Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Berapa Denda Buang Permen Karet di Singapura?

ilustrasi permen karet di supermarket
ilustrasi permen karet di supermarket (unsplash.com/id/@photoswithgabe)
Intinya sih...
  • Alasan pemerintah Singapura melarang permen karet
  • Dampak larangan peniadaan permen karet di Singapura
  • Biaya denda buang permen karet di Singapura
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sudah bukan rahasia lagi kalau Singapura dikenal sebagai negara yang bersih. Pemerintahnya punya berbagai aturan ketat, bahkan untuk hal sepele, seperti permen karet. Karena itu, gak sedikit wisatawan yang penasaran tentang berapa denda buang permen karet di Singapura.

Jawabannya mungkin mengejutkan, karena sanksinya bisa sangat berat dan tidak main-main. Aturan ini juga sudah berlaku bertahun-tahun demi menjaga kebersihan fasilitas publik, lho. Yuk, cari tahu informasi selengkapnya supaya saat liburan nanti, uangmu tak keluar hanya karena permen karet!

1. Alasan pemerintah Singapura melarang adanya permen karet

ilustrasi sampah permen karet
ilustrasi sampah permen karet (unsplash.com/id/@pconrad)

Setidaknya, sudah lebih dari 20 tahun Singapura mengeluarkan penjualan, impor, dan produksi permen karet. Tepatnya pada 3 Januari 1992, di mana bahkan mencakup semua zat yang terbuat dari "bahan dasar permen karet yang berasal dari sayuran atau sintetis", seperti "permen karet atau permen karet gigi".

Dilansir National Library Board Singapore, awal munculnya larangan ini karena sampah permen karet mengganggu kelancaran kereta api angkutan cepat massal (MRT). Gangguan ini terjadi dua kali, tepatnya bulan Juli dan Agustus pada 1991 karena adanya sampah permen karet yang tersangkut di antara pintu kereta MRT yang kemudian menyebabkan kereta berhenti. Pasalnya, pintu kereta tidak dapat menutup sepenuhnya.

Selain itu, alasan kebersihan juga jadi fokus perhatian pemerintah setempat. Banyaknya sampah sisa permen karet menempel di bioskop dan dinding-dinding perumahan yang akhirnya mengurangi keestetikan hingga menimbulkan bau. Bukan baru terjadi, masalah ini sudah diidentifikasi sejak 1983 oleh Menteri Luar Negeri dan Kebudayaan saat itu, S. Dhanabalan, hingga pemerintah perlu mengalokasikan 150 ribu dolar Singapura per tahun untuk membersihkan kekacauan yang ditimbulkan sampah permen karet.

2. Dampak larangan peniadaan permen karet di Singapura

ilustrasi oleh-oleh Singapura
ilustrasi oleh-oleh Singapura (pexels.com/id-id/@loifotos)

Kebijakan jelas menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat pada saat itu. Kontra datang dari para pemilik toko, karena alasan stok yang tidak dapat mereka jual atau ekspor ke luar negeri karena tingginya mata uang Singapura dan bea masuk yang tinggi pada tahun itu. Beberapa kritikus juga menilai kalau ini adalah tindakan ekstrem dan merupakan bentuk pelanggaran hak serta kebebasan warga.

Di satu sisi, kebijakan ini didukung oleh Asosiasi Konsumen Singapura (CASE) dengan alasan bahwa hal itu akan meningkatkan kebersihan. Benar saja, diketahui dari sumber yang sama, efek dari larangan ini langsung terasa dan semakin minimnya ditemukan sampah sisa permen karet di jalan. Dari yang semula 525 kasus per hari, kemudian menjadi 2 kasus per hari dicatatkan pada Februari 1993.

3. Biaya denda buang permen karet di Singapura

ilustrasi permen karet di supermarket
ilustrasi permen karet di supermarket (unsplash.com/id/@photoswithgabe)

Berapa denda buang sampah permen karet di Singapura menjadi tanda tanya besar pada saat itu, bahkan sampai sekarang di kalangan pendatang dan wisatawan. Tak main-main, mereka yang ketahuan menjual permen karet dikenai denda senilai 2 ribu dolar Singapura (Rp25,6 juta). Sedangkan yang terbukti bersalah mengimpor permen karet akan didenda sampai 10 ribu dolar Singapura (Rp128 juta) dan atau dipenjara satu tahun jika itu adalah pelanggaran pertama kali.

Sedangkan untuk mereka yang kedapatan membuang permen karet, dendanya tak jauh berbeda dengan denda buang sampah sembarangan. Sebesar 500—1.000 dolar Singapura (Rp6,4 juta—Rp12,8 juta) untuk pelanggaran pertama, dan 2 ribu dolar Singapura (Rp25,6 juta) untuk pelanggaran berulang.

Meski begitu, pemerintah Singapura sejak 2004 sudah mulai melunak dengan peraturan tersebut. Melansir laman National Library Board Singapore, hal ini terjadi karena Pemerintah Amerika Serikat menjadikan penjualan permen karet gigi sebagai salah satu isu selama negosiasi perjanjian perdagangan bebas antara Singapura dan Amerika Serikat, sehingga kini permen karet gigi dan permen karet nikotin bisa dibeli di apotek-apotek.

Bagaimana pendapatmu setelah mengetahui berapa denda buang sampah permen karet di Singapura? Apakah ini bisa diterapkan di Indonesia, atau justru tak manusiawi? Namun yang pasti, apa pun bentuknya, kita bertanggung jawab atas masing-masing sampah yang dihasilkan diri sendiri. Setuju?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us

Latest in Travel

See More

Suica vs. PASMO, Mana yang Lebih Cocok buat Turis?

28 Nov 2025, 10:20 WIBTravel