Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

15 Jenis Scamming yang Wajib Kamu Pahami saat Liburan ke Luar Negeri

Ilustrasi scamming (pexels.com/Olya Kobruseva)

Ada banyak hal yang perlu kamu perhatikan dan persiapkan saat hendak merencanakan liburan ke luar negeri. Mulai dari tiket pesawat, paspor, visa (kalau dibutuhkan), bujet, baju, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya.

Kamu juga harus riset tentang kondisi negara yang kamu tuju, baik melalui situs pariwisata resmi atau berdasarkan pengalaman dari turis yang pernah ke sana. Apalagi kalau di negara tersebut sering terjadi scamming.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut 15 jenis scamming yang wajib kamu ketahui saat liburan ke luar negeri. Pahami dengan baik, supaya tak terjadi kepadamu, ya!

1. Harga makanan dan minuman yang tiba-tiba tiba-tiba

Potret steeet food di luar negeri (unsplash.com/thevernon)

Hal ini sering terjadi saat kamu membeli makanan di pinggir jalan atau street food yang tidak mencantumkan harganya. Pedagang nakal yang tahu kalau kamu turis asing, biasanya mematok harga yang jauh lebih mahal daripada harga aslinya.

Untuk menghindari kejadian seperti ini, sebaiknya kamu riset harga makanan atau minuman melalui tulisan atau vlog orang-orang yang pernah ke sana. Kalau ada teman orang lokal, tentu lebih akan lebih mudah.

2. Argo taksi yang "ngawur"

Ilustrasi taksi (unsplash.com/jannerboy62)

Selain penjual makanan dan minuman, sopir taksi juga sering memberikan harga yang ngawur saat tahu bahwa penumpangnya adalah turis asing. Mereka kerap mengatakan argometernya rusak, sehingga langsung mematok harga yang mahal.

Untuk menghindarinya, pastikan argometer taksi berjalan dengan baik. Sambil jalan, kamu juga bisa mengecek Google Maps untuk memastikan sopir tidak mengajakmu "berputar-putar" ke jalanan yang tidak seharusnya kamu lewati. Alternatif lain adalah memesan taksi online yang sudah jelas tarifnya.

3. Penukaran uang yang curang

Ilustrasi menghitung uang di money changer (pexels.com/tima miroshnichenko)

Sebelum pergi ke luar negeri, sebaiknya sempatkan menukar uang di money changer. Namun, dalam beberapa situasi mungkin kamu baru sempat menukarnya saat sudah di luar negeri.

Kamu pun wajib melihat kredibilitas money changer tersebut, seperti keterangan kurs yang berlaku hari itu tertera dengan jelas di ruangannya dan petugas memberikan nota sebagai bukti penukaran. Kamu juga harus menghitung uangmu di depan petugas dan pastikan jumlahnya pas sesuai kurs.

Sebab, banyak kejadian uang yang diberikan petugas nakal di money changer tidak sesuai dengan jumlah yang seharusnya dan si turis tidak sempat menghitungnya.

4. ATM dengan nilai tukar yang buruk

Ilustrasi mesin ATM (pixabay.com/Peggy_Marco)

Selain money changer, tak sedikit pula ATM yang melakukan scamming dengan memberikan nilai tukar buruk. Kejadian ini sering terjadi di banyak destinasi wisata di Eropa.

Saat kamu memasukkan kartu debit untuk melakukan penarikan uang tunai, mesin ATM tersebut akan menawarkan menu Dynamic Currency Conversion (DCC). Dalam sistem tersebut, kamu diberi pilihan untuk ditagih dalam mata uang asli kartumu (misalnya Rupiah) atau dalam mata uang lokal (misalnya Euro, Dolar, atau Poundsterling).

Sepertinya hal ini sepele, bukan? Namun, kalau kamu setuju ditagih dalam mata uang asli, maka sistem perbankan akan menetapkan nilai tukar mereka sendiri, dan tak jarang jumlahnya berbeda dengan kurs yang sedang berlaku. Sebaiknya, pilih kurs dengan mata uang lokal di tempat kamu berada saat itu.

5. Pencopet yang berpura-pura mengingatkan

Ilustrasi copet (unsplash.com/we_are_rising)

Jangan beranggapan bahwa kota-kota besar dan modern di Eropa itu aman dan bebas dari tangan-tangan jahil. Justru sebaliknya, banyak pencopet yang mengintai para turis. Gelagat mereka sebenarnya mudah dikenali.

