6 Negara ASEAN Ini Diprediksi Selamat dari Ancaman Resesi

Jakarta, IDN Times – Badai resesi digadang-gadang akan menghantam hampir semua negara di 2023. Hal itu tak lepas dari perekonomian global yang disebut alami perlambatan paling tajam setelah resesi global tahun 1970-an.
Meski demikian, ternyata ada beberapa negara, terutama di wilayah ASEAN yang terhindar dari jurang resesi.
Berikut daftar 6 negara di Asean yang diprediksi selamat dari ancaman resesi, seperti yang dikutip dari berbagai sumber.
1. Vietnam

Perekonomian Vietnam diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,7 persen di tengah ketidakpastian resesi global. Painchaud dari IMF mengatakan, terlepas dari risiko dan kelanjutan dari resesi 2023, pertumbuhan PDB Vietnam kemungkinan besar masih jadi yang tertinggi di antara ekonomi-ekonomi di Asia.
Kantor Statistik Umum (GSO) Vietnam mencatat adanya pelonjakan ekspor sebesar 17,3 persen menjadi 282,52 miliar dolar AS pada kuartal III 2022.
Sementara, seperti yang dikutip dari channelnewsasia.com, ekonomi Vietnam di kuartal III melambung berkat sektor industri dan konstruksi yang tumbuh 12,91 persen. Lalu, sektor jasa dan pertanian masing-masing juga tunbuh sebesar 18,86 persen dan 3,24 persen.
2. Indonesia

Selama kuartal I dan II, ekonomi Indonesia berhasil tumbuh di atas 5 persen, masing-masing 5,01 persen dan 5,44 persen. Sementara, di kuartal III pertumbuhannya bahkan diperkirakan melampaui kinerja positif di paruh awal tahun ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan, kondisi Indonesia masih dapat dikatakan aman meski ada ancaman resesi dunia pada 2023 akibat kenaikan suku bunga. Hal itu terlihat dari berbagai indikator, seperti pertumbuhan ekonomi dan kinerja ekspor yang masih kuat, serta tekanan inflasi yang meski tapi lebih baik dari negara lainnya.
3. Singapura

Berdasarkan data Asian Development Bank (ADB) per September 2022, perekonomian Singapura tahun ini diprediksi akan tumbuh 3,7 persen.
Pada kuartal I 2022, perekonomian Singapura memang mulai bangkit dan mampu tumbuh 3,8 persen. Kemudian, pada kuartal II 2022 tumbuh menjadi 4,4 persen. Bahkan, pada 2021 ekonominya berhasil tumbuh 7,2 persen, setelah jatuh ke lubang resesi pada 2020 akibat pandemi covid-19.
Meski pertumbuhannya tak secepat tahun lalu, namun negeri singa putih itu diyakini tak akan jatuh ke jurang resesi pada 2023.
4. Malaysia

Malaysia juga diprediksi lolos dari bayang-bayang resesi berkat sektor pertanian dan pertambangannya yang menyumbang 14 persen dari PDB negara. Selain itu, sektor jasa dan manufaktur masing-masing juga menyumbang 57 persen dan 24 persen dari PDB.
Mengutip tradingeconomics.com, perekonomian Malaysia tumbuh pesat hingga 8,9 persen pada kuartal II 2022. Sistem keuangan Malaysia yang dilengkapi dengan pasar modal utang dan ekuitas yang baik semakin memperkuat keyakinan bahwa Malaysia mampu bertahan dari ancaman resesi.
Per Juni 2022, pasar modal utang menyumbang 1,8 triliun Ringgit Malaysia dan asar modal ekuitas menyumbang 1,7 triliun Ringgit Malaysia. Selain itu, pasar modal Islam dengan nilai 2,2 triliun Ringgit Malaysia mewakili hampir dua pertiga dari total pasar modal.
5. Filipina

Perekonomian Filipina pada kuartal II 2022 tercatat tumbuh sebesar 7,4 persen. Meski begitu, ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan kuartal I 2022 yang mampu tumbuh 8,2 persen.
ADB memperkirakan inflasi akan meningkat 4,2 persen pada 2022 karena melonjaknya harga minyak serta komoditas global. Namun, pada 2023 inflasi justru diproyeksi melambat menjadi 3,5 persen.
Menurut Country Director ADB Filipina, Kelly Bird sebagian besar indikator menunjukkan Filipina akan alami pertumbuhan yang tinggi pada 2022 dan pada 2023. Namun, dampak faktor eksternal dari ketegangan geopolitik akan tetap menghambat pertumbuhan secara global.
6. Kamboja

Selama 2023, pertumbuhan ekonomi Kamboja diperkirakan mencapai 6,2 persen dari yang sebelumnya 6,5 persen.
Beberapa faktor, seperti manufaktur yang kuat, produksi alas kaki hingga garmen membuat ekonomi Kamboja berada di level yang cukup tinggi.