4 Kebiasaan yang Bisa Picu Hipotermia saat Mendaki Gunung

- Tidak mengenakan pakaian yang tepat, seperti tidak tahan dingin atau tidak menyerap keringat dengan baik.
- Membiarkan tubuh basah terlalu lama dapat membuat panas tubuh hilang lebih cepat, sehingga segera ganti pakaian yang basah dengan yang kering.
- Kurang asupan makanan dan minuman dapat membuat tubuh lemah dan rentan terhadap hipotermia, jadi bawa bekal dengan kandungan kalori tinggi dan minum air cukup.
Mendaki gunung merupakan aktivitas menantang dengan risiko yang tidak bisa disepelekan. Salah satu ancaman paling berbahaya yang kerap diabaikan oleh para pendaki adalah hipotermia, yaitu kondisi di mana suhu tubuh mengalami penurunan secara drastis di bawah normal.
Hipotermia dapat terjadi bukan karena suhu lingkungan yang ekstrem, tetapi juga bisa dipicu oleh kebiasaan-kebiasaan kecil yang kerap dianggap sepele. Oleh sebab itu, pahami apa saja kebiasaan yang dapat menjadi pemicu hipotermia ketika mendaki gunung, sehingga dapat diwaspadai, berikut ini, ya!
1. Tidak mengenakan pakaian yang tepat

Banyak pendaki yang mengenakan pakaian seadanya tanpa memperhatikan soal bahan dan lapisan yang diperlukan. Pakaian yang tidak tahan dingin atau tidak menyerap keringat dengan baik tentu akan mempercepat turunnya suhu tubuh.
Idealnya, pendaki dapat mengenakan pakaian berlapis dengan bahan yang mampu menjaga suhu tubuh agar tetap hangat. Menggunakan jaket tahan angin dan air tentu merupakan langkah penting untuk mencegah tubuh kehilangan panas berlebih.
2. Membiarkan tubuh basah terlalu lama

Kebiasaan mendaki dalam kondisi pakaian basah akibat hujan atau keringat ternyata kerap dianggap sepele. Padahal, sebetulnya kelembaban pada tubuh dapat membuat panas tubuh pun hilang dengan lebih cepat, terutama pada suhu di gunung yang cukup dingin.
Pendaki semestinya dapat segera mengganti pakaian yang basah dengan yang kering agar tetap menjaga suhu tubuh tetap stabil. Selain itu, selalu persiapkan jas hujan atau ponco agar tubuh tetap terproteksi dari paparan air hujan yang mungkin dapat memicu hipotermia.
3. Kurang asupan makanan dan minuman

Tubuh memerlukan energi yang cukup untuk bisa menghasilkan panas ketika berada di ketinggian. Kebiasaan melewatkan makan atau tidak minum air dengan cukup ternyata bisa membuat tubuh jadi lebih cepat lemah dan pada akhirnya rentan terhadap potensi hipotermia.
Membawa bekal dengan kandungan kalori tinggi, seperti kacang, cokelat, atau makanan instan, sebetulnya sangat dianjurkan. Air hangat juga bisa membantu untuk memastikan suhu tubuh tetap hangat, sekaligus mengembalikan energi yang terkuras selama proses pendakian berlangsung.
4. Terlalu lama berhenti dan istirahat di tempat dingin

Banyak pendaki yang berhenti terlalu lama di jalur pendakian tanpa menyadari bahwa hal tersebut justru bisa membuat tubuh kehilangan panas secara perlahan. Pada saat tubuh tidak bergerak, maka metabolisme pun akan cenderung melambat dan hal ini akan membuat panas tubuh lebih cepat hilang.
Sebaliknya istirahat dilakukan seperlunya saja dengan durasi yang tidak terlalu lama. Kamu bisa memilih tempat yang terlindung dari angin kencang agar tubuh pun tetap dalam kondisi hangat selama berhenti untuk beristirahat sejenak.
Hipotermia menjadi kondisi serius yang dapat mengancam keselamatan pendaki apabila tidak diantisipasi sejak awal. Oleh sebab itu, menghindari beberapa kebiasaan di atas dapat meminimalisir risiko terjadinya hipotermia di kemudian hari. Ingatlah keselamatan selalu menjadi prioritas utama dalam setiap perjalanan pendakian!