Para pencopet biasanya akan menghampiri target dan pura-pura mengingatkan, agar berhati-hati selama berada kawasan tersebut karena banyak pencopet. Saat target mengecek barang-barang yang ada di tas, ia akan mengamati letak barang-barang tersebut dan melancarkan aksinya apabila ada kesempatan.

Kalau kamu ada di situasi seperti ini, sebaiknya langsung bilang terima kasih dan pergi ke tempat aman untuk mengecek barang-barangmu. Selain itu, kamu juga harus menghindari berinteraksi dengan orang-orang lokal dengan gelagat mencurigakan.

6. Gelang persahabatan yang tidak bersahabat

redtedart.com

Di India, Roma, Paris, Barcelona, hingga Kairo banyak scamming menggunakan gelang persahabatan. Modusnya, warga lokal mendekatimu dan mengenakan gelang ke tanganmu, baik dengan cara halus atau setengah memaksa, dan mengatakan bahwa itu adalah gelang persahabatan.

Setelah kamu mengenakannya, ia akan meminta uang sebagai bayaran atas gelang tersebut. Sialnya, gelang tersebut biasanya diikat dengan sangat kuat, sehingga kamu akan kesulitan membuka dan mengembalikannya. 

Agar tidak "diikat" dengan gelang tersebut, sebaiknya kamu langsung menolak dan menjauhi mereka. Kamu juga bisa menyembunyikan kedua tanganmu ke dalam saku baju atau celana.

7. Memberi pakan burung berujung minta uang

Ilustrasi memberi makan burung liar (unsplash.com/soubhagya23)

Di beberapa kota besar Eropa, seperti Roma, ada satu kawasan yang sering disinggahi burung-burung merpati atau dara liar. Masyarakat umum bisa memberi makanan kepada burung-burung tersebut. 

Ternyata, hal ini dimanfaatkan para scammer untuk mendapatkan uang. Mereka akan memberikan segenggam biji-bijian atau pakan burung kepada turis dengan maksud si turis mendapatkan pengalaman memberi makan burung. Cara yang dilakukan pun sangat halus, seakan ia memberikannya secara percuma.

Setelah pakan burung habis, orang tersebut akan menarik bayaran yang mahal. Kalau si turis menolak, maka ia akan terus diikuti. Ngeselin banget, kan?

8. Bantu memotret tapi ujung-ujungnya duit

Ilustrasi memotret orang lain (unsplash.com/connor_o46)

Setiap pergi ke suatu negara, belum afdal kalau belum berfoto di landmark ikoniknya. Kalau pergi sendiri atau dengan sahabat, biasanya kamu membutuhkan orang lain untuk memotretmu full body di depan landmark tersebut.

Tak jarang hal ini dimanfaatkan penduduk lokal untuk mengambil keuntungan darimu. Mereka akan pura-pura memotretmu selama beberapa menit, tapi ujung-ujungnya minta duit. Kalau gak mau ini terjadi, sebaiknya kamu bawa tongsis atau meminta tolong kepada sesama turis saja, deh.

9. Turis lain yang sok akrab dan numpang makan

Ilustrasi makan bersama (unsplash.com/priscilladupreez)

Kejadian ini sering terjadi di bar atau kafe yang cukup ramai. Tak jarang ada sesama turis yang tiba-tiba menghampiri dan menumpang duduk di mejamu dengan alasan meja lain penuh. Ia pun menjadi sok akrab dan memesan berbagai makanan atau minuman.

Kamu pun dibuat tidak curiga hingga tiba saatnya ia pamit duluan dan kamu melihat nominal tagihanmu. Ternyata, ia memasukkan semua pesanannya ke dalam tagihan tersebut. Mau tidak mau kamu harus membayarnya, kan?

10. Uang palsu

Ilustrasi uang dolar (unsplash.com/alexandermils)

Sebagai turis yang baru pertama kali pergi ke suatu negara, biasanya kamu belum familier dengan mata uang lokal. Hal ini sering dimanfaatkan pihak-pihak yang nakal untuk memberimu uang palsu. Misalnya saat menerima kembalian uang saat membeli barang.

Supaya terhindar dari hal ini, sebaiknya kamu browsing duu wujud mata uang lokal dan selalu memeriksanya setiap uang kamu terima. Terutama uang-uang yang nominalnya besar. Selain itu, jangan menerima uang dalam keadaan robek dan kusut.

