- masalah transportasi - penerbangan delay panjang sampai harus menginap semalam, tiket hangus karena ketinggalan kereta, atau harus ganti jadwal transportasi dengan harga lebih mahal.
- kondisi kesehatan mendadak - sakit perut, demam, cedera ringan saat aktivitas wisata, sampai harus beli obat atau periksa ke klinik setempat.
- kehilangan atau kerusakan barang penting - dompet hilang, HP rusak, koper tertinggal, atau pakaian basah total karena cuaca ekstrem.
5 Tips Menyusun Dana Darurat Khusus Liburan

- Dana darurat liburan harus dipisahkan dari dana liburan utama
- Hitung risiko berdasarkan gaya liburan untuk menentukan nominal dana darurat
- Simpan dana darurat di tempat yang mudah diakses, seperti rekening terpisah atau e-wallet
Berlibur itu harusnya bikin senang, bukan malah bikin deg-degan karena keuangan berantakan. Namun kenyataannya, banyak orang pulang liburan dengan dua oleh-oleh, yakni foto kece dan saldo rekening yang megap-megap. Padahal, liburan yang ideal bukan cuma soal destinasi, tapi juga soal kesiapan finansial, termasuk dana darurat khusus liburan.
Dana darurat liburan ini sering diremehkan, padahal justru penyelamat saat ada kejadian tak terduga. Misalnya, tiket hangus, koper hilang, sakit mendadak, atau harga mendadak melonjak. Nah, biar liburan tetap happy tanpa drama finansial, kita bahas tips menyusun dana darurat khusus liburan berikut ini, yuk!
1. Bedakan dana liburan dan dana darurat liburan

Kesalahan paling umum adalah mencampur dana liburan dengan dana darurat liburan. Dana liburan itu untuk rencana utama, yakni mencakup transportasi, penginapan, makan, dan tiket wisata. Sementara itu, dana darurat liburan disiapkan khusus untuk hal-hal tak terduga yang semoga gak kejadian, tapi tetap harus diantisipasi.
Idealnya, dana darurat liburan berada di luar anggaran utama, sekitar 10–30 persen dari total bujet liburan. Misalnya, bujet liburanmu Rp5 juta, maka dana daruratnya sekitar Rp500 ribu—Rp1,5 juta. Dengan pemisahan ini, kamu gak akan panik kalau tiba-tiba harus keluar biaya ekstra, dan liburan tetap bisa lanjut tanpa harus utang atau mengorbankan kebutuhan setelah pulang.
2. Hitung risiko berdasarkan gaya liburan

Dana darurat liburan gak bisa disamaratakan, karena tiap orang punya gaya liburan berbeda. Backpacker yang sering pindah kota tentu punya risiko lebih besar dibanding staycation santai di satu hotel. Begitu juga liburan ke luar negeri, destinasi ekstrem, atau bepergian dengan anak.
Coba petakan risiko dari rencana liburanmu, seperti transportasi berapa kali, aktivitas berisiko apa saja, kondisi kesehatan, hingga musim liburan atau cuaca. Dari situ, sesuaikan nominal dana darurat. Semakin kompleks dan panjang perjalananmu, semakin besar dana darurat yang perlu disiapkan. Cara ini bikin danamu lebih realistis dan gak asal “pokoknya ada cadangan”.
3. Simpan di tempat yang mudah diakses

Dana darurat liburan harus bisa cepat diambil, tapi tetap aman. Jangan simpan semuanya dalam bentuk tunai di dompet, karena rawan hilang. Kombinasikan antara rekening digital, e-wallet, dan sedikit uang cash secukupnya.
Kalau memungkinkan, gunakan rekening terpisah khusus liburan. Selain lebih rapi, kamu juga gak tergoda memakainya untuk kebutuhan lain sebelum berangkat. Pastikan juga metode pembayaranmu bisa dipakai di destinasi tujuan, terutama kalau liburan ke luar negeri atau daerah terpencil.
4. Kumpulkan secara bertahap, jangan mendadak

Dana darurat liburan bukan sesuatu yang dikumpulkan seminggu sebelum berangkat. Idealnya, mulai menabung sejak rencana liburan muncul di kepala. Gunakan metode cicil ringan, misalnya, mingguan atau bulanan, biar gak terasa berat.
Kamu bisa memanfaatkan fitur autodebet atau celengan digital supaya lebih konsisten. Anggap saja ini asuransi versi santai untuk liburanmu. Semakin jauh hari persiapannya, semakin kecil tekanan finansial yang kamu rasakan menjelang hari keberangkatan.
5. Jangan dipakai kalau tidak darurat

Ini yang sering bikin gagal: dana darurat dipakai untuk jajan lucu, upgrade hotel, atau menambah itinerary dadakan. Padahal, esensi dana darurat adalah penyelamat, bukan tambahan gaya hidup. Dana darurat hanya boleh dipakai untuk kondisi mendesak, seperti:
Disiplin adalah kunci. Kalau sampai liburan selesai dan dana darurat gak terpakai, jangan langsung dihambur-hamburkan. Kamu bisa menyimpannya untuk liburan berikutnya atau mengembalikannya ke tabungan utama. Bonusnya, kamu pulang liburan dengan rasa aman dan keuangan tetap sehat.
Pada akhirnya, liburan yang menyenangkan itu bukan soal seberapa mahal destinasi, tapi seberapa tenang pikiran kita menjalaninya. Dengan dana darurat khusus liburan yang tersusun rapi, kamu bisa fokus menikmati momen, bukan sibuk menghitung sisa saldo. Jadi, sebelum packing koper, pastikan dana daruratmu juga sudah siap.


















