Raja Ampat Jadi Cagar Biosfer UNESCO, Apa Artinya?

Raja Ampat yang terletak di Papua Barat dikenal sebagai salah satu destinasi wisata paling populer di Indonesia. Kepulauan ini menawarkan pesona laut biru jernih, gugusan pulau karst yang menawan, hingga keanekaragaman biota laut yang tak tertandingi. Gak heran kalau banyak wisatawan lokal maupun mancanegara rela menempuh perjalanan jauh untuk bisa menikmati salah satu spot diving terbaik di dunia.
Setelah ditetapkan sebagai Global Geopark UNESCO pada 2023, Raja Ampat kini kembali meraih prestasi dengan diakui sebagai Cagar Biosfer UNESCO. Pencapaian ini menjadi bukti betapa pentingnya Raja Ampat, bukan hanya untuk Indonesia, tetapi juga untuk dunia.
Hali ini membuktikan bahwa kawasan Raja Ampat tidak hanya indah, tetapi juga memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem bumi. Yuk, simak lebih lanjut soal status baru Raja Ampat ini!
1. Raja Ampat kini memiliki status ganda
Setelah meraih status global geopark, kini Raja Ampat resmi menjadi cagar biosfer. Dengan dua status ini, Raja Ampat masuk ke jajaran kawasan dunia yang meraih status ganda UNESCO, yang jumlahnya sangat terbatas.
Status ini menegaskan bahwa Raja Ampat bukan hanya warisan geologi yang luar biasa, tetapi juga rumah bagi keanekaragaman hayati. Kawasan ini menjadi contoh nyata bagaimana konservasi, sains, pengetahuan lokal, dan pembangunan berkelanjutan bisa berjalan berdampingan demi kelestarian lingkungan, sekaligus kesejahteraan masyarakatnya.
2. Ada sembilan kawasan konservasi

Di Raja Ampat, ada sembilan kawasan konservasi yang dikelola secara kolaboratif oleh masyarakat adat, pemerintah daerah dan pusat, organisasi nonpemerintah, akademisi, hingga pemangku kepentingan lain. Kesembilan kawasan inilah yang menjadi inti dari Cagar Biosfer Raja Ampat.
Cagar Biosfer Raja Ampat mencakup area sekitar 135.000 kilometer persegi dengan lebih dari 610 pulau, di mana hanya 34 pulau yang berpenghuni. Terletak di jantung Segitiga Terumbu Karang, kawasan ini menjadi pusat keanekaragaman laut dunia.
Bayangkan saja, lebih dari 75 persen spesies karang di dunia ada di sini. Termasuk lebih dari 1.320 spesies ikan terumbu karang dan lima jenis penyu langka, seperti penyu sisik. Tak hanya itu, sekitar 60 persen terumbu karang di Raja Ampat juga masih dalam kondisi baik hingga sangat baik. Ini menjadi pencapaian langka di tengah ancaman kerusakan laut global.
3. Apa itu cagar biosfer?

Berbeda dengan taman nasional, cagar biosfer memiliki peran lebih luas sebagai laboratorium hidup. Di dalamnya, masyarakat, ilmuwan, dan pemerintah bekerja sama dalam tiga aspek utama. Mulai dari melindungi keanekaragaman hayati serta ekosistemnya, mendorong pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan, serta memperkuat riset, pendidikan, hingga pertukaran pengetahuan.
Di tengah krisis iklim global dan ancaman kepunahan spesies, cagar biosfer hadir sebagai solusi untuk menyeimbangkan alam dan kebutuhan manusia. Hingga kini, UNESCO mencatat ada 759 Cagar Biosfer di 130 negara, mencakup lebih dari 5 persen daratan bumi, dan menjadi rumah bagi sekitar 275 juta penduduk.
Dengan pengakuan UNESCO ini, Raja Ampat diharapkan bisa menjadi contoh dunia dalam menjaga keanekaragaman hayati. Selain itu, bisa memperkuat ketahanan iklim, sekaligus melestarikan warisan budaya masyarakat adat yang hidup berdampingan dengan alam.
Status baru Raja Ampat ini bukan cuma membanggakan Indonesia, tetapi juga membuka peluang besar bagi pariwisata berkelanjutan. Dengan demikian, Raja Ampat semakin wajib kamu kunjungi buat liburan selanjutnya.