Kenapa Banyak Bengkel Nakal Masih Laku?

- Lokasi strategis dan akses cepat membuat bengkel nakal tetap ramai, meski pelayanannya merugikan.
- Harga servis awal yang murah menjadi jebakan bagi konsumen, meskipun akhirnya dikenakan biaya tambahan yang tidak masuk akal.
- Konsumen kurang pengetahuan teknis dimanfaatkan bengkel nakal untuk menakut-nakuti dengan diagnosa palsu atau berlebihan.
Fenomena bengkel motor nakal bukan hal baru di Indonesia. Meski banyak cerita konsumen yang merasa dirugikan, bengkel semacam ini tetap saja punya pelanggan. Di berbagai sudut kota, bengkel nakal masih bertahan bahkan berkembang, seolah praktik curang mereka tidak berdampak pada jumlah konsumen yang datang.
Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, kenapa bengkel nakal masih bisa bertahan meskipun reputasinya buruk? Ternyata ada sejumlah faktor yang membuat konsumen tetap mendatangi mereka, baik karena keterbatasan pilihan, ketidaktahuan, hingga faktor psikologis. Mari kita bahas lebih dalam.
1. Lokasi strategis dan kemudahan akses

Banyak bengkel nakal yang berada di lokasi strategis, misalnya dekat jalan raya utama, perumahan, atau area kampus. Konsumen yang mengalami masalah mendadak di jalan biasanya tidak sempat memilih bengkel, sehingga langsung masuk ke bengkel terdekat. Faktor kedekatan dan akses cepat ini membuat bengkel nakal tetap ramai meski pelayanannya merugikan. Konsumen seringkali lebih mementingkan “yang penting motor cepat beres” daripada mencari bengkel terpercaya yang mungkin jaraknya lebih jauh.
2. Harga murah jadi jebakan

Strategi lain bengkel nakal adalah menawarkan harga servis awal yang murah. Ongkos pasang atau ganti oli bisa lebih rendah dibanding bengkel resmi. Sayangnya, harga murah ini sering jadi umpan. Setelah motor masuk, konsumen justru dikenakan biaya tambahan yang tidak masuk akal. Meski banyak yang kecewa, konsumen lain tetap tergiur karena hanya melihat promosi harga awal. Di sisi lain, sebagian konsumen dengan budget terbatas tetap memilih bengkel ini karena merasa tidak punya pilihan lain.
3. Konsumen kurang pengetahuan teknis

Banyak pemilik motor tidak benar-benar paham soal teknis kendaraan. Ketidaktahuan ini sering dimanfaatkan bengkel nakal untuk menakut-nakuti dengan diagnosa palsu atau berlebihan. Misalnya, menyebut komponen vital harus segera diganti padahal kondisinya masih bagus. Karena konsumen tidak punya pembanding atau enggan ribut, mereka cenderung menuruti saran bengkel. Situasi ini membuat bengkel nakal tetap bisa beroperasi, bahkan berkembang dengan memanfaatkan ketidaktahuan konsumen.
So, bengkel nakal bisa tetap bertahan karena kombinasi lokasi strategis, iming-iming harga murah, dan keterbatasan pengetahuan konsumen. Selama faktor-faktor ini masih ada, bengkel nakal akan selalu punya pelanggan. Solusi terbaik ada pada konsumen itu sendiri: lebih kritis, mencari informasi sebelum servis, dan memilih bengkel resmi atau yang sudah terbukti jujur. Dengan begitu, bengkel nakal akan kehilangan “pasarnya” dan pelan-pelan hilang dari jalanan.