Ancaman Tarif Trump Bikin Thailand-Kamboja Siap Bahas Gencatan Senjata

- Trump mengancam untuk tidak melakukan kesepakatan dagang dengan Thailand maupun Kamboja jika konflik di perbatasan kedua negara tidak segera dihentikan.
- Bentrokan bersenjata di kawasan Preah Vihear dan Ta Krabey menyebabkan sedikitnya 32 orang tewas dan lebih dari 130 ribu warga terpaksa mengungsi.
- Presiden Trump mendapatkan komitmen dari Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai untuk segera melakukan perundingan guna mencapai gencatan senjata.
Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengatakan pada Sabtu (26/7/2025), tidak akan melakukan kesepakatan dagang dengan Thailand maupun Kamboja jika konflik di perbatasan kedua negara tidak segera dihentikan. Trump mengumumkan ultimatum ini usai berbicara dengan kedua pemimpin negara melalui sambungan telepon.
Hingga Minggu (27/7), artileri berat dan tembakan masih terdengar di sepanjang perbatasan sepanjang 800 kilometer, menandakan belum adanya upaya perdamaian yang efektif meski tekanan internasional meningkat.
1. Artileri berat menghantam wilayah perbatasan
Bentrokan bersenjata terus terjadi di kawasan Preah Vihear dan Ta Krabey pada Jumat (25/7), dengan laporan penembakan artileri berat dari kedua pihak. Juru bicara Angkatan Bersenjata Thailand, Richa Sooksuwanon menyebut pertempuran dimulai sekitar pukul 04.30 setelah Kamboja menembaki pos militer Thailand dengan senjata ringan dan berat.
“Kami terpaksa membalas dengan meriam artileri,” tuturnya.
Sementara di pihak Kamboja, pejabat militer menyatakan pasukan Thailand melancarkan serangan udara dengan jet tempur F-16 ke beberapa titik di Provinsi Oddar Meanchey. Juru bicara militer Kamboja mengklaim, kawasan sekolah dasar menjadi salah satu sasaran pengeboman.
2. Korban jiwa dan dampak kemanusiaan
Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand mengumumkan pada Jum'at (25/7), sedikitnya 14 warga sipil, termasuk anak-anak, menjadi korban tewas, sementara 31 orang lainnya luka-luka akibat serangan roket dan artileri dari Kamboja yang mengenai rumah sakit, supermarket, serta permukiman warga.
Otoritas Thailand mengevakuasi lebih dari 100 ribu warga dari wilayah perbatasan, dan setidaknya 852 sekolah serta tujuh rumah sakit ditutup untuk alasan keselamatan.
Menurut laporan, hingga Sabtu (26/7), jumlah korban tewas di kedua negara telah mencapai lebih dari 32 orang dan lebih dari 130 ribu warga terpaksa mengungsi.
3. Ancaman Trump dan respons para pemimpin
Presiden Trump secara terbuka mengumumkan di media sosial AS tidak akan melakukan perjanjian dagang dengan Thailand maupun Kamboja sampai perang berakhir.
“Saya katakan kepada mereka, kami tidak ingin berbisnis dengan negara yang sedang berperang. Mereka paham pesan itu,” tulis Trump di Truth Social, dilansir CNN.
Dalam pernyataan resminya, Trump juga menyebut telah mendapatkan komitmen dari Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Perdana Menteri sementara Thailand Phumtham Wechayachai untuk segera melakukan perundingan guna mencapai gencatan senjata.
“Kedua pihak sepakat untuk segera bertemu dan membahas langkah-langkah penghentian konflik,” jelas Trump, dilansir The Washington Times.
Di sisi lain, Phumtham mengatakan kepada Trump Thailand akan memulai gencatan senjata jika Kamboja menunjukkan komitmen yang sama.
“Thailand ingin memastikan bahwa Kamboja serius untuk mengakhiri konflik ini,” katanya dalam perbincangan tersebut.