Apa Itu Leverage Ganda yang Dianggap Berisiko?

- Leverage ganda adalah konsep di mana perusahaan induk bank menerbitkan utang untuk mengakuisisi saham dalam jumlah besar pada bank anak perusahaannya.
- Perusahaan induk bank menyuntikkan modal ke bank anak perusahaan, yang secara efektif melipatgandakan utang perusahaan induk awal.
- Pendanaan intra-perusahaan semacam ini dapat membuka peluang untuk arbitrase modal dan dianggap menanggung risiko lebih lanjut.
- Leverage ganda adalah konsep di mana perusahaan induk bank menerbitkan utang untuk mengakuisisi saham dalam jumlah besar pada bank anak perusahaannya.
- Perusahaan induk bank menyuntikkan modal ke bank anak perusahaan, yang secara efektif melipatgandakan utang perusahaan induk awal.
- Pendanaan intra-perusahaan semacam ini dapat membuka peluang untuk arbitrase modal dan dianggap menanggung risiko lebih lanjut.
Jakarta, IDN Times - Leverage ganda atau double leverage menjadi sorotan dalam dunia keuangan karena dianggap dapat memperbesar risiko finansial.
Konsep ini terjadi ketika sebuah perusahaan induk bank (bank holding company) menerbitkan utang untuk mengakuisisi saham dalam jumlah besar pada bank anak perusahaannya.
Idealnya, dilansir Investopedia, pembayaran bunga utang perusahaan induk dibiayai oleh dividen yang dihasilkan dari saham anak perusahaan tersebut.
Meskipun strategi ini menarik bagi sebagian perusahaan induk bank, regulator memperingatkan praktik ini berpotensi meningkatkan risiko keuangan dan merusak stabilitas sistem.
1. Bagaimana leverage ganda bekerja?

Perusahaan induk bank didefinisikan sebagai korporasi yang memegang kendali atas satu atau lebih bank, tetapi tidak menyediakan layanan perbankan harian.
Mereka berperan penting dalam mengontrol manajemen, menetapkan kebijakan dan strategi, serta memantau kinerja anak perusahaan.
Melalui leverage ganda, perusahaan induk menyuntikkan modal ke bank anak perusahaan. Anak perusahaan ini lantas dapat meningkatkan pinjamannya sendiri, yang secara efektif melipatgandakan utang perusahaan induk awal.
Meskipun modal mandiri perusahaan induk tidak berubah, tindakan ini membuatnya lebih terekspos terhadap risiko yang ada di anak perusahaan.
Mengingat bank memiliki persyaratan modal yang ketat terhadap jumlah utang yang diizinkan, leverage ganda dilihat sebagai cara tidak langsung agar bank dapat mengakses modal berbasis utang.
Sejumlah akademisi bahkan menyatakan kesediaan bank menggunakan strategi ini mungkin mengindikasikan bahwa regulator perlu mempertimbangkan izin pendanaan berbasis utang yang lebih besar bagi bank.
2. Contoh penerapan leverage ganda

Pada April 2018, Reuters melaporkan bahwa sejumlah Perusahaan Pengembangan Bisnis (BDC - Business Development Companies) telah mendapat lampu hijau dari dewan direksi untuk menaikkan batas pinjaman utang mereka.
Persetujuan ini merupakan tindak lanjut dari undang-undang A.S. yang disahkan pada Maret 2018. Undang-undang tersebut memungkinkan BDC untuk melipatgandakan daya ungkit (leverage) dana mereka.
BDC sendiri adalah organisasi yang berinvestasi pada perusahaan kecil dan menengah pada tahap awal pengembangan, mirip dengan perusahaan private equity atau venture capital.
Beberapa BDC yang mendapatkan izin peningkatan utang termasuk Apollo Investment Corp (AINV), FS Investment Corp (FSIC), PennantPark Floating Rate Capital Ltd (PFLT), dan Gladstone Capital Corp (GLAD).
3. Leverage ganda dibayangi risiko

Otoritas keuangan telah menyuarakan kekhawatiran terkait leverage ganda karena dua alasan utama. Pertama, pendanaan intra-perusahaan semacam ini dapat membuka peluang untuk arbitrase modal. Kedua, praktik ini dianggap menanggung risiko lebih lanjut.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Silvia Bressan pada 2018 menunjukkan bahwa perusahaan induk bank cenderung lebih rentan terhadap risiko ketika mereka meningkatkan leverage ganda.
Kondisi ini terutama terjadi jika kepemilikan saham induk di anak perusahaan lebih besar daripada modal perusahaan induk itu sendiri.
Bressan menyarankan bahwa pembuat kebijakan harus meningkatkan efisiensi regulasi terhadap entitas keuangan yang kompleks guna mendorong stabilitas.
Ketika entitas mana pun menanggung utang dalam volume besar, kemampuan untuk melakukan pembayaran kembali menjadi semakin sulit, terlepas dari apakah peminjam memiliki riwayat arus kas yang kuat dan sumber pendapatan yang beragam.

















