5 Dampak Hiking bagi Lingkungan dan Solusi Bijak untuk Para Pecinta Alam

- Hiking memiliki dampak terhadap lingkungan, seperti erosi jalur akibat pijakan kaki.
- Keberadaan manusia saat hiking bisa mengganggu satwa liar dan menyebabkan stres pada mereka.
- Pentingnya kesadaran prinsip "Leave No Trace" saat hiking, termasuk membuang sampah dengan benar dan menggunakan jalur yang sudah ada.
Hiking memang jadi salah satu cara terbaik buat kamu yang ingin melepas penat dari hiruk-pikuk kota dan menyatu dengan alam. Gak cuma menyegarkan pikiran, aktivitas ini juga bantu meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
Tapi di balik semua manfaat itu, hiking ternyata juga punya dampak terhadap lingkungan, lho. Mungkin selama ini kamu berpikir mendaki itu netral terhadap alam, padahal kenyataannya gak selalu begitu.
Beberapa kebiasaan saat hiking tanpa disadari bisa merusak ekosistem yang sensitif, mulai dari menginjak tanaman liar hingga meninggalkan sampah mikro yang tak terlihat. Tenang, bukan berarti kamu harus berhenti hiking. Artikel ini akan bantu kamu memahami lima dampak utama hiking terhadap lingkungan, sekaligus memberikan solusi bijak agar kamu tetap bisa menikmati alam tanpa meninggalkan jejak merusak.
Berikut lima dampak hiking terhadap lingkungan yang wajib kamu ketahui, lengkap dengan tips untuk jadi pendaki yang lebih peduli.
1. Erosi jalur akibat pijakan kaki

Setiap langkah kaki yang kamu ambil di jalur pendakian punya efek jangka panjang, apalagi kalau jalurnya sering dilalui ratusan hingga ribuan orang. Erosi tanah terjadi ketika jalur semakin melebar dan padat, lalu terbentuk seperti parit kecil karena air hujan mengikis tanah. Di kawasan sensitif seperti padang alpine, satu langkah di luar jalur bisa butuh waktu puluhan tahun untuk pulih.
Solusi bijak:
Tetaplah berjalan di jalur yang sudah ditentukan, bahkan ketika ada bagian yang tampak berlumpur atau kurang nyaman. Kalau kamu hiking bersama teman, berjalanlah secara satu per satu, jangan menyebar berjajar karena bisa mempercepat pelebaran jalur.
2. Gangguan terhadap satwa liar

Alam adalah rumah bagi berbagai jenis hewan, dan kehadiran manusia bisa bikin mereka stres. Mungkin kamu hanya ingin memotret rusa atau tupai, tapi suara, aroma makanan, atau gerakan tiba-tiba bisa mengganggu pola makan, kawin, bahkan migrasi mereka. Memberi makan hewan liar juga bisa bikin mereka terbiasa bergantung pada manusia, yang ujungnya malah berbahaya bagi hewan itu sendiri.
Solusi bijak:
Amati satwa dari kejauhan. Jangan pernah memberi mereka makanan, dan simpan snack kamu di dalam wadah tertutup. Kalau bawa anjing, pastikan pakai tali agar gak mengejar hewan liar.
3. Sampah kecil yang sering diremehkan

Mungkin kamu merasa membuang kulit pisang atau sisa apel itu aman karena bisa terurai. Tapi kenyataannya, sampah organik pun bisa butuh waktu lama untuk terurai di alam bebas dan bisa membawa bakteri asing ke ekosistem lokal. Belum lagi potongan kecil seperti sobekan bungkus makanan, tisu, atau serpihan plastik yang kadang tak sengaja jatuh tapi sulit ditemukan kembali.
Menurut laporan di salah satu jalur pendakian terkenal di Inggris, sebanyak 230 kg sampah berhasil dikumpulkan dalam satu tahun, setara dengan 500-an porsi fish & chips. Kebayang kan kalau semua orang berpikir “sampahku kecil kok”?
Solusi bijak:
Selalu bawa kembali semua sampah yang kamu bawa, sekecil apa pun. Bahkan lebih baik lagi kalau kamu sedia kantong tambahan untuk mengambil sampah yang kamu temukan di jalan.
4. Overcrowding alias jalur pendakian yang terlalu ramai

Media sosial membuat beberapa jalur hiking jadi tempat hit demi foto estetik. Akibatnya, area tersebut jadi padat, tempat parkir penuh, tumbuhan diinjak-injak, dan drone beterbangan ke mana-mana. Ini jelas bukan kondisi ideal, baik untuk kamu maupun lingkungan.
Solusi bijak:
Coba eksplorasi jalur hiking alternatif yang kurang populer tapi tetap indah. Dengan begitu kamu bisa menikmati alam dengan lebih tenang dan membantu mengurangi beban di jalur utama. Banyak jalur tersembunyi yang justru menyimpan keindahan yang belum banyak diketahui orang.
5. Kurangnya kesadaran soal prinsip "Leave No Trace"

Buat kamu yang belum familiar, prinsip “Leave No Trace” terdiri dari tujuh pedoman dasar yang bisa jadi acuan saat menjelajahi alam. Prinsip ini bukan aturan kaku, tapi lebih ke panduan agar kamu gak jadi “pendaki menyebalkan” di mata alam.
Isi prinsip Leave No Trace antara lain:
Rencanakan perjalanan dengan baik: Cek cuaca, aturan setempat, dan perlengkapan yang dibutuhkan.
Gunakan jalur dan tempat kemah yang sudah ada: Hindari membuat jalur baru atau mendirikan tenda di rumput liar.
Buang sampah dengan benar: Termasuk sisa makanan, tisu basah, hingga kotoran manusia.
Biarkan benda alam tetap di tempatnya: Gak usah bawa pulang batu cantik atau bunga liar.
Kurangi dampak api unggun: Gunakan kompor kecil dan jangan bakar kayu sembarangan.
Hormati satwa liar: Jangan ganggu, dekati, atau beri makan.
Hargai pendaki lain: Kurangi suara, beri jalan, dan jaga suasana tenang.
Ingat-ingat tujuh prinsip ini setiap kali kamu merencanakan perjalanan. Semakin kamu menerapkannya, semakin kecil jejak lingkungan yang kamu tinggalkan.
Hiking tetap bisa jadi aktivitas seru dan menyegarkan tanpa harus mengorbankan alam. Kuncinya ada pada kesadaran dan kebiasaan kecil yang kamu terapkan sebelum, selama, dan setelah perjalanan. Mulai dari hal sesederhana bawa kembali sampah sendiri, memilih jalur yang sepi, sampai menggunakan perlengkapan ramah lingkungan, semua bisa memberi dampak positif.
Ingat, menjadi pecinta alam sejati bukan cuma soal seberapa sering kamu naik gunung, tapi juga seberapa besar rasa hormatmu terhadap tempat-tempat yang kamu kunjungi. Jadi, yuk mulai sekarang, hiking dengan lebih bijak dan tinggalkan alam dalam keadaan lebih baik daripada saat kamu datang. Selamat menjelajah, dan jangan lupa: jejak terbaik adalah jejak yang tidak terlihat.