Gagal Merger dengan Honda, Nissan Dekati Tesla

Nissan batal merger dengan Honda. Sebagai gantinya, Nissan kini mengincar investasi dari Tesla, produsen mobil listrik dari Amerika Serikat. Upaya Nissan mendekati Tesla ini dipimpin oleh mantan anggota dewan direksi Tesla, Hiro Mizuno, dan mendapat dukungan dari sejumlah politisi terkemuka, termasuk mantan perdana menteri Yoshihide Suga.
Para investor ini melihat peluang dengan mendirikan konsorsium investasi yang nantinya akan menempatkan Tesla sebagai pendukung keuangan terbesar bagi Nissan. Harapannya, dengan kehadiran Tesla dalam konsorsium, Nissan bisa terhindar dari akuisisi oleh perusahaan asal Taiwan, Foxconn, yang tengah menunjukkan minat besar terhadap pabrik Nissan di Amerika Serikat.
1. Masuknya Tesla bisa mencegah Foxconn

Financial Times yang dikutip oleh Electrive melaporkan para investor meyakini bahwa Tesla tertarik untuk membeli pabrik Nissan yang berlokasi di Amerika Serikat. Pabrik yang terletak di Tennessee dan Mississippi ini memiliki kapasitas produksi mencapai satu juta unit per tahun, meskipun baru sekitar setengah kapasitas yang digunakan tahun lalu.
Masuknya Tesla ini diharapkan bisa mempersempit peluang Foxconn untuk menguasai aset Nissan. Ini adalah upaya Jepang untuk memastikan Nissan tetap berada di tangan pihak-pihak yang memiliki visi jangka panjang untuk membangun industri otomotif yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Bagi para investor, keterlibatan Tesla tidak hanya soal pendanaan, tetapi juga sebagai langkah strategis untuk menggabungkan teknologi otomotif mutakhir dengan pengalaman manufaktur Nissan yang telah teruji.
2. Investasi Tesla bisa mengoptimalkan produksi Nissan

Nissan memiliki dua pabrik perakitan utama di AS yang memegang peranan penting dalam pendapatan perusahaan. Meski kapasitas produksinya masih belum maksimal, pabrik-pabrik ini dinilai sangat strategis bagi penjualan Nissan di pasar Amerika. Dengan teknologi canggih dan potensi ekspansi yang masih besar, pabrik Nissan menjadi target investasi yang menarik, terutama bagi perusahaan seperti Tesla yang tengah gencar mengembangkan lini kendaraan listriknya di AS.
Investasi dari Tesla diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan fasilitas produksi Nissan. Selain itu, langkah ini juga dilihat sebagai upaya untuk menjaga agar aset penting Nissan tidak jatuh ke tangan pihak asing yang potensial memiliki orientasi keuntungan semata. Konsorsium yang dibentuk Jepang dengan dukungan Tesla diharapkan bisa memberikan suntikan modal serta inovasi teknologi, sehingga Nissan dapat bersaing lebih kuat di pasar global, khususnya dalam era transisi ke kendaraan listrik.
3. Tantangan dan Reaksi dari Pihak Terkait

Meski prospek investasi ini menarik, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Pertama, pabrik Nissan di AS memang sangat strategis, namun penggunaannya yang belum optimal membuat Nissan harus mempertimbangkan dengan matang apakah akan menjual aset tersebut kepada pihak luar. Kedua, Tesla sendiri harus menunjukkan ketertarikan yang serius untuk mengambil alih pabrik yang saat ini masih difokuskan pada produksi mobil bermesin pembakaran, sementara prioritas Tesla adalah kendaraan listrik.
Reaksi dari Elon Musk, pemimpin Tesla, pun terkesan menolak gagasan ini. Dalam cuitan di X, Musk menegaskan bahwa pabrik Tesla adalah milik Tesla sendiri, dengan lini produksi yang unik dan berbeda dari kebanyakan produsen otomotif. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa mengambil alih pabrik yang selama ini memproduksi mobil berbahan bakar bensin tidak sejalan dengan program prioritas Tesla. Tantangan lain datang dari potensi kekhawatiran Nissan sendiri mengenai masa depan perusahaan jika diambil alih oleh konsorsium yang didominasi oleh kepentingan keuangan semata.
Jadi, akankah Nissan bergabung dengan Tesla?