Kenapa Daihatsu Terios Bakal Jadi Spesies Langka?

- Karakter mobil lebih tangguh di medan beratPenggerak roda belakang memberikan keunggulan penting untuk penggunaan di medan yang tidak rata. RWD memiliki traksi lebih baik sehingga mobil tidak mudah kehilangan tenaga.
- Tidak ikut tren pasar yang seluruhnya beralih ke FWDDaihatsu Terios terlihat “antik” tapi justru memiliki keunikan yang dicari sebagian konsumen. Meskipun segmen semakin padat, Terios tetap punya identitas kuat dan tidak tenggelam oleh tren.
- Mampu membawa beban tanpa mengurangi stabilitasRWD memberikan rasa percaya diri lebih tinggi saat melewati tanjakan panjang. Kemampuan membawa beban dan menghadapi medan
Daihatsu Terios kini menjadi salah satu SUV yang bisa dibilang “spesies langka” di pasar otomotif Indonesia. Di saat mayoritas mobil keluarga dan SUV kompak beralih memakai sistem penggerak roda depan (FWD), Terios tetap mempertahankan karakter lamanya: memakai penggerak roda belakang (RWD). Keputusan ini membuatnya memiliki identitas berbeda dibandingkan para rival modern yang lebih fokus pada efisiensi dan kenyamanan di jalan kota.
Meski tidak mengikuti arus tren, strategi ini justru membuat Terios memiliki pasar tersendiri. Banyak konsumen yang menyukai durabilitas, ketahanan menghadapi medan berat, serta sensasi berkendara yang lebih kokoh—sesuatu yang sulit ditemukan pada mobil bermesin kecil berpenggerak depan. Dengan harga yang terjangkau untuk SUV 7-seater, Terios tetap menjadi opsi menarik bagi pengguna yang sering melewati jalan bergelombang atau menanjak.
1. Karakter mobil lebih tangguh di medan berat

Penggerak roda belakang memberikan keunggulan penting untuk penggunaan di medan yang tidak rata. Pada kondisi jalan jelek, berbatu, atau tanjakan curam, roda belakang yang mendorong mobil bekerja lebih efektif dibanding FWD yang menarik dari depan. Saat bagian depan melewati tanjakan, beban akan berpindah ke belakang—di sinilah RWD memiliki traksi lebih baik sehingga mobil tidak mudah kehilangan tenaga.
Dalam penggunaan harian di daerah seperti perbukitan, pedesaan, atau area dengan infrastruktur yang kurang rata, Terios memberikan rasa aman lebih tinggi. Konsumen yang sering membawa banyak penumpang atau mengangkut barang juga diuntungkan, karena RWD biasanya lebih kuat menahan beban berat tanpa membuat mobil terasa “ketarik” atau kehabisan traksi. Faktor ini menjadi alasan mengapa Terios tetap digemari pengguna yang membutuhkan ketahanan daripada sekadar fitur modern.
2. Tidak ikut tren pasar yang seluruhnya beralih ke FWD

Di segmen Low SUV, hampir semua pemain sekarang memakai FWD, mulai dari Honda BR-V, Toyota Rush generasi berikutnya yang dirumorkan berubah ke FWD, Hyundai Stargazer X, hingga Xpander Cross. FWD memberikan kelebihan seperti konsumsi BBM lebih irit, ruang kabin lebih lega, serta biaya produksi lebih murah. Namun, karakter FWD tidak selalu cocok untuk kondisi jalan Indonesia yang beragam.
Keputusan Daihatsu mempertahankan RWD membuat Terios berbeda sendiri di pasar. Tidak banyak mobil baru yang masih mengambil pendekatan ini, sehingga Terios terlihat “antik” tapi justru memiliki keunikan yang dicari sebagian konsumen. Ketika banyak SUV terasa seperti MPV tinggi dengan FWD, Terios tetap mempertahankan rasa SUV sejati. Akibatnya, meskipun segmen semakin padat, Terios tetap punya identitas kuat dan tidak tenggelam oleh tren.
3. Mampu membawa beban tanpa mengurangi stabilitas

Keunggulan besar dari RWD adalah kemampuannya menjaga stabilitas ketika mobil membawa banyak beban, terutama di baris ketiga. Pembagian tenaga yang terfokus ke roda belakang membuat beban mesin tidak terlalu berat, sehingga mobil tetap mudah dikendalikan meski penuh penumpang. Saat melewati tanjakan panjang seperti jalur Puncak, Dieng, atau Bromo, RWD memberikan rasa percaya diri lebih tinggi.
Faktor inilah yang membuat banyak keluarga, petugas lapangan, dan pengguna perjalanan luar kota masih mempertahankan Terios sebagai pilihan. Kemampuan membawa beban dan menghadapi medan menantang tetap menjadi alasan kuat yang menjadikan Daihatsu Terios sebagai “spesies langka” yang tidak mengikuti arus, tetapi tetap relevan di pasar Indonesia.


















