Mengapa Banyak Turis Indonesia Dideportasi dari Jeju?

Pulau Jeju di Korea Selatan menjadi salah satu destinasi impian banyak wisatawan Indonesia. Pantai-pantai cantik, tebing batu vulkanik, kafe-kafe estetik, hingga taman-taman yang tenang menjadikannya tempat yang nyaman untuk liburan. Apalagi, sejak beberapa tahun lalu, pemerintah Korea Selatan memberikan fasilitas bebas visa untuk pemegang paspor dari berbagai negara, termasuk Indonesia, yang hendak berkunjung ke Jeju.
Namun, justru kemudahan ini terkadang menimbulkan masalah baru. Tak sedikit kabar beredar dari berbagai media sosial yang menunjukkan sejumlah turis Indonesia mengalami penolakan masuk dan dideportasi saat tiba di Bandara Internasional Jeju.
Banyak yang mengira hal ini terjadi secara mendadak dan tanpa alasan jelas. Padahal, otoritas imigrasi Korea Selatan menerapkan aturan ketat untuk mencegah penyalahgunaan izin masuk.
Lantas, apa saja faktor atau alasan yang membuat banyak turis Indonesia dideportasi dari Jeju? Simak penjelasannya di bawah ini sebagai panduan sebelum kamu memutuskan liburan ke pulau tersebut!
1. Informasi tentang bebas visa ke Jeju
Sebelum membahas lebih jauh tentang alasan banyaknya turis Indonesia dideportasi dari Jeju, kamu harus memahami dulu tentang kebijakan bebas visa ke pulau ini. Jeju merupakan salah satu wilayah di Korea Selatan yang memiliki otonomi khusus, sehingga kebijakannya tidak selalu mengacu pada pemerintah pusat. Tak terkecuali tentang layanan bebas visa selama 30 hari.
Wisatawan dari berbagai negara bisa masuk ke Jeju dengan syarat mengambil penerbangan langsung menuju ke Jeju tanpa transit ke wilayah lain di Korea Selatan. Misalnya kamu berangkat dari Singapura atau Hong Kong langsung ke Jeju, tanpa transit di Seoul atau Busan.
JIka kamu transit ke wilayah lain di Korea Selatan, maka kebijakan bebas visa ini tidak berlaku. Setibanya di Jeju, wisatawan harus mengisi arrival card secara detail dan jelas.
2. Kecurigaan akan tujuan kedatangan wisatawan di Pulau Jeju

Meskipun bebas visa, turis yang masuk ke Pulau Jeju harus bisa menunjukkan bahwa tujuan mereka ke pulau ini adalah murni liburan atau berwisata. Jika tidak bisa membuktikan dan membuat petugas imigrasi merasa ragu atau menemukan gerak-gerik mencurigakan, mereka berhak menolak masuk.
Misalnya wisatawan tidak dapat menunjukkan bukti akomodasi, belum membeli tiket kembali, tidak ada itinerary perjalanan yang jelas, serta tidak bisa menjawab wawancara dengan pihak Imigrasi dengan konsisten, maka kemungkinan besar kamu akan ditolak masuk.
Dalam beberapa kasus, banyak orang yang masuk ke Jeju dengan memanfaatkan kebijakan gratis visa ini, tetapi malah berujung kerja secara ilegal dan menyelundup masuk ke wilayah lain di Korea Selatan. Jadi, sudah menjadi tugas utama Imigrasi untuk mencari tahu orang yang datang ke sana benar-benar untuk liburan, bukan untuk bekerja.
3. Tidak memiliki bukti finansial yang memadai
Imigrasi Jeju juga akan memeriksa dan menilai kesiapan finansial semua wisatawan yang masuk ke sana. Jika pengunjung tidak dapat membuktikan bahwa mereka mampu menanggung biaya selama liburan, petugas dapat menolaknya untuk masuk. Biasanya, wisatawan diminta menunjukkan bukti rekening tabungan, kartu kredit, atau bukti pembayaran hotel dan tiket pulang.
Hal ini dilakukan untuk memastikan turis tidak akan mengalami kesulitan finansial saat berada di Korea atau malah mencari pekerjaan secara ilegal. Oleh karena itu, meski Jeju bebas visa, dokumen pendukung dan bukti kemampuan finansial tetap penting untuk dibawa dalam bentuk tercetak (di-print).
4. Itinerary perjalanan yang kurang jelas

Selain bukti finansial, hal yang sering jadi batu sandungan wisatawan Indonesia saat liburan ke Jeju tanpa visa adalah tidak dapat menunjukkan itinerary perjalanan yang jelas. Perencanaan perjalanan ini sangat penting untuk menilai apakah kamu benar-benar liburan atau hendak melakukan hal lain di Jeju.
Kamu bisa menyusunnya jauh-jauh hari sebelum berangkat. Tulis jumlah hari kunjungan, apa saja yang hendak kamu lakukan, tempat apa saja yang mau dikunjungi, nama hotel tempat menginap, dan sebagainya. Itinerary ini juga sebaiknya dicetak, sehingga memudahkan petugas Imigrasi untuk mengeceknya.
Selain itu, kamu juga harus menunjukkan nomor telepon dan alamat akomodasi yang benar. Sebab, banyak kasus penolakan terjadi karena hotel yang dipesan berupa nama palsu atau fiktif (dalam kasus tenaga kerja ilegal, hal ini bertujuan untuk mengelabuhi petugas).
5. Riwayat perjalanan atau catatan Imigrasi yang buruk
Saat melihat paspormu, petugas juga bisa menilai riwayat perjalananmu selama ini. Jika pernah melanggar aturan keimigrasian di negara lain, seperti overstay, pelanggaran visa (visa liburan untuk kerja), atau bahkan pernah dideportasi, hal itu dapat terdeteksi pihak Imigrasi. Rekam jejak ini bisa menjadi alasan kuat untuk menolak langsung di pintu masuk.
Bahkan, kunjungan sebelumnya ke wilayah lain di Korea Selatan juga dapat menjadi bahan pertimbangan. Misalnya kamu pernah overstay, mendapatkan peringatan dari petugas, atau memiliki pola perjalanan yang dianggap mencurigakan.
Beberapa travel vlogger menyarankan, agar paspor yang digunakan untuk masuk ke Jeju masih berlaku selama enam bulan ke depan dan sebaiknya jangan dalam keadaan kosong. Setidaknya, kamu pernah berkunjung ke beberapa negara dan ada cap paspornya. Hal ini menunjukkan bahwa kamu memang pernah berkunjung dengan "aman" ke negara lain.
Bebas visa bukan berarti bebas prosedur Imigrasi. Selama kamu mempersiapkan dokumen dengan baik, memiliki niat murni berwisata, dan bisa menjawab pertanyaan dengan jelas, liburanmu ke Jeju seharusnya berjalan lancar tanpa hambatan. Selamat merencanakan liburan!


















