Ada Kebijakan Trump, Banyak Pabrik di China Mau Relokasi ke KEK Kendal

- Perang dagang AS-China mendorong perusahaan China relokasi pabrik ke KEK Kendal.
- Ketertarikan investor China disebabkan insentif fiskal dan kemudahan perizinan di Indonesia.
- Fasilitas pengurangan PPh Badan, tax holiday, bebas PPN, dan pembebasan bea masuk menarik investor.
Jakarta, IDN Times - Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal mendapat keuntungan dari ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China serta kebijakan teranyar dari Presiden Trump yang memberlakukan tarif tinggi atas produk impor dari China.
Kepala Administrator Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal Tjertja Karja Adil mengatakan, perang dagang AS-China membuat perusahaan-perusahaan besar dari China memilih memindahkan produksinya ke Kendal. Menurutnya, relokasi pabrik dari China ke Indonesia ini merupakan cara dari eksportir China untuk menghindari beban tarif bea masuk yang mahal ke Negeri Paman Sam.
"Tren kita dapat blessing gitu ya. Begitu Trump ini naik, enggak cuma 1, 2, 3 tenant investor asing ke kita, yang datang ke kantor saya ngomong, 'Pak, kami prepare untuk relokasi pabrik-pabrik kami yang di China itu masuk Kendal' gitu," kata Tjertja dalam konferensi pers Sewindu KEK Kendal, Kamis (27/2/2025).
1. Perang dagang hingga insentif fiskal jadi pemicu investor relokasi pabrik

Selain faktor perang dagang, ketertarikan investor China merelokasi pabrik ke Indonesia karena insentif fiskal yang ditawarkan pemerintah dan kemudahan perizinan yang kini diurus oleh administrator KEK Kendal.
Menurutnya masalah yang sering dihadapi oleh investor adalah masalah perizinan yang rumit antarkementerian dan lembaga. Oleh karena itu, pihaknya ingin memastikan investor mendapatkan kemudahan perizinan jika ingin investasi di KEK Kendal.
"Betul luar biasa Kendal, kami harus memastikan bahwa (investor) mendapatkan best services, saya tidak mau ada kesalahan dan keluhan terkait pelayanan dan kecepatan. Jadi kata kuncinya disitu, jika ada keluhan terkait perizinan pasti akan (menyebar) ke investor lain, tapi sebaliknya bila investor terlayani dengan baik maka mereka akan berbondong-bondong datang ke Indonesia," tegasnya.
Dengan semakin banyaknya investasi masuk, KEK Kendal diharapkan mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi regional dan menekan angka pengangguran lebih jauh di tahun-tahun mendatang.
2. Fasilitas fiskal jadi game changer di KEK

Investor atau pelaku usaha di KEK Kendal dapat menikmati pengurangan PPh (Pajak Penghasilan) badan, yaitu berupa tax holiday dan tax allowance, bebas PPN (Pajak Pertambahan Nilai), serta pembebasan bea masuk dan pajak impor.
Fasilitas pengurangan PPh Badan dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu 10-20 tahun pajak sesuai dengan jumlah penanaman modal. Rinciannya untuk penanaman modal Rp100 miliar hingga kurang dari Rp500 miliar mendapatkan insentif 10 tahun.
Kemudian investasi Rp500 miliar hingga kurang dari Rp1 triliun mendapatkan insentif pajak 15 tahun. Selanjutnya, untuk insentif pajak 20 tahun bisa dinikmati bila investasinya lebih dari Rp1 triliun.
"Fasilitas pajak yang paling banyak dinikmati investor adalah tax holiday, dengan minimal investasi Rp100 miliar mereka bisa dapat 10 tahun tax holiday," tegasnya.
Jika jangka waktu pemanfaatan fasilitas bagi badan usaha dan pelaku usaha berakhir, fasilitas pengurangan PPh Badan masih dapat dimanfaatkan selama dua tahun, namun dengan jumlah pengurangan sebesar 50 persen dari PPh Badan terutang.
"Fasilitas fiskal ini jadi game changer di KEK dan dengan adanya kantor adminsitrator yang menaungi mereka di kawasan," tegasnya.
3. Sepanjang 2024, KEK Kendal terbitkan 961 surat keterangan asal

Lebih lanjut, ia menjelaskan sepanjang 2024, pihaknya telah menerbitkan 961 Surat Keterangan Asal (SKA). Dokumen ini menyatakan barang yang diekspor berasal dari negara pengekspor, termasuk produk dari pabrik China yang direlokasi ke Indonesia.
"SKA membuktikan bahwa barang ekspor Indonesia telah memenuhi Ketentuan Asal Barang Indonesia," jelasnya.
Adapun sejak delapan tahun terakhir, KEK Kendal mencatat investasi mencapai Rp 141 triliun. Saat ini, sebanyak 124 perusahaan asing sudah membuka pabrik di Kendal. Dari jumlah itu, 39 persen merupakan perusahaan asal China.
“Lalu seperempatnya asal Indonesia dan sisanya negara lain seperti Hong Kong, Korea Selatan, serta Jerman,” jelasnya.