Taliban Resmi Larang Budi Daya Opium di Afghanistan

Afghanistan produsen opium terbesar dunia

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Taliban melarang budi daya narkotika, termasuk opium, di Afghanistan. Larangan itu berdasarkan surat perintah dari pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzada, pada Minggu (3/4/2022), yang diumumkan dalam jumpa pers oleh Kementerian Dalam Negeri di Kabul. 

"Sesuai dekrit yang dikeluarkan pemimpin agung Emirat Islam Afghanistan, diberitahukan kepada semua warga Afghanistan bahwa mulai sekarang, budi daya opium dilarang keras di seluruh negeri," demikian isi surat perintah tersebut, dilansir ANTARA dari Reuters.

"Jika melanggar, tanamannya akan dihancurkan segera dan si pelanggar akan diperlakukan menurut hukum syariah."

Baca Juga: Taliban, Ladang Opium, dan Masa Depan Afghanistan

1. Taliban larang narkotika demi rebut hati dunia internasional

Taliban Resmi Larang Budi Daya Opium di AfghanistanAfghanistan. (Pixabay.com/1019)

Perintah itu mengatakan produksi, penggunaan atau pengangkutan narkotika lain juga dilarang. Pengendalian obat-obatan terlarang menjadi salah satu tuntutan dari komunitas internasional kepada Taliban yang merebut kekuasaan pada Agustus.

Taliban sedang berupaya mendapatkan pengakuan formal dari dunia internasional untuk mengurangi sanksi yang menghantam keras sektor perbankan, bisnis dan pembangunan. Menjelang akhir kekuasaannya yang pertama pada 2000, Taliban melarang penanaman opium tapi menghadapi penentangan keras hingga akhirnya mengubah pendirian mereka, kata sejumlah pakar.

Sejumlah tokoh penting di pemerintahan Amerika Serikat (AS) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sempat menyatakan kekhawatiran akan masa depan Afghanistan di bawah Taliban. Mereka menyebut Afghanistan berpotensi menjadi negara yang bergantung pada perdagangan obat terlarang atau narkotika karena ekonominya tertekan di bawah Taliban.

Kepala Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) untuk wilayah Kabul, Cesar Gudes, mengatakan Taliban telah mengandalkan perdagangan opium Afghanistan sebagai salah satu sumber pendapatan utama mereka. Perebutan kekuasaan tahun lalu, disebut sebagai momen bagi Taliban untuk mengembangkan bisnis mereka, tulis Al Jazeera.

Baca Juga: Taliban Minta Pengakuan Internasional untuk Afghanistan

2. Afghanistan, produsen opium terbesar dunia

Taliban Resmi Larang Budi Daya Opium di Afghanistanopium atau bunga poppy (pixabay.com/danielsfotowelt)

Afghanistan adalah produsen opium terbesar di dunia. PBB memperkirakan nilai produksi opium di negara itu mencapai 1,4 miliar atau sekitar Rp20,12 triliun pada 2017. UNODC memperkirakan lebih dari 80 persen pasokan opium dan heroin global berasal dari Afghanistan.

Menurut UNODC, dalam tiga dari empat tahun terakhir, tingkat produksi opium tertinggi berasal dari Afghanistan. Bahkan ketika pandemik COVID-19 berkecamuk, penanaman opium melonjak 37 persen dua tahun lalu, menurut laporan per Mei 2020.

Produksi opium yang diperkirakan tertinggi sepanjang masa ditetapkan pada 2017, yakni sebesar 9.900 ton senilai sekitar 1,4 miliar dolar AS dalam penjualan oleh petani atau sekitar 7 persen dari PDB Afghanistan, menurut UNODC.

Baca Juga: Janji Taliban: Afghanistan Tidak Akan Tanam Opium Lagi

3. Warga tetap pilih tanam opium karena menguntungkan

Taliban Resmi Larang Budi Daya Opium di Afghanistanilustrasi perkebunan tanaman opium di Afghanistan (Dok. UN)

Produksi opium Afghanistan telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, menurut petani dan anggota Taliban kepada Reuters. Situasi ekonomi yang buruk telah mendorong penduduk di provinsi-provinsi tenggara untuk menanam opium karena lebih cepat dipanen dan memberi hasil lebih banyak dari tanaman lain seperti gandum.

Seorang petani di Helmand mengatakan dalam beberapa pekan terakhir harga opium telah berlipat dua, dipicu oleh isu bahwa Taliban akan melarang budi dayanya. Namun dia mengatakan masih menanam opium untuk menafkahi keluarganya.

"Tanaman lain tidak menguntungkan," katanya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya