Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Turun Peringkat Kredit, Menteri Keuangan Salahkan Biden

Bendera Amerika Serikat (pexels.com/Brett Sayles)
Bendera Amerika Serikat (pexels.com/Brett Sayles)
Intinya sih...
  • Moody's menurunkan peringkat kredit AS dari Aaa menjadi Aa1 karena utang yang melonjak dan defisit federal hampir sembilan persen dari PDB pada 2035.
  • Utang nasional AS mencapai 36,22 triliun dolar, meningkat sejak dekade 1980-an. Penurunan peringkat ini merupakan yang terakhir dari tiga agensi besar.
  • Menteri Keuangan Scott Bessent menyindir keputusan Moody's sebagai ketinggalan zaman. Pemerintahan saat ini akan menurunkan belanja dan fokus pada pertumbuhan ekonomi.

Jakarta, IDN Times – Lembaga pemeringkat Moody’s resmi menurunkan peringkat kredit Amerika Serikat (AS) dari Aaa menjadi Aa1 pada Jumat (16/5/2025). Moody’s menyebut peningkatan utang dan pembayaran bunga yang melonjak jadi penyebab utama. Agensi itu memperkirakan defisit federal AS akan membengkak hingga hampir sembilan persen dari PDB pada 2035.

Penurunan ini datang di tengah kondisi utang nasional AS yang telah mencapai 36,22 triliun dolar AS. Menurut Departemen Keuangan, angka itu meningkat sejak dekade 1980-an dan terus bertambah di era Presiden AS Donald Trump dan mantan Presiden AS Joe Biden. Moody’s juga menjadi lembaga terakhir dari tiga agensi besar yang mencabut status triple-A AS, menyusul S&P pada 2011 dan Fitch pada 2023.

Menteri Keuangan Scott Bessent menyindir keputusan Moody’s sebagai ketinggalan zaman.

“Saya pikir itu yang semua orang pikirkan soal lembaga pemeringkat kredit,” kata Bessent dalam acara Meet the Press, dikutip dari NBC News, Senin (19/5/2025).

1. Bessent salahkan Biden dan klaim komitmen pemerintah saat ini

Bessent menyebut kebijakan belanja pemerintahan Biden sebagai biang kerok kondisi saat ini. Ia mengatakan bahwa belanja tersebut selama ini diklaim sebagai investasi untuk iklim dan layanan kesehatan. Namun menurutnya, dampaknya justru memperburuk defisit.

“Kami tidak sampai di sini dalam 100 hari terakhir.” Ia melanjutkan, “Ini karena pemerintahan Biden dan belanja selama empat tahun terakhir—defisit 6,7 persen dari PDB, tertinggi di luar masa resesi dan tanpa perang,” kata Bessent dikutp dari The Times of India, Senin (19/5/2025).

Meski begitu, ia mengatakan pemerintahan saat ini akan menurunkan belanja dan fokus pada pertumbuhan ekonomi.

“Kami bertekad untuk menurunkan pengeluaran dan menumbuhkan ekonomi,” ujar Bessent. Ia yakin pertumbuhan akan mengimbangi kenaikan utang dalam jangka panjang.

2. Pro-Kontra di kongres, pajak Trump jadi pemicu gesekan

Gedung Putih (pexels.com/Chris)
Gedung Putih (pexels.com/Chris)

Di Kongres, usulan perpanjangan pemotongan pajak era 2017 dari Presiden Trump senilai 5 triliun dolar AS menemui jalan buntu. Kelompok konservatif fiskal dari Partai Republik menolak pengesahannya, sehingga nasib rancangan itu masih belum jelas di DPR.

Menurut Washington Post, Komite Anggaran Federal yang bersifat nonpartisan menilai bahwa paket tersebut akan memangkas pengeluaran sebesar 1,6 triliun dolar AS. Namun, utang diperkirakan tetap naik 3,3 triliun dolar AS karena adanya potongan pajak tambahan dan belanja baru seperti pertahanan serta keamanan perbatasan.

Menanggapi penurunan peringkat, Ketua Komite Jasa Keuangan DPR, French Hill, menyebut ini sebagai peringatan keras. “Ini sinyal jelas tentang ketidakstabilan keuangan negara yang terus tumbuh,” kata Hill.

Sementara itu, Ketua DPR Mike Johnson menilai agenda Trump harus segera diloloskan.

“Ini akan membantu mengubah arah ekonomi AS dan mengirim pesan stabilitas ke sekutu bahkan musuh kita di seluruh dunia,” ujarnya, dikutip dari Washington Post, Senin (19/5/2025).

3. Soal Tarif, Jet Mewah, dan Investasi Timur Tengah

Qatar Airways, A7-AHY, Airbus A320-232 (Anna Zvereva from Tallinn, Estonia, Creative Commons Attribution-Share Alike 2.0 Generic license, via Wikimedia Commons)
Qatar Airways, A7-AHY, Airbus A320-232 (Anna Zvereva from Tallinn, Estonia, Creative Commons Attribution-Share Alike 2.0 Generic license, via Wikimedia Commons)

Bessent juga membahas isu tarif dan menyebut telah berbicara langsung dengan CEO Walmart, Doug McMillon. Menurutnya, McMillon mengatakan Walmart akan menanggung sebagian tarif seperti yang dilakukan pada 2018 hingga 2020. Namun CFO Walmart, John David Rainey, mengingatkan bahwa konsumen bisa saja mulai merasakan harga naik.

Trump bahkan mengunggah di Truth Social agar Walmart “menanggung tarif”, yang dibalas oleh pihak Walmart.

“Kami selalu berupaya menjaga harga serendah mungkin dan kami tidak akan berhenti,” kata Walmart.

Bessent menepis tudingan bahwa pemerintah menekan Walmart. “Kami punya hubungan yang sangat baik dan saya hanya ingin mendengarnya langsung dari dia, bukan dari media,” ujarnya.

Ia juga menyinggung hasil kunjungan Trump ke Timur Tengah dan menyebut investasi dari kawasan itu menunjukkan kepercayaan investor.

“Kami melihat kepercayaan dari para investor,” ucapnya dalam acara State of the Union. Ia menyebut tarif bisa kembali diberlakukan jika negara mitra tak berunding secara serius.

Terkait jet mewah senilai 400 juta dolar AS dari Qatar untuk Trump, Bessent menyebut kritik terhadap hadiah itu hanyalah pengalihan.

“Itu jalan keluar bagi media untuk tidak mengakui betapa luar biasanya perjalanan ini,” katanya. Ia menyebut hadiah itu ditujukan untuk rakyat Amerika, bukan individu.

Senator Chris Murphy mengkritik pernyataan Bessent yang meremehkan dampak penurunan peringkat.

“Saya dengar Menkeu berkata, ‘Siapa peduli dengan penurunan peringkat kredit dari Moody’s?’ Itu hal besar,” kata Murphy. Ia menilai penurunan itu bisa menandakan resesi dan bunga tinggi bagi masyarakat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us