Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Adidas Dituding Jiplak Desain Sandal Adat Zapotec

logo Adidas (unsplash.com/Jan Zinnbauer)
logo Adidas (unsplash.com/Jan Zinnbauer)
Intinya sih...
  • Meksiko menuntut Adidas menarik produk dan berdialog dengan komunitas adat
  • Lembaga pemerintah Meksiko akan menempuh jalur hukum untuk menuntut Adidas
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Pemerintah Meksiko menuduh perusahaan pakaian olahraga Adidas melakukan cultural appropriation lewat peluncuran sepatu baru Oaxaca Slip-On. Desainnya dinilai sangat mirip dengan sandal tradisional huaraches milik komunitas adat Zapotec di Villa Hidalgo Yalalag, negara bagian Oaxaca.

Sepatu rancangan desainer Amerika Serikat (AS) Willy Chavarria berdarah Meksiko itu memiliki permukaan kulit anyam, tumit terbuka, dan sol karet tebal yang menyerupai huarache buatan pengrajin lokal.

Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum menuntut Adidas memberikan kompensasi karena dianggap menggunakan desain tersebut tanpa izin. Ia menekankan desain itu merupakan bagian dari properti intelektual kolektif komunitas adat.

“Ini adalah properti intelektual kolektif. Harus ada kompensasi. Hukum warisan budaya harus dipatuhi,” kata Sheinbaum, dikutip dari Al Jazeera.

1. Gubernur Oaxaca minta Adidas tarik produk

potret logo Adidas (unsplash.com/Shawn Rain)
potret logo Adidas (unsplash.com/Shawn Rain)

Gubernur Oaxaca, Salomón Jara Cruz, mengkritik keras Adidas melalui surat terbuka. Ia menilai inspirasi kreatif tidak bisa membenarkan penggunaan ekspresi budaya yang menjadi identitas komunitas.

“Budaya tidak dijual, budaya dihormati,” ujarnya, sambil meminta Adidas menarik produk itu, mengakui Villa Hidalgo Yalalag sebagai pemilik desain, dan berdialog dengan komunitas adat.

Menurut Jara, permasalahan ini bukan sekadar soal desain, tetapi menyangkut budaya, sejarah, dan identitas masyarakat asli.

“Ini bukan hanya desain, ini tentang budaya, sejarah, dan identitas masyarakat asli dan kami tidak akan membiarkannya diperlakukan sebagai barang dagangan,” katanya, dikutip dari CNN.

Lembaga pemerintah Meksiko, Instituto Nacional de los Pueblos Indígenas (INPI), berencana menempuh jalur hukum untuk menuntut Adidas. Salah satu opsi adalah mengajukan pengaduan ke Instituto Mexicano de la Propiedad Industrial (IMPI) agar penjualan sepatu tersebut diblokir di Meksiko.

2. Adidas siap bertemu pemerintah Oaxaca

ilustrasi bendera Meksiko (pexels.com/Tim Mossholder)
ilustrasi bendera Meksiko (pexels.com/Tim Mossholder)

Adidas menanggapi pada Jumat (8/8) melalui surat yang menyatakan menghargai kekayaan budaya masyarakat adat Meksiko. Perusahaan mengakui relevansi kritik yang diterima dan meminta pertemuan dengan pejabat Oaxaca untuk membahas cara memperbaiki kerusakan terhadap populasi adat.

Wakil Menteri Kebudayaan Meksiko, Marina Núñez membenarkan Adidas sudah menghubungi pejabat Oaxaca untuk membicarakan restitusi bagi masyarakat yang desainnya dijiplak.

Núñez menambahkan, pemerintah Meksiko ingin membuat panduan agar seniman dapat bekerja sama dengan perusahaan tanpa merugikan pengrajin lokal. Rencana itu juga mencakup penyusunan regulasi yang lebih ketat untuk melindungi karya tradisional dari eksploitasi komersial.

3. Industri kerajinan lokal terancam

Kontroversi ini menyoroti pentingnya industri kerajinan di Meksiko yang menjadi sumber penghidupan bagi sekitar setengah juta orang. Di negara bagian seperti Oaxaca, Jalisco, Michoacán, dan Guerrero, sektor ini menyumbang sekitar 10 persen dari produk domestik bruto (PDB). Bagi Viridiana Jarquín García, pembuat dan penjual huarache di ibu kota Oaxaca, sepatu Adidas hanyalah tiruan murahan dari kerja keras pengrajin.

“Keindahan seni ini sedang hilang. Kami kehilangan tradisi kami,” katanya dikutip dari ABC News.

Sengketa seperti ini bukan yang pertama di Meksiko, karena sebelumnya merek internasional seperti Zara, Anthropologie, Patowl, Carolina Herrera, dan Louis Vuitton juga pernah dituduh meniru desain tradisional tanpa izin. Pada 2021, pemerintah federal Meksiko bahkan meminta penjelasan publik dari sejumlah merek tersebut.

Sejak itu, undang-undang baru diberlakukan dengan ancaman denda besar dan hukuman penjara bagi pihak yang memakai ekspresi budaya adat tanpa izin. Willy Chavarria, desainer kelahiran AS dari ibu berdarah Irlandia-Amerika dan ayah keturunan Meksiko-Amerika, sebelumnya mengatakan kepada Sneaker News bahwa karyanya bersama Adidas adalah bentuk penghormatan terhadap budayanya.

“Saya sangat bangga bekerja dengan perusahaan yang benar-benar menghormati dan mengangkat budaya dengan cara yang paling tulus,” ujarnya.

Sepatu Oaxaca Slip-On belum resmi dijual, namun foto-fotonya sudah beredar luas di internet.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us