com/Elaine Kong)

Mid-Autumn Festival atau yang dikenal sebagai Moon Festival adalah salah satu perayaan tradisional paling penting di Tiongkok, Vietnam, Korea dan negara-negara Asia Timur lainnya. Dirayakan pada tanggal 15 bulan 8 kalender Lunar (biasanya September atau Oktober), festival ini menandai akhir musim panen. Festival ini juga menjadi momen berkumpul keluarga untuk merayakan persatuan, kelimpahan dan kemakmuran.

Selama festival, orang-orang menikmati kue bulan, yaitu kue kering manis berisi kacang merah sambil menikmati pemandangan bulan purnama yang terang. Suasana kian meriah dengan parade lentera, tarian naga dan berbagai tradisi lokal yang menambah kehangatan dan keceriaan musim gugur di Asia Timur.

3. Día de los Muertos, Mexico

perayaan Día de los Muertos di Mexico
perayaan Día de los Muertos di Mexico (unsplash.com/David Nieto)

Di Meksiko, Día de los Muertos atau Day of the Dead dirayakan setiap tanggal 31 Oktober hingga 2 November untuk menghormati orang-orang terkasih yang telah meninggal dunia. Festival ini memadukan tradisi pra-Hispanik dan Katolik, di mana keluarga membuat altar yang dihiasi foto, lilin, bunga marigold, serta makanan dan minuman sebagai persembahan bagi roh yang "berkunjung".

Suasana perayaan festival ini sangat meriah dan penuh warna, jauh dari kesan menyeramkan seperti Halloween. Di jalanan kota Mexico, Oaxaca dan Pulau Janitzio, pengunjung bisa menyaksikan parade, musik, tarian, wajah yang dilukis artistik, serta kostum berwarna-warni. Día de los Muertos menjadi momen untuk mengenang, merayakan dan bersuka cita bersama keluarga sambil menikmati budaya dan tradisi Meksiko yang kaya.

4. Loy Krathong, Thailand

ilustrasi destinasi wisata Thailand
ilustrasi destinasi wisata Thailand (pexels.com/Pixabay)

Setiap musim gugur, Thailand merayakan Festival Loy Krathong yang biasanya jatuh pada November saat bulan purnama ke-12 kalender Lunar. Festival ini ditandai dengan tradisi mengapungkan krathong, yaitu rakit kecil dari daun pisang yang dihiasi bunga, lilin dan dupa di sungai atau kanal. Pelepasan krathong melambangkan harapan untuk keberuntungan, awal yang baru dan rasa syukur kepada Dewi Air, Khongkha.

Selain ritual krathong, pengunjung dapat menikmati suasana malam yang indah di Chiang Mai atau kota-kota lainnya. Kota akan diwarnai ribuan lentera merah yang terbang ke langit, pertunjukan musik hingga kembang api. Festival ini memadukan tradisi, keindahan visual dan keceriaan sehingga menjadikannya salah satu festival musim gugur paling memukau di Asia.

5. Diwali, India

perayaan Diwali di India
perayaan Diwali di India (unsplash.com/Tanusree Mitra)

Diwali atau dikenal sebagai Festival Cahaya adalah salah satu perayaan terbesar di India yang berlangsung selama lima hari pada bulan Oktober atau November. Selama festival ini, rumah-rumah dan jalanan dihiasi deretan lampu minyak kecil, lilin dan lentera warna-warni yang melambangkan kemenangan cahaya atas kegelapan. Tak hanya umat Hindu, masyarakat dari berbagai latar agama turut meramaikan perayaan ini dengan pesta kembang api, dekorasi rangoli serta sajian manis khas India seperti mithai.

Diwali sarat makna spiritual karena memperingati kembalinya Rama ke Ayodhya setelah mengalahkan Rahwana. Selain itu juga perayaan untuk menghormati Dewi Lakshmi dan Dewa Ganesha. Suasana yang hangat, penuh cahaya dan tawa menjadikan Diwali bukan sekadar festival keagamaan, tetapi juga momen persatuan dan kebahagiaan yang menerangi seluruh India.

6. Chuseok, Korea Selatan

ilustrasi hidangan perayaan Chuseok
ilustrasi hidangan perayaan Chuseok (wikimedia.org)

Chuseok adalah salah satu festival terbesar di Korea Selatan yang dirayakan pada tanggal 15 bulan 8 menurut kalender Lunar. Biasanya jatuh di akhir September atau awal Oktober. Festival ini menjadi momen penting bagi keluarga untuk berkumpul dan bersyukur atas hasil panen. Orang Korea Selatan juga merayakannya dengan mengadakan charye, sebuah upacara peringatan yang diadakan untuk menghormati leluhur.

Selama Chuseok berlangsung, masyarakat menikmati hidangan khas seperti songpyeon yaitu kue beras isi kacang atau wijen dan jeon semacam kue panekuk yang gurih. Selain makan bersama, mereka juga memainkan permainan tradisional seperti yut nori dan menikmati tarian rakyat. Chuseok menjadi simbol kehangatan keluarga dan tradisi yang tetap hidup di tengah modernitas masyarakat Korea Selatan.

Dari Korea hingga Meksiko, setiap festival musim gugur menghadirkan warna, cita rasa dan kisah yang berbeda. Namun setiap perayaan memiliki benang merah yang sama yaitu rasa syukur dan kebersamaan. Bagi para wisatawan, menghadiri festival-festival ini bukan sekadar perjalanan budaya, tetapi juga pengalaman menyentuh hati yang mengingatkan kita akan pentingnya merayakan hidup, tradisi dan hubungan antar manusia di setiap musim yang berganti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us

Latest in Travel

See More

4 Tips Memasang Tenda Sendiri dengan Cepat dan Benar

19 Okt 2025, 11:20 WIBTravel