11. Tiket palsu dan percaloan

Ilustrasi tiket kereta api (unsplash.com/noonths)

Siapa bilang hanya Indonesia yang ada praktik percaloan? Di luar negeri juga banyak. Namun, yang lebih parah lagi adalah calo yang menjual tiket palsu.

Mereka biasanya menawarkan tiket-tiket ke beberapa atraksi wisata hingga transportasi antarkota dengan berbekal kemampuan bahasa asing dan sikap yang persuasif.

Setelah membayar, ia akan menyerahkan tiket yang seakan tiket asli. Kamu baru akan menyadari bahwa tiket tersebut palsu saat masuk ke tempat wisata atau naik kendaraan.

Oleh karena itu, selalu beli tiket melalui situs resmi atau online travel agent yang bekerja sama dengan pihak tempat wisata atau operator bus.

12. Tour guide palsu

Ilustrasi tour guide (unsplash.com/bhurnal)

Gak hanya tiket palsu, para scammers juga sering memanfaatkan ketidaktahuan turis dengan berpura-pura menjadi tour guide. Mereka akan menawarkan jasa untuk mengantar turis ke destinasi populer dengan harga cenderung murah. Untuk lebih meyakinkan, mereka juga menjelaskan tentang sejarah dan seluk-beluk tempat tersebut.

Namun, di tengah jalan mereka biasanya akan membawa turis ke sebuah toko atau galeri yang kurang ramai, berharap si turis akan membeli sesuatu dari toko tersebut agar mereka mendapatkan komisi. Di akhir perjalanan, ia akan meminta tambahan bayaran kepada turis. 

13. Pura-pura kehilangan uang

ilustrasi bingung (unsplash.com/Ben White)

Barangkali modus yang satu ini sudah sering kamu temui, kan? Jangan kaget kalau tiba-tiba kamu didekati orang yang mengaku sesama turis dan ia curhat uangnya hilang akibat kecopetan atau ditipu orang lain.

Ia akan mengatakan hal-hal yang meyakinkan dan memelas sehingga kamu berempati kepadanya. Antara kasihan atau risih, kamu akan tergerak untuk memberikan beberapa lembar uang kepadanya padahal uangmu sendiri pas-pasan.

Kamu bisa menolaknya secara halus dengan bilang bahwa uangmu sudah menipis.

14. Polisi gadungan

ilustrasi polisi di Jepang (unsplash.com/Alex Martinez)

Kejadian polisi gadungan ini sering terjadi di wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan. Para scammers mengenakan seragam polisi agar terlihat meyakinkan. Ada beberapa modus yang sering mereka lakukan, yaitu pengecekan uang palsu dan pelanggaran di jalan raya.

Para polisi gadungan tersebut menghampiri turis dan mengatakan akan ada pengecekan uang palsu di daerah tersebut, sehingga ia ingin mengecek dompet para turis. Saat turis lengah, si polisi gadungan pun melancarkan aksinya dengan mengambil beberapa lembar uang dari dompet tersebut.

Selain itu, kejadian tilang palsu di jalan raya juga marak terjadi. Para polisi gadungan mengentikan turis yang menaiki motor dan mengatakan, bahwa ia telah melanggar lalu lintas. Ujung-ujungnya sudah bisa ditebak, kan? Yup, mereka minta uang tilang.

15. Pungli di pos perbatasan negara

Potret perbatasan negara Amerika Serikat dan Meksiko (thedrinksbusiness.com)

Scamming berupa pungli (pungutan liar) juga kerap terjadi di beberapa pos perbatasan antarnegara, baik di Eropa maupun Asia. Terutama wilayah-wilayah yang berbatasan darat.

Para scammers biasanya menyamar sebagai petugas pos dan berpura-pura melakukan pemeriksaan. Mereka kemudian meminta uang kepada turis dan mengatakan bahwa itu biaya tambahan untuk stempel paspor, sumbangan, atau hal lainnya.

Padahal, untuk pergi ke suatu negara, tidak ada uang yang perlu dibayarkan oleh para turis, kecuali visa (kalau dibutuhkan) dan tiket kendaraan.

Nah, itu dia 15 jenis scamming yang wajib kamu ketahui saat liburan ke luar negeri. Karena sudah tahu, kamu wajib berhati-hati dan waspada terhadap modus-modus di atas, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fasrinisyah Suryaningtyas
Dewi Suci Rahayu
Fasrinisyah Suryaningtyas
EditorFasrinisyah Suryaningtyas
Follow Us