Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

17 Potret Klenteng Sam Poo Kong Semarang yang Megah

Dok. Pribadi/Intan Deviana

Berjarak sekitar 3,5 kilometer dari kawasan Simpang Lima, klenteng Sam Poo Kong semakin riuh dipadati wisatawan dari dalam maupun luar kota Semarang jelang pergantian tahun kalender Cina. Sejak loket masuk dibuka, deretan mobil dan bus pariwisata sudah memadati area parkir utama klenteng.

Yuk menilik sejenak atmosfer kemeriahan klenteng peninggalan Laksamana Cheng Ho ini. Belasan potret klenteng Sam Poo Kong  berikut dijamin bakal memikatmu karena kemegahan dan keunikan bangunannya.

1. Dibangun pada abad ke-18, Sam Poo Kong memiliki arti "seorang leluhur dengan tiga kekuatan"

Sam Poo Kong, Semarang (Dok. Pribadi/Intan Deviana)

2. Saat masuk kawasan klenteng, kamu akan disambut oleh puluhan lampion yang digantung sepanjang gerbang masuk hingga bagian depan panggung utama

Dok. Pribadi/Intan Deviana

3. Berdiri di tengah halaman utama, suasana negeri Tiongkok mulai bisa kamu rasakan

Dok. Pribadi/Intan Deviana

4. Didominasi warna merah yang begitu meriah, atap bangunan bersusun dua atau tiga dengan ujung runcing menjadi ciri khas klenteng

Dok. Pribadi/Intan Deviana

5. Patung Laksamana Zheng He (atau Cheng Ho) berukuran besar inilah yang menjadi ikon utama klenteng Sam Poo Kong

Dok. Pribadi/Intan Deviana

6. Ia merupakan penjelajah muslim dari negeri Tiongkok yang gak sengaja mendarat di Semarang pada tahun 1416 lantaran juru mudi kapalnya yang bernama Wang Jing Hong didera sakit

Dok. Pribadi/Intan Deviana

7. Patung Laksamana Zheng He berukuran besar didirikan untuk menghormati dan mengenang penjelajahannya yang telah berjasa sebagai duta perdamaian

Dok. Pribadi/Intan Deviana

8. Ada 5 bangunan klenteng di komplek Sam Poo Kong, yaitu klenteng Dewa Bumi atau Thao Tee Kong, klenteng Kyai Juru Mudi, klenteng Sam Poo Tay Djien, klenteng Kyai Djangkar, dan klenteng Kyai Nyai Tumpeng

Dok. Pribadi/Intan Deviana

9. Sebagai bangunan terbesar, Klenteng Sam Poo Tay Djien atau dikenal juga dengan nama klenteng Sam Poo Kong, digunakan sebagai pusat sembahyang para umat yang dilangsungkan setiap hari atau pada hari besar seperti Imlek dan Cap Gomeh

Dok. Pribadi/Intan Deviana

10. Di bawah klenteng Sam Poo Tay Djien terdapat sebuah gua yang dipercaya sebagai tempat berlindung Zheng He dan awak kapal saat pertama kali mendarat di Semarang

Dok. Pribadi/Intan Deviana

11. Puluhan lampion juga bisa kamu lihat di langit-langit klenteng Sam Poo Tay Djien ini

Dok. Pribadi/Intan Deviana

12. Sedangkan di bagian belakang klenteng Sam Poo Tay Djien, terdapat dinding berelief yang menceritakan kisah perjalanan Laksamana Zheng He

sampookong.co.id

13. Juga terdapat pintu masuk menuju Gedung Batu yang merupakan area sembahyang yang tertutup

Dok. Pribadi/Intan Deviana

14. Yang paling unik di Sam Poo Kong adalah tumbuhnya Pohon Rantai yang bentuk dahannya menyerupai rantai atau tambang kapal. Konon usianya sudah lebih dari 600 tahun lho

sampookong.co.id

15. Sebuah gerbang besar dengan gaya arsitektur khas Tiongkok ini kerap menjadi spot menarik untuk berswafoto

Dok. Pribadi/Intan Deviana

16. Kamu juga bisa melihat pertunjukan barongsai lho, yang bisa kamu nikmati di dalam bangunan klenteng yang berfungsi sebagai panggung utama

Dok. Pribadi/Intan Deviana

17. Untuk dapat menikmati setiap sudut kemegahan klenteng Sam Poo Kong tadi, kamu cukup membeli tiket terusan seharga Rp28.000 per orang

Dok. Pribadi/Intan Deviana

Wah, memang nyata ya megahnya klenteng Sam Poo Kong di kota Semarang. Selain merasakan ambience jelang tahun baru Imlek 2570 dan melihat kecantikan bangunannya, kamu sekaligus bisa mengetahui nilai historis di balik kemegahan klenteng ini.

Hayo, siapa yang makin penasaran pengin lihat langsung?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Eddy Rusmanto
Arifina Budi A.
Eddy Rusmanto
EditorEddy Rusmanto
Follow Us