5 Tips Mendaki Gunung Aman untuk Mencegah Hipotermia

Mendaki gunung selalu punya penikmatnya sendiri. Di gunung, udara lebih segar, pemandangan alamnya bikin takjub, sampai rasa puas ketika akhirnya menginjak puncak. Namun, di balik semua itu, ada risiko yang sering diremehkan oleh pendaki, terutama yang masih pemula, yaitu ancaman hipotermia.
Kondisi ini bukan sekadar kedinginan biasa, tapi bisa berakibat fatal kalau kamu salah mengambil keputusan saat di gunung. Banyak kasus hipotermia terjadi bukan karena cuaca ekstrem semata, melainkan karena kurangnya persiapan dan pengetahuan dasar pendakian. Berikut lima tips yang wajib kamu perhatikan saat berada di gunung.
1. Gunakan pakaian yang tepat dan berlapis

Pakaian adalah pertahanan pertama tubuh kamu saat dingin. Salah satu kesalahan paling sering adalah memakai jaket tebal saja tanpa menggunakan layering. Padahal, pakaian berlapis jauh lebih efektif menjaga suhu tubuh tetap stabil saat mendaki gunung.
Idealnya, kamu pakai base layer yang bisa menyerap keringat, mid layer untuk menjaga panas tubuh, dan outer layer yang tahan angin serta air. Jangan memakai pakaian berbahan katun karena mudah menyerap keringat dan lama keringnya. Saat pakaian basah, tubuh akan kehilangan panas lebih cepat dan risiko hipotermia meningkat.
2. Jaga asupan makan dan minum secara teratur

Tubuh kamu butuh energi untuk menghasilkan panas, apalagi di suhu dingin. Banyak pendaki yang menunda makan karena merasa belum lapar atau terlalu fokus mengejar target waktu. Padahal, kurangnya asupan kalori bisa membuat tubuh lemas dan sulit menjaga suhu normal.
Bawa makanan tinggi energi seperti cokelat, kacang-kacangan, roti, atau energy bar. Usahakan makan dalam porsi kecil tapi rutin. Jangan lupa minum air meskipun kamu gak merasa haus. Dehidrasi juga bisa mempercepat penurunan suhu tubuh. Kalau perlu, bawa termos berisi minuman hangat untuk membantu tubuh tetap hangat saat istirahat.
3. Jangan memaksakan diri saat mendaki

Ambisi menaklukkan puncak sering bikin pendaki lupa kondisi tubuhnya sendiri. Padahal, kelelahan adalah salah satu faktor utama pemicu hipotermia. Saat tubuh terlalu capek, produksi panas akan menurun dan kamu jadi lebih rentan terhadap dingin.
Jadi, dengarkan sinyal dari tubuh kamu. Kalau sudah mulai menggigil, pusing, atau sulit fokus, itu tanda kamu perlu istirahat. Lebih baik berjalan dengan tempo stabil daripada ngebut tapi cepat drop. Ingat lagi, tujuan mendaki gunung itu bukan cuma sampai puncak, tapi pulang dengan selamat.
4. Perhatikan cuaca dan waktu pendakian

Cuaca di gunung bisa berubah dengan cepat dan sulit diprediksi. Pagi yang cerah bisa berubah jadi hujan dan angin kencang dalam hitungan jam. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap risiko hipotermia, terutama jika kamu tidak siap dengan perubahan cuaca esktrem.
Sebelum mendaki, selalu cek prakiraan cuaca dan sesuaikan rencana perjalananmu. Usahakan tidak mendaki terlalu sore agar kamu punya waktu cukup sebelum suhu turun drastis di malam hari. Jika cuaca memburuk, segera berhenti, berteduh, atau bahkan turun. Memaksakan diri di cuaca buruk justru memperbesar risiko bahaya.
5. Siapkan perlengkapan darurat dan bivak yang memadai

Perlengkapan darurat sering dianggap sepele, padahal sering jadi penyelamat nyawa. Sleeping bag yang sesuai suhu gunung, matras, jas hujan, dan emergency blanket adalah perlengkapan wajib yang sebaiknya selalu kamu bawa. Saat berhenti atau bermalam, pastikan kamu mendirikan tenda di tempat yang aman dari angin dan air.
Gunakan matras agar panas tubuh tidak langsung hilang ke tanah. Kalau ada anggota tim yang mulai menunjukkan gejala hipotermia, segera lakukan penanganan awal seperti mengganti pakaian basah, memberi minuman hangat, dan menghangatkan tubuh secara bertahap.
Hipotermia adalah hal serius dalam pendakian gunung. Kondisi ini bisa menyerang siapa saja, baik pendaki pemula maupun yang sudah berpengalaman. Dengan menerapkan tips di atas, kamu bisa meminimalkan risiko dan mendaki gunung dengan lebih aman.

















