Menyelami Sejarah Kota Denpasar dengan Walking Tour Seru

Ada banyak cara untuk menikmati destinasi wisata di Kota Denpasar. Ibukota provinsi Bali ini bisa ditempuh selama sekitar 1 jam dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, dan memiliki sangat banyak pilihan tempat liburan. Dari wisata alam, seni, kuliner, hingga sejarah yang bisa kamu pilih.
Salah satu wisata menarik untuk mengenal sejarah Kota Denpasar adalah dengan walking tour. Nah, kali ini saya berkesempatan ikut serta dalam walking tour yang diadakan oleh IDN Times Community berkolaborasi dengan Kultara ke tempat-tempat bersejarah di sekitar Puri Pemecutan Denpasar. Yuk, simak cerita lengkap menyelami sejarah Kota Denpasar dengan walking tour seru di bawah ini!
1. Dimulai dari Terminal Tegal Denpasar dan naik delman

Walking tour dimulai dari Terminal Tegal Denpasar, yang berlokasi di Jalan Raya Imam Bonjol, Kecamatan Denpasar Barat. I Gede Made Jody Swantara, tour guide dari Kultara yang menemani kami selama walking tour menceritakan, sekitar tahun 1960 dan 1970-an, Terminal Tegal merupakan salah satu terminal tersibuk di Kota Denpasar.
Dulunya, terminal ini mengakomodir kegiatan transportasi pedagang dan pembeli di Pasar Badung dengan letaknya yang cukup berdekatan pada masa lalu. Namun, saat ini tidak berfungsi seperti dulu karena sudah banyak pilihan transportasi lainnya.
“Sekarang, Terminal Tegal masih beroperasi tapi tidak terorganisir dengan baik. Para konsumen yang ingin menggunakan jasa angkutan dari terminal ini, bisa langsung datang dan bertemu dengan sopir yang ada,” ujar Jody di sela-sela walking tour IDN Times Community dan Kultara, Sabtu (23/11/2024).
Dari Terminal Tegal, perjalanan kami dilanjutkan menuju Puri Agung Pemecutan. Menariknya, kami diajak untuk naik dokar, lho! Sebuah moda transportasi tradisional yang masih eksis di Denpasar.
2. Berkunjung dan melihat keindahan Puri Agung Pemecutan

Dengan jarak yang tidak terlalu jauh, kami sampai di Puri Agung Pemecutan dan diajak masuk ke dalamnya. Ini merupakan sebuah puri atau keraton kerajaan di Bali, yang masih berdiri hingga saat ini di Jalan Thamrin, Kota Denpasar.
Puri ini didirikan oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan yang menjadi penguasa Kerajaan Badung pertama, dan masih menjadi tempat tinggal raja hingga sekarang. Bangunan puri ini berupa arsitektur kuno yang khas, yaitu tumpukan batu bata merah dan dicampur dengan batu paras serta atap ijuk.
Kami diajak berkeliling mulai dari halaman depan, bagian tengah puri yang disebut dengan Madya Mandala, hingga Utama Mandala atau bagian terdalam dari puri yang disebut Pemerajan Agung Puri Agung Pemecutan. Bagian terdalam ini merupakan tempat keluarga puri melaksanakan persembahyangan dan berdoa kepada Tuhan maupun leluhurnya. Ini adalah tempat yang disucikan oleh keluarga puri, dan bagi wanita yang sedang menstruasi tidak diperkenankan memasuki wilayah ini.
Selain bangunannya yang artistik, Puri Agung Pemecutan dihiasi dengan beragam barang-barang seni nan antik. Berkunjung kemari dan mengenal seluk beluk sejarahnya, seolah-olah kami sedang diajak kembali ke masa lampau.
3. Bale Kulkul dan Pura Penambang Badung

Dari Puri Agung Pemecutan, kami melangkahkan kaki untuk mampir ke Bale Kulkul Puri Agung Pemecutan. Ini berada di barat daya perempatan Pemecutan, yang merupakan saksi bisu sejarah Perang Puputan Badung tahun 1906.
Bale Kulkul terbuat dari batu padas dengan bentuk yang menjulang tinggi. Konstruksinya berupa tiang dari kayu, dan atapnya terbuat dari genteng. Bale Kulkul ini satu-satunya peninggalan Puri Pemecutan yang tidak dihancurkan oleh pasukan Belanda dan dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi masyarakat Bali.
Dari Bale Kulkul, perjalan kami dilanjutkan menuju Pura Penambang Badung atau Pura Tambang Badung. Pura ini terletak di Banjar Pemedilan Kerandan, Desa Pemecutan Denpasar, dan merupakan salah satu jajaran pura tua yang ada di Bali.
Memasuki area pura ini, kami disambut dengan 2 meriam kuno menghiasi Candi Bentar di halaman mandala pertama yang diberi nama Gora dan Gori. Lalu, di bagian mandala kedua terdapat sebuah bangunan terbuka yang berfungsi sebagai wantilan pura. Kemudian masuk ke utama mandala yang merupakan area paling luas dan dipenuhi dengan pelinggih-pelinggih, termasuk pelinggih pokok pura.
4. Ditutup dengan mengelilingi Setra Badung

Kawasan terakhir yang dikunjungi dalam walking tour ini adalah Setra Badung. Ini adalah tempat pengabenan atau penguburan bagi keluarga raja serta masyarakat yang sangat luas. Meskipun berupa kuburan, suasana di dalamnya sangat sejuk dan tenang dengan banyak pepohonan. Kami berjalan perlahan, dan diajak untuk melihat bagian setra yang dipakai untuk ngaben maupun bagian lain untuk menguburkan jenazah.
Menariknya lagi, di Setra Badung gak hanya warga Bali saja yang dikubur atau dibakar. Ada sebuah makam seorang warga Jepang bernama J. Miura atau Tuan Miura Djo yang wafat pada 7 September 1945. Konon, pada masa kehidupannya, dia sangat kecewa dengan perilaku penjajahan Jepang dan lebih memihak kaum pribumi serta banyak menolong mereka.
Bergeser sedikit dari makam warga Jepang tersebut, ada makam putri Raja Pemecutan yang seorang muslimah bernama Raden Ayu Siti Kothijah. Makam ini sangat dikeramatkan, dan sering menjadi tujuan ziarah oleh wisatawan khususnya yang beragama Islam dari berbagai kota di Indonesia hingga mancanegara.
Pengalaman mengikuti walking tour ke tempat-tempat bersejarah di Kota Denpasar. Melalui perjalanan akhir pekan kemarin, membuktikan bahwa Bali memiliki banyak sekali tempat yang patut dikunjungi namun belum populer. Bali memiliki kekayaan wisata dan budaya, yang bisa dipilih sesuai dengan minat masing-masing. Bahkan, walking tour IDN Times Community bareng Kultara ini merupakan pengalaman pertama dan berbeda yang mengajak mengenal sejarah puri, pura, hingga makam. Tertarik untuk merasakan langsung walking tour di Denpasar? Yuk, cobain langsung!