Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Perusahaan Ini Diprotes Karyawannya karena Tetap Berbisnis di Rusia

Istana Kremlin (unsplash.com/Paul_G)
Istana Kremlin (unsplash.com/Paul_G)

Jakarta, IDN Times - Perusahaan yang memproduksi Oreo, Mondelez, serta Nestle dan Pepsi menerima protes dari karyawannya akibat tetap berbisnis di Rusia. Walaupun telah banyak pihak yang menyerukan agar perusahaan-perusahaan untuk menarik bisnisnya, tiga perusahaan ini tercatat masih melakukan kegiatan bisnis di Rusia.

Seorang karyawan Mondelez dari Ukraina mengungkapkan kekecewaannya setelah mengetahui perusahaan mereka masih mempromosikan Oreo bertema "The Batman" di Rusia. Padahal, Warner Bros, studio film yang membuat "The Batman", telah membatalkan penayangan The Batman di Rusia dan memberitahu pihak Mondalez. Namun, Mondalez tetap tidak menarik produknya dari pasar Rusia dilansir dari Reuters.

Meskipun Pepsi menangguhkan penjualan soda di Rusia, perusahaan itu masih menjual makanan ringan dan produk susu. Sedangkan Nestle hanya menghentikan iklan dan investasinya di Rusia, namun masih menjual beberapa produknya, seperti KitKat.

1. Sejumlah karyawan mengirimkan petisi

Dilansir Business Today, karyawan yang melakukan protes dan mengundurkan diri kebanyakan berasal dari Ukraina, Polandia dan negara-negara Eropa Timur dan hanya sebagian kecil dari total karyawan. Sekitar 130 karyawan Mondelez di wilayah Baltik yang meliputi Lithuania, Latvia, dan Estonia mengirim petisi pada bulan Maret kepada Direktur Utama, Dirk Van de Put, untuk menghentikan semua bisnis di Rusia.

"Setiap rubel  yang dibayarkan ke Rusia dalam bentuk pajak dan gaji dapat digunakan agresor untuk memasok tentaranya dan membunuh lebih banyak orang Ukraina, di antaranya ada anak-anak, wanita, orang tua," demikian salah satu pernyataan dalam petisi tersebut yang dikutip Reuters.

Beberapa karyawan Nestle yang berbasis di Lviv, Ukraina mengirimi surat terbuka untuk Kepala Eksekutif Nestle, Mark Schneider. Melalui pesan tersebut, mereka menyampaikan bahwa mereka merasa dikhiniati karena Nestle masih beroperasi di Rusia.

2. Mengalami tekanan mental

Ilustrasi Pemblokiran Media Sosial. (unsplash.com/Jeremy_Bezanger)
Ilustrasi Pemblokiran Media Sosial. (unsplash.com/Jeremy_Bezanger)

Sejumlah karyawan yang diwawancarai mengaku bahwa mereka mengalami tekanan mental akibat keputusan perusahaan tempatnya bekerja. Beberapa mengakui dirundung di media sosial karena bekerja di perusahaan yang mendukung Rusia.

Sofia Vashchenko, seorang manajer yang selama hampir delapan tahun bekerja di konten web Nestle di Lviv, Ukraina, memutuskan untuk berhenti bulan ini. Dalam sebuah postingan di Linked In, Sofia mengaku bahwa ia dan 20 rekan kerjanya kecewa berat pada perusahaannya.

Terutama, setelah mendengar keputusan Kepala bisnis Nestle untuk wilayah Eropa, Marco Settembri untuk tetap mepertahnkan kegiatan bisnis di Rusia. Settembri juga dikabarkan siap memberikan dukungan bagi koleganya di Rusia yang dicerca berbagai pertanyaan terkait operasi Nestle di Rusia.

3. Tanggapan perusahaan

Ketiga perusahaan tersebut mengaku hanya menjual produk-produk yang penting di Rusia. Nestle, mengaku hanya menjual makanan bayi di Rusia, dan menyumbangkan keuntungannya untuk amal. Terkait karyawan yang terdampak di Rusia, Nestle mengaku telah memberikan bantuan dana dan memfasilitasi pemindahan mereka ke cabang Nestle lain di Eropa.

Dalam sebuah email internal, Kepala bisnis Nestle Eropa, Marco Settembri, menyatakan kesedihannya ketika mendengar karyawannya harus mengundurkan diri setelah mendapat intimidasi di media sosial dilansir dari Global News.

Mondelez menyatakan bahwa pihaknya telah menerima suara dari karyawannya dari berbagai negara dan akan mengusahakan dialog untuk menangani masalah ini.

"Kami menghargai bahwa karyawan kami angkat bicara dan berbagi suara mereka tentang perang yang memilukan dan tidak masuk akal ini," kata Mondelez yang berbasis di Chicago dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Reuters.

"Kami telah mendengar berbagai suara berbeda dari rekan kerja di seluruh dunia, dan para pemimpin kami berdialog aktif dengan tim mereka sambil kami mengelola operasi sehari-hari." tambahnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us