Amazon Suntik Rp833 Triliun untuk Ekspansi Infrastruktur AI di AS

- AWS memperluas akses AI ke lembaga federal AS, membuka akses lebih luas bagi lembaga federal ke seluruh layanan AI AWS.
- Investasi muncul seiring upaya AS dan China dalam pengembangan AI, saham Amazon naik 1,7 persen setelah pengumuman investasi.
- Jaringan pusat data AWS tersebar di puluhan negara, mencakup lokasi besar maupun kluster regional serta ratusan pusat data sewaan colocation.
Jakarta, IDN Times – Amazon menyampaikan rencana penyuntikan dana hingga 50 miliar dolar AS (setara Rp833 triliun) untuk memperluas kapasitas akal imitasi (AI) dan superkomputer bagi pelanggan pemerintah Amerika Serikat (AS). Komitmen ini menjadi salah satu langkah infrastruktur awan terbesar yang pernah diarahkan ke sektor publik.
Pemerintah federal AS menargetkan pemanfaatan kemampuan khusus dari Amazon Web Services (AWS) untuk mengembangkan solusi AI sekaligus mendorong efisiensi biaya.
Proyek tersebut akan mulai dibangun pada 2026 dan menambah hampir 1,3 gigawatt kapasitas baru bagi layanan AI serta komputasi kinerja tinggi di wilayah AWS Top Secret, AWS Secret, dan AWS GovCloud melalui pusat data baru yang dilengkapi sistem mutakhir. Satu gigawatt daya komputasi diperkirakan setara dengan kebutuhan listrik rata-rata sekitar 750 ribu rumah di AS.
1. Inisiatif AWS memperluas akses AI ke lembaga federal

Dilansir dari Livemint, CEO AWS, Matt Garman mengatakan, investasi tersebut dianggap mampu menghilangkan hambatan teknologi yang selama ini menghambat pemerintah. AWS saat ini telah mendukung lebih dari 11 ribu lembaga pemerintah AS sebagai penyedia utama layanan awan.
Inisiatif baru ini akan membuka akses lebih luas bagi lembaga federal ke seluruh layanan AI AWS, termasuk Amazon SageMaker untuk pelatihan dan penyesuaian model, Amazon Bedrock untuk penerapan model serta agen AI, dan model dasar seperti Amazon Nova serta Anthropic Claude.
2. Kompetisi teknologi mendorong lonjakan investasi

Investasi tersebut muncul seiring upaya AS dan China yang sama-sama mempercepat pengembangan AI demi mempertahankan keunggulan dalam teknologi strategis. Perusahaan raksasa seperti OpenAI, Alphabet, dan Microsoft terus menggelontorkan miliaran dolar untuk membangun infrastruktur AI sehingga permintaan daya komputasi meningkat pesat.
Setelah pengumuman itu, saham Amazon naik 1,7 persen pada perdagangan siang di Wall Street. Alphabet sebagai induk Google mendekati nilai pasar 4 triliun dolar AS (setara Rp66,4 kuadriliun) dengan kenaikan 4,7 persen, sementara Nvidia melampaui 5 triliun dolar AS (setara Rp83,5 kuadriliun) setelah mengumumkan kemitraan superkomputer dengan Departemen Energi AS, dilansir dari Al Jazeera.
3. Jaringan pusat data AWS tersebar di puluhan negara

Amazon Web Services mengoperasikan lebih dari 900 fasilitas pusat data di lebih dari 50 negara, mencakup lokasi besar maupun kluster regional. Jaringan global tersebut juga mencakup ratusan pusat data sewaan colocation atau “colos” yang tersebar di berbagai wilayah.
Fasilitas colos itu hingga tahun lalu menyumbang sekitar seperlima dari total kapasitas komputasi AWS. Keberadaan jaringan luas ini memperkuat distribusi daya komputasi perusahaan di pasar global.

















