Benarkah Sering Bocengan Bikin Kampas Rem Motor Lebih Cepat Habis?

- Beban tambahan membuat rem bekerja lebih keras
- Distribusi bobot berubah dan membebani rem belakang
- Kebiasaan berkendara kurang tepat saat boncengan
Motor yang sering digunakan untuk boncengan memiliki beban kerja yang jauh lebih berat dibandingkan saat digunakan seorang diri. Salah satu komponen yang paling terasa dampaknya adalah kampas rem. Banyak pemilik motor mengeluhkan kampas rem yang cepat habis padahal usia motor belum terlalu lama atau jarang digunakan untuk perjalanan jauh. Fenomena ini tentu ada penyebab teknisnya.
Boncengan bukan hanya menambah berat, tetapi juga mengubah perilaku berkendara secara keseluruhan. Motor menjadi lebih berat, jarak pengereman bertambah, dan pengendara tanpa disadari lebih sering menggunakan rem. Kondisi-kondisi inilah yang membuat kampas rem lebih cepat aus. Berikut penjelasan lengkap mengenai alasannya.
1. Beban tambahan membuat rem bekerja lebih keras

Saat motor digunakan untuk mengangkut dua orang, beban total kendaraan meningkat signifikan. Penambahan berat ini membuat gaya inersia motor lebih besar, sehingga sistem pengereman harus bekerja ekstra untuk menghentikan laju motor. Setiap kali Anda menarik tuas rem atau menginjak pedal rem, gesekan kampas terhadap piringan atau tromol akan lebih besar dibanding saat motor digunakan sendirian.
Gesekan tambahan itulah yang mempercepat keausan kampas rem. Selain itu, jarak pengereman motor otomatis menjadi lebih panjang ketika boncengan. Pengendara tanpa sadar akan menarik rem lebih kuat atau lebih lama untuk memperlambat motor. Kombinasi rem yang sering dipakai dan beban yang berat menyebabkan kampas rem cepat menipis.
2. Distribusi bobot berubah dan membebani rem belakang

Saat membawa penumpang, distribusi bobot motor berpindah ke bagian belakang. Posisi penumpang membuat suspensi belakang lebih tertekan, sehingga rem belakang bekerja lebih berat dibanding rem depan. Ini sangat terasa pada motor matik yang mayoritas mengandalkan rem belakang ketika deselerasi.
Beban yang menumpuk di rem belakang membuat kampas rem jenis tromol atau cakram di belakang bekerja lebih panas. Temperatur yang meningkat mempercepat keausan material kampas, dan dalam jangka panjang membuat performa rem menurun lebih cepat. Jika kondisi ini terjadi terus-menerus, kampas bisa habis lebih cepat dari usia normalnya, bahkan sebelum mencapai 5.000–8.000 km.
3. Kebiasaan berkendara kurang tepat saat boncengan

Selain faktor mekanis, gaya berkendara saat boncengan juga memengaruhi usia kampas rem. Banyak pengendara menggunakan rem lebih sering karena merasa motor lebih berat dan sulit dikendalikan. Misalnya, terlalu sering melakukan pengereman mendadak, menahan rem saat menurun, atau tetap menekan tuas rem ketika macet.
Kebiasaan ini membuat kampas rem bekerja terus-menerus dan menghasilkan panas berlebih. Jika dibiarkan, kampas akan keras, kaca, atau cepat terkikis. Untuk mengurangi risiko ini, pengendara perlu beradaptasi dengan bobot tambahan: jaga jarak aman, manfaatkan engine brake, dan rem secara bertahap, bukan mendadak. Pastikan juga tekanan ban sesuai rekomendasi karena ban kempis saat boncengan membuat rem bekerja lebih berat.
So, kampas rem yang cepat habis ketika sering boncengan adalah hal yang wajar dari sisi teknis. Beban tambahan, perubahan distribusi berat, dan gaya berkendara yang kurang tepat menjadi kombinasi yang mempercepat keausan. Dengan memahami penyebabnya, pengendara bisa mengatur ulang cara berkendara dan melakukan perawatan rutin agar komponen rem tetap awet dan aman digunakan di berbagai kondisi.


















