Hore! Honda dan Nissan Masih Berpeluang Merger

Setelah sebelumnya sempat gagal, wacana merger antara dua raksasa otomotif Jepang, Honda dan Nissan, kembali mencuat. Harapan baru muncul seiring pergantian pucuk pimpinan di tubuh Nissan, di mana Ivan Espinosa akan menjabat sebagai CEO mulai 1 April.
“Saya memiliki pendekatan yang tidak tabu terhadap kemitraan,” kata Espinosa seperti dikutip dari Drive, Senin 31 Maret 2025.
Sebelumnya, pembicaraan merger sempat terhenti pada Februari karena kedua perusahaan tidak sepakat soal struktur kepemilikan. Honda menginginkan kemitraan yang setara, sementara Nissan disebut ingin posisi yang lebih dominan atau menjadikan Honda sebagai bagian dari perusahaannya. Namun kini, dengan mundurnya CEO sebelumnya, Makota Uchida, jalan menuju diskusi ulang pun terbuka lebar.
1. Kerja sama tetap jalan di balik Layar

Walaupun rencana merger tidak membuahkan hasil, ternyata hubungan antara Honda dan Nissan tetap baik-baik saja. Bahkan menurut Espinosa, kedua perusahaan tetap berkomunikasi secara aktif dan rutin bekerja sama dalam berbagai proyek. Salah satunya adalah pengembangan mobil listrik generasi terbaru untuk menekan biaya produksi dan riset.
“Kami tidak pernah berhenti bicara dengan Honda,” ujar Espinosa. Ia juga menambahkan bahwa setiap minggu tim dari kedua pihak masih rutin berdiskusi. Kerja sama ini tidak hanya terbatas pada mobil listrik, tapi juga menjangkau pengembangan kecerdasan buatan (AI) untuk kendaraan. Jadi meskipun merger tidak terjadi, kolaborasi tetap berjalan dan bahkan bisa berkembang lebih luas dari yang dibayangkan sebelumnya.
2. SUV dan tantangan dari China

Salah satu alasan utama kolaborasi dua raksasa ini adalah untuk bersaing melawan derasnya gelombang kendaraan listrik murah dari Tiongkok. Salah satu strategi yang sedang dijajaki adalah penggabungan kekuatan di segmen SUV besar, yang saat ini menjadi salah satu pasar paling menggiurkan.
Jika digabungkan, Honda dan Nissan (termasuk merek Infiniti dan Acura) punya tujuh model SUV aktif yang bisa menjadi kekuatan besar jika dikembangkan bersama.
Belum ada rincian resmi tentang bagaimana bentuk kerja samanya, tapi kolaborasi ini diproyeksikan tak hanya menyentuh sisi teknologi, tapi juga bisa meluas ke strategi produksi, pemasaran, hingga efisiensi distribusi.
3. Kolaborasi adalah kunci

Espinosa optimistis bahwa kemitraan akan menjadi hal yang semakin penting di dunia otomotif. Ia menyadari bahwa tantangan industri ke depan sangat besar, mulai dari tekanan kendaraan listrik murah asal Tiongkok hingga perubahan teknologi yang begitu cepat. Untuk itu, membangun kerja sama strategis dianggap sebagai langkah krusial agar bisa tetap kompetitif.
Espinosa menutup dengan menyatakan bahwa masa depan industri otomotif akan sangat ditentukan oleh bagaimana membangun kemitraan yang efisien dan saling menguntungkan. “Bentuknya bisa macam-macam,” ujarnya. Yang jelas, terbuka kemungkinan kalau Honda dan Nissan bisa saja kembali ke meja perundingan—entah dalam bentuk merger baru, joint venture, atau kerja sama skala besar lainnya.