Kalau Kamu Anak Probolinggo, Pasti Paham Sama Hal Ini

Probolinggo. Salah satu kota yang berada di Jawa Timur ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung dengan berbagai kultur budayanya. Termasuk salah satunya, wisata alam yang selalu menarik minat orang di berbagai penjuru Indonesia. Nah, bagi kamu anak probolinggo, kamu pasti paham hal-hal ini. Hayoo, ngaku deh.
1. Bahasa yang campur aduk, bahkan didominasi bahasa Madura.

Ini adalah hal yang krusial. Jangan kaget jika kamu berkunjung ke Probolinggo, kamu seakan menemukan komunitas Madura. Mulai bahasa Jawa ala Jawa Timur-an, bahasa Indonesia yang dicampur-campur sampe bahasa Madura. Ketiga bahasa tersebut sudah menjadi ciri khas kalau sudah bicara sama orang Probolinggo. Belum lagi logatnya yang khas.
2. Penyebutan kota yang selalu salah. Probolinggo? Bukannya Purbalingga ya?

Please deh sodara-sodara. Probolinggo itu di Jawa Timur. Sedangkan Purbalingga itu Jawa Tengah. Perbedaaan antara vokal a dan o itu bedah jauh. Probolinggo, not Purbalingga.
3. Memang gunung Bromo itu milik Probolingo? bukannya kawasan Pasuruan? #nangisdalamhati

Kawasan gunung Bromo berada di kawasan Sukapura, yang masuk dalam wilayah kecamatan Probolinggo. Karena wilayah Gunung Bromo mencakup perbatasan di tiga wilayah, yakni Probolinggo, Malang dan Pasuruan. Hal ini menyebabkan para wisatawan yang mengenal kawasan gunung Bromo gagal paham kalau Bromo itu memang milik Probolinggo.
4. Punya stasiun yang 'tua' banget.

Stasiun Probolinggo merupakan peninggalan kolonial Belanda. Bangunannya pun masih terjaga dengan desain arsitektur ala Eropa.
5. Percaya atau nggak kamu akan menemui suku Aboge disini.

Aboge merupakan singkatan dari aliran rebo wage (kalau dalam bahasa Indonesia aliran rab-wage). Biasanya suku ini bermukim di kecamatan Dringu-Probolinggo. Ciri khasnya adalah mereka suka Idul Fitri belakangan pas lebaran.
6. Atau mungkin suku Tengger, penduduk asli di kaki gunung Bromo.

Penduduk asli di kaki gunung Bromo yang hingga saat ini terjaga kelestariannya. Biasanya mereka mengadakan kasada atau kasodo sebagai bentuk persembahan mereka saat bulan purnama. Suku Tengger ini didominasi oleh masyarakatnya yang beragama Hindu.
7. Kawasan B-29, sang negeri di atas awan.
Sempat menjadi polemik antara Probolinggo dan Lumajang, terkait kepemilikian 'negeri di atas awan' ini. Tapi dengan adanya pasal 2 ayat 15 Permendagri Nomor 45 tahun 2012. Pilar Acuan Batas Utama (PABU) kini, kawasan B-29 resmi menjadi milik Probolinggo.
8. Punya pembangkit listrik terbesar (Jawa Power) di Pulau Jawa-Bali yang berada di Paiton.

Bahkan kalau pembangkit ini nggak berfungsi normal, seluruh listrik di pulau Jawa dan Bali akan padam seketika!
9. Air terjun Madakaripura, tempat bertapa Patih Gajah Mada bertapa.

Keindahan air terjun yang cukup deras dan tinggi serta kolam yang kedalamnya mencapai tujuh meter membuat kamu merasakan sensasi yang berbeda di air terjun Madakaripura. Kalau kamu berkunjung ke sini sempatkan untuk berkunjung ke gua di balik air terjun karena di tempat inilah Patih Gajah Mada bersemedi.
10. Masyarakatnya sebagian besar terobsesi menjadi PNS, meskipun mata pencaharian terbesar adalah petani.

Ini fakta. Entah mengapa alasannya, masyarakatnya pada berbondong-bondong untuk menjadi PNS. Mungkin karena iming-iming jaminan masa tua yang bisa dikatakan menjanjikan yaa. Padahal potensi pertanian di Probolinggo itu menunjang banget.
11. Punya bupati yang cantik.

Gak percaya? Ini buktinya, namanya Hj. Tantri Hasan Aminuddin.
12. Punya gereja yang merah banget.

Gereja ini juga termasuk salah satu peninggalan kolonial Belanda. Berdiri sejak tahun 1862. Tua banget bukan? Bahkan gereja tersebut masuk dalam cagar budaya. Bangunannya berwarna merah menyala, sehingga penduduk sekitar menyebutnya dengan nama Gereja Merah. Dindingnya pun berbahan dasar baja tebal persis seperti dinding kontainer (peti kemas). Benar-benar antik!
Probolinggo banget deh!