Kenapa saat Mendaki Tidak Disarankan Makan Mie Instan?

- Mi instan memberi energi palsu dan tidak bertahan lama
- Kaya kandungan natrium yang bisa memicu dehidrasi
- Memperberat kerja sistem pencernaan karena suhu dingin
Bagi kebanyakan pendaki, mi instan sering jadi menu andalan yang wajib masuk tas carrier. Sebab, mi instan memiliki beberapa keunggulan, yakni praktis, gampang dimasak, dan rasanya yang enak saat disantap di tengah udara dingin gunung.
Di balik kelezatannya, ternyata mi instan juga punya sisi gelap yang banyak tidak disadari oleh pendaki, lho. Penting banget untuk tahu kenapa saat mendaki tidak disarankan makan mi instan melalui ulasan berikut ini. Dengan begitu, kamu bisa lebih bijak dalam memilih jenis makanan yang dibawa.
1. Memberi energi palsu dan tidak bertahan lama

Mi instan kerap jadi pilihan utama para pendaki, karena praktis dan mengenyangkan. Namun, makanan ini sebenarnya hanya mengandung karbohidrat yang mudah dicerna tubuh, sehingga energi yang dihasilkan pun akan cepat habis atau terkuras.
Tanpa adanya tambahan protein dan serat, tubuh tidak akan memiliki cadangan energi yang cukup untuk melakukan aktivitas berat seperti mendaki. Akibatnya, pendaki bisa merasa cepat lapar dan lemas dalam waktu singkat saat masih berada di tengah pendakian.
2. Kaya kandungan natrium yang bisa memicu dehidrasi

Bumbu di sebungkus mi instan mengandung kadar natrium dalam jumlah tinggi. Konsumsi natrium yang berlebihan dapat menarik cairan dari dalam sel tubuh, sehingga mempercepat terjadinya proses dehidrasi, terutama ketika berada di ketinggian dan suhu dingin seperti gunung.
Pada kondisi seperti itu, tubuh membutuhkan lebih banyak cairan, tapi rasa haus sering kali tidak terasa, sehingga risiko kekurangan cairan makin besar. Selain itu, dehidrasi yang tidak tertangani dengan baik bisa menyebabkan sakit kepala, penurunan fokus, bahkan memicu hipotermia.
3. Memperberat kerja sistem pencernaan karena suhu dingin

Suhu gunung yang dingin bisa membuat sistem metabolisme dan pencernaan tubuh pendaki cenderung melambat untuk menghemat energi. Dalam kondisi ini, makanan seperti mi instan yang tinggi natrium, lemak jenuh, dan rendah serat menjadi lebih sulit dicerna.
Proses pencernaan yang lambat dan terganggu bisa menyebabkan masalah kesehatan, seperti kembung, mual, atau membuat perut terasa tidak nyaman sepanjang perjalanan. Gangguan ini bisa menurunkan performa fisik pendaki, karena energi tubuh tersita untuk mengatasi beban dari sistem pencernaan.
4. Membebani lingkungan dengan sampah plastik

Mi instan umumnya dikemas dalam plastik yang sulit terurai secara alami, bahkan bisa bertahan selama ratusan tahun di alam. Di jalur pendakian, sampah seperti ini bisa menjadi masalah serius, karena tidak semua pendaki disiplin membawa kembali bungkusnya.
Bungkus mi instan yang dibuang sembarangan tidak hanya merusak keindahan alam, tapi juga mengganggu ekosistem satwa liar yang ada di sekitarnya. Jika jumlah pendaki yang membawa dan membuang sampah plastik terus meningkat, maka pencemaran lingkungan bisa menjadi tak terkendali.
Dengan berbagai bahaya yang mengintai, mi instan sebaiknya tidak dijadikan andalan menu makan utama saat mendaki. Pilihlah makanan yang lebih bergizi, mudah dicerna, dan ramah lingkungan untuk menjaga stamina dan keselamatan. Gak cuma merugikan kesehatan, tetapi sampahnya juga mengancam lingkungan di jalur pendakian, lho!