Bagaimana Nasib Mobil Amerika Serikat Setelah Perang Dagang?

- Perang dagang AS-China memengaruhi industri otomotif AS secara signifikan, memukul brand-brand besar seperti Ford, Chevrolet, dan Tesla.
- Ford menghentikan pengiriman model ikoniknya ke China karena tarif impor hingga 150 persen, sementara Tesla menghentikan pemesanan Model S dan Model X karena kenaikan tarif impor menjadi 125 persen.
- GM juga terkena dampak dengan meningkatnya tarif impor baru, memaksa mereka untuk menyesuaikan operasional dan diproyeksikan penjualan mobil AS akan turun sebesar 1,8 hingga 2 juta unit pada tahun 2025.
Setelah dimulainya perang dagang antara Amerika Serikat dan China pada April 2025, industri otomotif AS menghadapi tantangan besar yang sangat memengaruhi produksi dan penjualan mereka.
Bahkan, imbas perang dagang ini juga turut memukul brand-brand besar asal Amerika Serikat, seperti Ford, Chevrolet, hingga Tesla. Nah, berikut efek perang dagang terhadap brand-brand mobil asal Amerika Serikat.
1. Ford setop ekspor ke China

Ford memutuskan menghentikan pengiriman model-model ikonik seperti F-150 Raptor, Bronco, Mustang, dan Lincoln Navigator ke China. Langkah ini diambil setelah China memberlakukan tarif impor hingga 150 persen terhadap kendaraan asal AS sebagai respons terhadap kebijakan tarif dari pemerintahan AS.
Meskipun Ford memproduksi sekitar 80 persen kendaraannya untuk pasar domestik AS, namun perusahaan ini tetap menghadapi tekanan biaya karena banyak komponen yang masih diimpor dari luar negeri .
2. Tesla hentikan penjualan Model S dan X di China

Tesla juga turut menghentikan pemesanan untuk Model S dan Model X di pasar China. Keputusan ini diambil setelah China menaikkan tarif impor untuk produk AS menjadi 125 persen, yang membuat harga kendaraan tersebut melonjak dan kurang kompetitif dibandingkan produk lokal. Namun, Model 3 dan Model Y yang diproduksi di pabrik Tesla di Shanghai masih tetap tersedia di pasar China.
3. General Motors lakukan penyesuaian produksi

General Motors (GM), yang menaungi merek Chevrolet, GMC, Cadillac, dan Buick, juga menghadapi tantangan dalam rantai pasok akibat tarif impor baru. Meskipun GM memproduksi banyak kendaraan di AS, sekitar 57 persen dari nilai konten dalam kendaraan rakitan masih diimpor, sehingga tetap terkena dampak tarif.
Sebagai respons, GM meningkatkan produksi truk di fasilitas mereka di Indiana dan menyesuaikan operasional di pabrik-pabrik lain untuk mengurangi ketergantungan pada komponen impor.
4. Penjualan mobil Amerika Serikat diprediksi anjlok

Secara keseluruhan, menurut beberapa sumber, industri otomotif AS diproyeksikan mengalami penurunan penjualan sebesar 1,8 hingga 2 juta unit pada tahun 2025 akibat perang dagang ini.
Anjloknya penjualan ini antara lain karena kenaikan harga yang cukup signifikan. Harga kendaraan baru di AS diperkirakan naik sekitar 10 ribu dolar AS karena meningkatnya biaya produksi dan tarif impor. Hal ini dapat mengurangi daya beli konsumen dan memperlambat pertumbuhan industri otomotif dalam jangka panjang.