Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Faktor yang Memengaruhi Tingkat Kesulitan Pendakian Gunung

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Eric Sanman)
ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Eric Sanman)

Pada aktivitas pendakian gunung, setidaknya ada dua bahaya yang mengintai para pendaki. Pertama, bahaya objektif yang dipengaruhi kondisi alam, seperti perubahan cuaca, medan pendakian, bencana alam, dan lainnya. Kedua, bahaya subjektif yang berasal dari faktor ketidaksiapan diri. Bahaya-bahaya tersebut tak lepas dari faktor yang memengaruhi tingkat kesulitan pendakian gunung.

Setiap gunung memiliki ketinggian berbeda-beda dengan tingkat kesulitan masing-masing. Tingkat kesulitan sebuah gunung bersifat relatif dan tidak pasti.

Namun, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi tingkat kesulitan sebuah pendakian gunung, baik dari keadaan alam hingga faktor dari pendaki itu sendiri. Beberapa faktor tersebut di antaranya sebagai berikut ini, nih!

1.Meski bukan faktor utama, ketinggian gunung menjadi penentu tingkat kesulitan pendakian

pendaki gunakan masker oksigen saat mendaki Gunung Everest (instagram.com)
pendaki gunakan masker oksigen saat mendaki Gunung Everest (instagram.com)

Sebenarnya, ketinggian gunung masih menjadi faktor yang relatif untuk menentukan sulit tidaknya pendakian. Tidak semua gunung dengan ketinggian rendah lebih mudah untuk didaki. Sebaliknya gunung yang lebih tinggi terkadang tak begitu sulit untuk mencapai puncaknya. Misalnya, Gunung Raung menjadi gunung tersulit di Pulau Jawa, walaupun Gunung Sumbing dan Gunung Semeru lebih tinggi dari Gunung Raung.

Meskipun begitu, ketinggian berkaitan erat dengan perubahan suhu dan cuaca yang ada di gunung. Maka dari itu, makin tinggi suatu gunung, suhu dan cuaca akan semakin ekstrem dan mengakibatkan sulitnya pendakian. Hal ini pula yang mendasari para pendaki Gunung Everest diharuskan menggunakan masker oksigen saat mendaki.

2.Kondisi medan dan jalur pendakian jadi salah satu faktor sulitnya tidaknya pendakian gunung

ilustrasi sulitnya medan pendakian (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)
ilustrasi sulitnya medan pendakian (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)

Suatu pendakian dianggap sulit atau tidak sangat dipengaruhi oleh jalur atau medan pendakian yang dilalui. Hal ini seperti panjang atau jauhnya jalur pendakian, serta teknik yang digunakan untuk melewatinya tidak mudah dan membutuhkan ketrampilan khusus.

Contohnya,  Gunung Carstenz Pyramid yang sulit didaki karena jalurnya berupa tebing, sehingga mengharuskan pendaki memiliki ketrampilan panjat tebing supaya bisa mendaki. Gunung Leuser juga termasuk dalam daftar gunung tersulit, karena jalur pendakiannya panjang dan menghabiskan banyak waktu untuk menjangkau puncaknya.

3.Cuaca di gunung sering berubah, sehingga memengaruhi tingkat kesulitan pendakian gunung

Gunung Annapurna (instagram.com/trek_in_nepal)
Gunung Annapurna (instagram.com/trek_in_nepal)

Kondisi cuaca di gunung cenderung cepat berubah dan susah diprediksi. Oleh karena itu, cuaca juga termasuk faktor penentu kesulitan suatu pendakian gunung. Faktor ini bisa menentukan lamanya perjalanan dan persediaan logistik dalam pendakian.

Meskipun gunung yang lebih tinggi berpotensi terjadi perubahan cuaca ekstrem, tetapi tak sedikit gunung lebih rendah juga mendapat predikat sulit didaki. Ada Gunung Annapurna dengan ketinggian berbeda jauh dibandingkan Gunung Everest. 

Jika dibandingkan dengan Eiger North Face, Gunung Annapurna lebih mudah secara teknis. Akan tetapi, mengenai masalah cuaca, Gunung Annapurna memilki kesulitan lebih kompleks, karena perubahan cuacanya lebih cepat dan adanya dentuman avalanche.

4.Kesulitan pendakian juga dipengaruhi faktor lokasi sebuah gunung

Gunung Hkakabo Razi di Myanmar (instagram.com/instamyanmar)
Gunung Hkakabo Razi di Myanmar (instagram.com/instamyanmar)

Faktor selanjutnya yang menentukan sulitnya suatu pendakian gunung adalah lokasi gunung itu berada. Gunung yang berada di lokasi terasing akan lebih sulit didaki, karena membutuhkan perjalanan yang berat dan lama untuk mencapai kaki gunungnya. Hal inilah yang mendasari faktor lokasi jadi penentu tingkat kesulitan pendakian gunung.

Salah satu contohnya yakni Gunung Hkakabo Razi yang ada di Myanmar. Gunung ini merupakan puncak tertinggi Asia Tenggara. Setidaknya dibutuhkan berjalan kaki selama satu bulan membelah hutan yang masih rapat hanya untuk mencapai kaki gunungnya saja. Ditambah dengan risiko paparan penyakit malaria yang juga mengintai para pendaki.

5. Kesiapan dan pengalaman pendaki jadi faktor subjektif yang menentukan tingkat kesulitan pendakian

ilustrasi kesiapan mendaki dengan peralatan lengkap (pexels.com/Saikat Ghosh)
ilustrasi kesiapan mendaki dengan peralatan lengkap (pexels.com/Saikat Ghosh)

Faktor terakhir yang memengaruhi kesulitan suatu pendakian adalah kesiapan dan pengalaman seorang pendaki. Suatu pendakian akan terasa mudah, jika seorang pendaki mempersiapkan diri dengan baik sebelum mendaki gunung. Persiapan tersebut seperti persiapan peralatan, persiapan fisik dan mental, serta bekal pengetahuan yang harus dimiliki.

Selain kesiapan diri, pengalaman tentunya juga menentukan suatu pendakian bisa terasa lebih sulit atau lebih mudah. Bagi pendaki pemula tentunya akan merasa pendakian pertamanya lebih sulit jika dibandingkan dengan pendaki yang sudah berpengalaman. Oleh sebab itu, kesiapan dan pengalaman pendaki sebenarnya juga menjadi hal yang penting. Karena bisa meminimalisir bahaya akibat keempat penentu kesulitan pendakian sebelumnya.

Beberapa faktor di atas memengaruhi tingkat kesulitan pendakian gunung. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, kamu bisa mempersiapkan rencana pendakianmu sebaik mungkin. Mulai dari mencari informasi terkait gunung yang dituju, melakukan latihan fisik, serta menyiapkan peralatan dan logistik yang dibutuhkan. Dengan begitu, bisa mengurangi risiko dari bahaya-bahaya yang terjadi saat mendaki gunung.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mayang Ulfah Narimanda
Naufal Al Rahman
Mayang Ulfah Narimanda
EditorMayang Ulfah Narimanda
Follow Us