Nissan Alami Kerugian Terbesar Sepanjang Sejarah Perusahaan

- Nissan Motor rencanakan PHK 20 ribu karyawan global, setara 15% total tenaga kerja.
- Kerugian besar hingga Rp75 triliun akibat penurunan penjualan dan kegagalan mengikuti tren kendaraan hybrid dan listrik.
- Perusahaan akan memangkas jumlah karyawan, mengurangi kapasitas produksi global 20%, serta meluncurkan 10 model baru untuk pemulihan bisnis.
Nissan Motor kembali menjadi sorotan setelah mengumumkan rencana besar untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 20 ribu karyawan secara global. Angka ini mencakup sekitar 15 persen dari total tenaga kerja mereka di seluruh dunia.
Keputusan drastis ini merupakan bagian dari langkah restrukturisasi menyeluruh guna menyelamatkan bisnis yang tengah mengalami tekanan besar akibat penurunan penjualan dan kerugian finansial yang belum pernah terjadi sebelumnya.
PHK ini tidak hanya mencerminkan kondisi internal perusahaan yang semakin genting, tetapi juga menggambarkan tantangan yang dihadapi banyak produsen otomotif global di tengah perubahan tren pasar dan persaingan ketat, terutama dari kendaraan listrik dan merek-merek baru asal China.
1. Nissan alami kerugian terbesar sepanjang sejarah

Menurut laporan dari Kyodo News, Nissan mengalami kerugian bersih sekitar 700 hingga 750 miliar yen atau sekitar Rp75 triliun pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2025. Ini menjadi kerugian tahunan terbesar dalam sejarah perusahaan Jepang tersebut. Penyebab utama dari kerugian ini adalah penurunan nilai aset, merosotnya penjualan di pasar utama seperti Amerika Serikat dan China, serta kegagalan Nissan dalam mengikuti tren kendaraan hybrid dan listrik yang kini sedang naik daun.
Sebagai respons terhadap kondisi ini, perusahaan tidak hanya akan memangkas jumlah karyawan, tetapi juga akan mengurangi kapasitas produksi global sebesar 20 persen. Langkah ini merupakan lanjutan dari rencana sebelumnya pada November 2024 yang telah mengumumkan pemangkasan 9.000 pekerjaan. Namun, karena situasi keuangan memburuk, Nissan memperluas rencana PHK hingga mencakup lebih dari 20 ribu pegawai.
2. Tekanan besar dari pasar China

Salah satu pasar terpenting bagi Nissan adalah China, namun dalam beberapa tahun terakhir, posisi mereka di sana terus melemah. Penjualan mobil Nissan di Tiongkok turun lebih dari separuh dalam empat tahun terakhir, membuat perusahaan kehilangan pangsa pasar yang signifikan. Ini diperparah dengan meningkatnya dominasi produsen kendaraan listrik lokal seperti BYD dan NIO, yang berhasil meraih hati konsumen dengan produk yang lebih relevan dan terjangkau.
Sebagai strategi pemulihan, Nissan berencana meluncurkan sekitar 10 model baru dalam beberapa tahun ke depan, dengan fokus pada elektrifikasi dan fitur canggih yang sesuai dengan selera pasar. Harapannya, inovasi produk ini bisa menjadi titik balik untuk menarik kembali minat konsumen.
3. Merger dengan Honda batal, Nissan fokus cari mitra baru

Nissan pernah melakukan penjajakan untuk merger dengan Honda. Namun, laporan terbaru menyebutkan bahwa pembicaraan tersebut resmi gagal karena perbedaan visi jangka panjang antara kedua perusahaan. Honda dikabarkan lebih memilih fokus pada pengembangan teknologi listrik secara independen, sementara Nissan berharap dapat mempercepat pemulihan melalui kolaborasi bisnis.
Gagalnya merger ini menjadi pukulan tersendiri bagi Nissan, yang saat ini sedang mencari mitra baru untuk mendukung upaya transformasi bisnis. Dalam jangka pendek, perusahaan berfokus pada penguatan internal dan peluncuran produk baru sebagai solusi mengatasi tekanan pasar.