- Tingkat 1 (frostnip): ringan, hanya di permukaan kulit, gejalanya kulit merah, kesemutan, mati rasa. Tidak ada kerusakan permanen.
- Tingkat 2: melibatkan jaringan kulit lebih dalam, bisa muncul lepuh, bengkak, dan nyeri.
- Tingkat 3: pembekuan sampai ke jaringan otot, tendon, bahkan tulang. Kulit mengeras, hitam, tanda jaringan mati.
- Tingkat 4: paling parah, sering berakhir dengan gangren dan amputasi.
Perbedaan Frostbite dan Hipotermia, Kondisi akibat Dingin Ekstrem

- Frostbite menyerang jaringan tubuh tertentu, sementara hipotermia memengaruhi seluruh sistem tubuh.
- Tingkat keparahan frostbite: ringan, sedang, parah, dan paling parah. Hipotermia juga memiliki beberapa tingkatan: ringan, sedang, dan berat.
- Faktor risiko frostbite dan hipotermia meliputi pakaian basah, angin kencang, dehidrasi, gizi buruk, konsumsi alkohol atau obat-obatan, dan adanya penyakit tertentu.
Pernah mendengar cerita orang yang tersesat di pegunungan bersalju atau terjebak badai dingin, lalu tubuhnya perlahan kehilangan kemampuan untuk bergerak? Nah, kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh frostbite (radang dingin) atau hipotermia. Keduanya adalah masalah serius yang bisa muncul ketika tubuh terlalu lama terpapar suhu rendah.
Meskipun sering terjadi bersamaan, tetapi frostbite dan hipotermia berbeda. Frostbite menyerang jaringan tubuh tertentu, sementara hipotermia memengaruhi seluruh sistem tubuh. Mengetahui perbedaannya sangat penting karena langkah penanganannya tidak sama. Yuk, kenali lebih dalam supaya kamu bisa lebih siap menghadapi cuaca dingin ekstrem!
1. Pengertian
Frostbite adalah kondisi ketika jaringan tubuh membeku akibat paparan suhu dingin yang lama. Bagian tubuh yang paling sering terkena adalah jari tangan, jari kaki, hidung, telinga, pipi, dan dagu. Proses pembekuan ini menyebabkan terbentuknya kristal es di dalam sel, yang bisa merusak jaringan bahkan berujung pada kematian sel jika tidak segera ditangani.
Berbeda dengan frostbite yang sifatnya lokal, hipotermia adalah kondisi sistemik. Artinya, suhu inti tubuh menurun di bawah normal. Kondisi ini memengaruhi fungsi organ vital. Ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuannya memproduksi panas, metabolisme melambat, otak terganggu, hingga akhirnya bisa menyebabkan kehilangan kesadaran dan kematian bila tidak ditangani.
2. Tingkat keparahan
Frostbite
Hipotermia
- Ringan (32–35 derajat Celcius): menggigil, pusing, mual, napas cepat, bingung ringan.
- Sedang (28–32 derajat Celcius): menggigil berhenti, kebingungan makin parah, bicara cadel, detak jantung lemah.
- Berat (di bawah 28 derajat Celcius): pingsan, napas dan denyut jantung hilang, otot kaku, pupil melebar.
3. Penyebab dan faktor risiko

Frostbite terjadi karena jaringan tubuh langsung membeku. Ini biasanya terjadi akibat udara dingin, benda bersuhu beku, atau kulit basah yang terpapar angin kencang.
Sementara itu, hipotermia terjadi saat panas tubuh hilang lebih cepat daripada produksinya. Ini bisa terjadi karena pakaian basah, lama terpapar cuaca dingin, atau tercebur air es.
Faktor risiko keduanya mirip, yaitu meliputi:
- Pakaian basah.
- Angin kencang.
- Dehidrasi.
- Gizi buruk.
- Konsumsi alkohol atau obat-obatan.
- Penyakit tertentu (misalnya diabetes, gangguan tiroid, penyakit jantung).
- Usia ekstrem (bayi dan lansia).
4. Gejala yang perlu dikenali
Dalam kasus frostbite, biasanya gejalanya adalah kulit terasa dingin dan mati rasa, warna kulit pucat keabu-abuan atau kebiruan, tekstur keras seperti lilin, serta bisa muncul lepuh dan bengkak.
Di sisi lain, hipotermia dapat menyebabkan gejala seperti menggigil hebat, bicara cadel, napas lambat, denyut nadi lemah, tubuh kaku, bingung, mengantuk, hingga pingsan.
5. Diagnosis dan penanganan
Frostbite biasanya didiagnosis lewat pemeriksaan fisik. Penanganannya antara lain memindahkan penderita ke tempat hangat, jangan digosok, lakukan pemanasan perlahan dengan air hangat, tutup dengan perban steril, serta berikan cairan dan obat pereda nyeri.
Pada kasus berat bisa memerlukan antibiotik, vaksin tetanus, bahkan operasi.
Dalam kasus hipotermia, diagnosis dilakukan dengan mengukur suhu inti tubuh. Pertolongan pertama meliputi membawa ke tempat hangat, mengganti pakaian basah, menyelimuti, memberi minuman hangat jika sadar, serta menghindari pemanasan langsung yang bisa menyebabkan syok.
Pada kondisi sedang hingga berat, dibutuhkan cairan infus hangat, terapi oksigen, hingga selimut pemanas khusus di rumah sakit.
6. Pencegahan

Baik frostbite maupun hipotermia memerlukan langkah pencegahan yang serupa, yaitu:
- Gunakan pakaian berlapis dengan bahan yang menyerap keringat dan menahan panas.
- Hindari pakaian katun karena mudah menyimpan kelembapan.
- Gunakan jaket tahan angin dan air.
- Jangan berlama-lama di luar saat suhu ekstrem.
- Jaga tubuh tetap kering, terhidrasi, dan cukup makan.
- Hindari alkohol dan rokok di cuaca dingin.
- Selalu siapkan perlengkapan darurat, seperti selimut, termos minuman hangat, atau pemanas portabel.
Frostbite dan hipotermia sama-sama berbahaya, tetapi berbeda dalam mekanisme dan dampaknya. Frostbite menyerang bagian tubuh tertentu, sedangkan hipotermia menurunkan suhu inti tubuh. Keduanya bisa berakibat fatal bila tidak segera ditangani. Dengan mengenali gejala awal, memberi pertolongan pertama yang tepat, serta menerapkan langkah pencegahan, risiko bahaya dari cuaca dingin ekstrem bisa diminimalkan.
Referensi
"Frostbite." Cleveland Clinic. Diakses pada September 2025.
"Hypothermia and Frostbite: Easier to Develop Than You Might Think." MedlinePlus Magazine. Diakses pada September 2025.
"Hypothermia: Symptoms & Causes." Mayo Clinic. Diakses pada September 2025.
"Hypothermia and Frostbite." American Red Cross. Diakses pada September 2025.