Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Desain Motor India Sulit Diterima di Indonesia?

Suzuki Burgman 125 (suzuki.co.id)
Suzuki Burgman 125 (suzuki.co.id)
Intinya sih...
  • Selera desain orang Indonesia lebih halus dan proporsionalOrang Indonesia terbiasa dengan desain motor Jepang yang punya proporsi pas antara bodi, tangki, dan jok. Motor India cenderung mengusung desain tegas dan berotot—gaya yang cocok untuk pasar domestik India.
  • Pencahayaan dan proporsi tidak sesuai dengan standar estetika lokalCiri khas motor India adalah lampu depan besar berbentuk tidak biasa, sering kali dianggap “aneh” atau “tidak simetris”. Proporsi bodi yang terlalu tinggi di bagian tangki dan terlalu ramping di ekor juga membuat motor India terlihat janggal di jalanan kota Indonesia.
  • Desain dashboard dan finishing terasa kurang premiumDetail kecil seperti panel instrumen
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Motor asal India mulai banyak masuk ke pasar Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Merek seperti TVS, Bajaj, dan bahkan beberapa model Hero sempat mencoba peruntungan di tanah air. Namun, meskipun mesin mereka dikenal tangguh dan harga kompetitif, sebagian besar produk ini gagal merebut hati masyarakat Indonesia. Alasannya tidak hanya soal merek, tetapi lebih kepada desain yang dianggap tidak cocok dengan selera pengendara Indonesia yang sangat sensitif terhadap gaya.

Jika diperhatikan, desain motor India cenderung menonjolkan fungsi ketimbang bentuk. Bentuk bodi sering kali terasa kaku, proporsi tangki dan buritan tidak seimbang, serta lampu depan memiliki gaya yang aneh di mata konsumen lokal. Padahal, di Indonesia, desain menjadi faktor utama dalam keputusan membeli motor—bahkan lebih penting daripada performa mesin. Maka tidak heran, ketika model seperti Bajaj Pulsar 180 atau TVS Apache RTR masuk pasar, banyak yang menilai tampilannya “kurang luwes” dan “berat dilihat”.

1. Selera desain orang Indonesia lebih halus dan proporsional

TVS Callisto 125 (dok. TVS Indonesia)
TVS Callisto 125 (dok. TVS Indonesia)

Orang Indonesia terbiasa dengan desain motor Jepang yang punya proporsi pas antara bodi, tangki, dan jok. Garis desainnya halus dan tidak terlalu agresif. Sementara itu, motor India cenderung mengusung desain tegas dan berotot—gaya yang cocok untuk pasar domestik India yang menyukai tampilan macho.

Contohnya, Bajaj Pulsar 200NS memiliki bodi besar dengan lekukan tajam di tangki dan buritan tinggi, tetapi di Indonesia justru terlihat “penuh” dan kurang elegan. Sementara motor seperti Yamaha Vixion atau Honda CB150R tampil lebih ramping dan menyatu dengan anatomi pengendara lokal.

2. Pencahayaan dan proporsi tidak sesuai dengan standar estetika lokal

TVS Apache RTR 310 (dok. TVS)
TVS Apache RTR 310 (dok. TVS)

Salah satu ciri khas motor India adalah lampu depan besar berbentuk tidak biasa, sering kali dianggap “aneh” atau “tidak simetris”. Misalnya pada TVS Apache RTR 160, lampu depannya menonjol dengan gaya mirip serangga, sesuatu yang kurang diminati di Indonesia.

Sementara masyarakat Indonesia menyukai desain lampu yang simpel dan simetris seperti milik Yamaha MT-15 atau Honda CBR150R. Proporsi bodi yang terlalu tinggi di bagian tangki dan terlalu ramping di ekor juga membuat motor India terlihat janggal di jalanan kota Indonesia yang padat.

3. Desain dashboard dan finishing terasa kurang premium

Panel instrumen TVS Apache RR 310 yang diduga sama dengan BMW G 310 RR (TVS)
Panel instrumen TVS Apache RR 310 yang diduga sama dengan BMW G 310 RR (TVS)

Selain bentuk bodi, detail kecil seperti panel instrumen dan finishing juga memengaruhi persepsi konsumen. Banyak motor India menggunakan kombinasi digital-analog yang terlihat kuno atau plastik kasar di area bodi. Misalnya, Hero Xtreme 200R sebenarnya punya performa bagus, tapi desain speedometer-nya dianggap “murahan” dibandingkan motor Jepang di kelas yang sama. Sementara itu, konsumen Indonesia sudah terbiasa dengan tampilan dashboard modern, material solid, dan pencahayaan LED yang menambah kesan premium.

Pada akhirnya, kesulitan motor India diterima di Indonesia bukan karena kualitas mesinnya, melainkan karena mismatch selera desain. Selama produsen India belum mampu menyesuaikan gaya visual dengan selera masyarakat Indonesia yang mengutamakan keindahan, keseimbangan proporsi, dan kesan elegan, motor mereka akan tetap sulit bersaing di jalanan nusantara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in Automotive

See More

Tips Mencegah Karat pada Motor yang Sering Terpapar Air Laut

15 Okt 2025, 14:04 WIBAutomotive