TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tesla Pengin Banget Garap Power Bank Esktra Besar di Indonesia

Gak cuma baterai lithium aja

Tesla. (https://pixabay.com/users/Blomst)

Jakarta, IDN Times - Perusahaan otomotif asal Amerika Serikat, Tesla siap bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk menggarap power bank ekstra besar alias energy storage system (ESS) di Indonesia.

"Mirip kayak power bank tapi ekstra besar, puluhan megawatt, bahkan sampai 100 mega watt," kata Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto dalam konferensi pers, Jumat (5/2/2021).

Baca Juga: Tesla Kirim Proposal Investasi ke Indonesia, Minggu Depan Ketemuan

Baca Juga: Siapkah Indonesia Beralih dari Energi Fosil ke Energi Terbarukan?

1. Tesla tertarik sama potensi energi Indonesia

Kepala Desa Kadirejo, Riyadi melakukan pengecekan kabel panel surya yang digunakan untuk memasok listrik jaringan internet nirkabel SuryaNett di atap kantor balai desa, 3 November 2020. Listrik dari tenaga surya ini digunakan untuk mendukung jaringan internet yang kerap terkendala ketika terjadi pemadaman arus listrik. Pembagunan SuryaNett menjadi bagian kebutuhan internet masyarakat desa secara agar berdikari baik secara ekonomi maupun literasi. IDN Times/Dhana Kencana

Ketertarikan Tesla untuk berinvestasi power bank ekstra besar atau ESS ini karena banyaknya sumber daya energi baru terbarukan (EBT) yang ada di Indonesia. ESS buatan perusahaan Elon Musk ini sendiri banyak digunakan di Australia.

"Mereka (Australia) combine ini dengan renewable energy di sana. Tapi mereka pengen banget kerja sama dengan Indonesia karena mereka lihat dengan Indonesia negara kepulauan dan banyak renewable energy, mereka bisa kombinasikan teknologi ESS mereka untuk berikan manfaat maksimal," kata Seto.

Baca Juga: Pabrik Tesla Dipaksa Tutup Saat Lockdown, Elon Musk Ancam Pemerintah

2. Untuk gantikan pembangkit listrik peaker

Ilustrasi listrik (IDN Times/Arief Rahmat)

Nantinya ESS ini akan menggantikan pembangkit listrik peaker yang digunakan ketika permintaan listrik di suatu daerah melebihi penggunaan listrik rata-rata.

"Baterai disii pada waktu demand (listrik) tidak terlalu tinggi. Listrik tinggi ketika siang ketika proses produksi lagi gede, pabrik lagi gede, energy electricity tinggi. Atau dari jam 6 sampai 10 malam ketika orang di rumah AC, TV menyala," papar Seto.

Baca Juga: BKPM Pastikan Pabrik Baterai Listrik Untungkan Warga Indonesia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya