Berjalan Zig-zag Bisa Membantu Mobil Melewati Tanjakan Curam?

- Prinsip fisika di balik teknik zigzag
- Manfaat dan risiko dari teknik zig-zag
- Alternatif yang lebih aman
Menghadapi tanjakan curam sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi pengemudi, terutama saat menggunakan kendaraan dengan tenaga mesin yang terbatas. Dalam situasi seperti itu, sebagian pengemudi memilih teknik zig-zag atau mengemudi dengan pola menyamping ke kiri dan ke kanan.
Teknik mengemudi zigzag memang umum digunakan di jalan pegunungan atau perbukitan yang ekstrem, terutama oleh kendaraan dengan tenaga rendah atau saat membawa beban berat. Namun, penting untuk memahami prinsip fisika di balik teknik ini dan potensi risikonya. Pertanyaannya, apakah cara ini benar-benar efektif atau justru berbahaya?
1. Prinsip fisika di balik teknik zigzag

Ketika mobil berjalan lurus ke atas di tanjakan curam, gaya gravitasi yang melawan arah gerak kendaraan menjadi sangat besar. Semakin besar sudut kemiringan tanjakan, semakin besar pula torsi mesin yang dibutuhkan agar mobil dapat terus naik tanpa mundur atau kehilangan tenaga.
Dengan bergerak secara menyamping atau zigzag, sudut tanjakan yang dilalui mobil menjadi lebih landai dibandingkan jika menanjak secara langsung. Dalam istilah fisika, ini disebut sebagai pengurangan gradien efektif. Karena gradien yang lebih rendah, maka gaya dorong yang dibutuhkan dari mesin juga menjadi lebih kecil. Akibatnya, beban kerja mesin lebih ringan dan mobil bisa naik lebih stabil.
Inilah sebabnya mengapa di daerah pegunungan, banyak jalan dibuat berkelok-kelok (disebut tikungan “hairpin”) agar kendaraan lebih mudah menanjak meskipun jarak tempuh menjadi lebih jauh.
2. Manfaat dan risiko dari teknik zig-zag

Dari sisi mekanis, teknik zigzag bisa membantu mobil bermesin kecil atau bertransmisi manual untuk mempertahankan momentum saat menanjak. Hal ini menghindari mobil dari kehabisan tenaga atau bahkan mogok di tengah tanjakan. Selain itu, pengemudi juga bisa menjaga putaran mesin (RPM) tetap stabil, terutama saat tidak menggunakan gigi yang sangat rendah.
Namun, teknik ini tidak sepenuhnya aman. Jika dilakukan di jalan umum yang sempit, zigzag berisiko menabrak kendaraan dari arah berlawanan atau keluar dari badan jalan. Teknik ini juga meningkatkan risiko kehilangan traksi jika permukaan jalan licin atau berkerikil, karena ban cenderung bergerak ke samping alih-alih lurus menanjak. Risiko lainnya adalah mobil bisa kehilangan kontrol saat berganti arah terlalu sering.
Selain itu, di beberapa negara, termasuk Indonesia, teknik ini bisa dianggap sebagai manuver berbahaya apabila dilakukan secara sembarangan di jalan raya. Oleh karena itu, zigzag sebaiknya hanya digunakan dalam situasi darurat, di tempat yang sepi dan cukup lebar.
3. Alternatif yang lebih aman

Jika mobil kesulitan menanjak, ada beberapa solusi lain yang lebih aman. Pertama, gunakan gigi rendah (L atau 1) untuk mendapatkan torsi maksimal. Kedua, pastikan kendaraan tidak kelebihan beban, karena muatan yang terlalu berat memperberat kerja mesin. Ketiga, periksa kondisi mesin dan kopling, karena kopling yang aus bisa membuat mobil kehilangan tenaga saat menanjak.
Kesimpulannya, berjalan zigzag memang bisa membantu mobil melewati tanjakan curam dengan mengurangi sudut tanjakan secara efektif. Namun, teknik ini sebaiknya digunakan dengan hati-hati, dan bukan menjadi solusi utama. Yang lebih penting adalah memastikan kendaraan dalam kondisi optimal dan menguasai teknik mengemudi yang sesuai untuk medan menanjak.