Moody’s Pangkas Peringkat Kredit AS Imbas Defisit Anggaran

- Moody's menurunkan peringkat kredit AS dari Aaa menjadi Aa1 karena defisit anggaran yang terus meningkat dan pembayaran bunga utang yang tinggi.
- Ketidakmampuan pemerintahan AS dan Kongres dalam mengatasi defisit anggaran menyebabkan penurunan peringkat ini, dengan proyeksi utang federal yang akan melonjak.
Jakarta, IDN Times – Moody’s Ratings menurunkan peringkat kredit pemerintah Amerika Serikat (AS) dari Aaa menjadi Aa1. Langkah ini diambil karena beban pembiayaan defisit anggaran yang terus meningkat serta tingginya biaya pelunasan utang di tengah suku bunga tinggi.
Penurunan ini diumumkan Jumat (16/5/2025) malam waktu setempat setelah pasar tutup. Moody’s menyebut, rasio utang dan pembayaran bunga pemerintah telah melonjak selama lebih dari satu dekade.
Adapun nilai rasio ini kini jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain dengan peringkat serupa. Lembaga itu juga menyoroti ketidakmampuan pemerintahan dan Kongres AS dalam mengatasi defisit anggaran tahunan dan kenaikan biaya bunga.
“Kami memperkirakan defisit federal akan melebar, mendekati 9 persen dari PDB pada 2035, naik dari 6,4 persen pada 2024,” kata Moody’s, dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (17/5/2025).
1. Kongres AS gagal sepakat soal pemangkasan defisit

Moody’s menggarisbawahi kegagalan bertahun-tahun pemerintahan AS dan Kongres dalam merancang kebijakan fiskal yang dapat menekan defisit. Ketimpangan politik membuat jalan menuju pengurangan utang semakin terjal. Sistem politik yang macet menyebabkan kebijakan besar sulit ditempuh.
Partai Republik menolak kenaikan pajak, sementara Partai Demokrat enggan memotong pengeluaran. Akibatnya, kondisi fiskal terus memburuk. Situasi ini tercermin dari data terbaru yang menunjukkan defisit fiskal sejak 1 Oktober sudah mencapai 1,05 triliun dolar AS, naik 13 persen dibanding tahun lalu.
Jika pemotongan pajak dari era Trump pada 2017 diperpanjang, yang menjadi prioritas Kongres Republik, defisit primer federal bisa bertambah 4 triliun dolar AS selama satu dekade mendatang. Angka tersebut belum termasuk bunga utang. Proyeksi Kantor Anggaran Kongres menunjukkan utang federal yang dipegang publik akan melonjak dari 100 persen menjadi 118 persen dari PDB pada 2035.
2. Dampak langsung terasa di pasar obligasi dan saham

Penurunan peringkat ini langsung mempengaruhi pasar keuangan AS. Imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun naik 3 basis poin menjadi 4,48 persen dalam perdagangan pascapenutupan. Sementara itu, ETF obligasi jangka panjang iShares 20+ Year Treasury turun sekitar 1 persen, dan SPDR S&P 500 ETF Trust anjlok 0,4 persen, dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (17/5).
Para analis memperingatkan keputusan Moody’s dapat mendorong investor menuntut imbal hasil lebih tinggi untuk membeli utang AS. Hal ini mencerminkan risiko yang lebih besar dan dapat mengurangi minat terhadap aset-aset AS lainnya, termasuk saham. Ketidakpastian pasar juga diperkuat oleh prediksi anjloknya nilai dolar dan obligasi, serta melonjaknya harga emas.
“Ini mengejutkan. Ini besar – pasar sama sekali tidak menduganya,” kata Tom di Galoma dari Mischler Financial.
Fred Hickey dari The High-Tech Strategist menyebutnya sebagai bom Jumat sore melalui unggahan di X.
3. Pemerintah AS dan tokoh ekonomi bereaksi keras

Penurunan ini menjadikan Moody’s sebagai lembaga pemeringkat besar terakhir yang menurunkan kredit pemerintah AS. Sebelumnya, Standard & Poor’s melakukannya pada 2011, disusul Fitch Ratings pada 2023. Meski begitu, Moody’s mengubah prospek AS dari negatif menjadi stabil karena masih melihat kekuatan struktural ekonomi AS.
Moody’s menyoroti besarnya ekonomi AS, peran dolar sebagai mata uang cadangan dunia, serta efektivitas kebijakan moneter yang dipimpin oleh The Fed sebagai keunggulan kredit utama. Namun, reaksi dari dalam pemerintahan Trump cukup keras terhadap penilaian Moody’s.
Direktur komunikasi Gedung Putih Steven Cheung menyindir ekonom Moody’s Mark Zandi sebagai lawan politik Trump yang tidak kredibel. Sementara itu, Stephen Moore, mantan penasihat ekonomi senior Trump, menyebut penurunan itu keterlaluan dan mempertanyakan logika pemeringkatan.
“Pemerintahan Trump dan Partai Republik fokus memperbaiki kekacauan fiskal era Biden dengan memangkas pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan di pemerintahan,” kata juru bicara Gedung Putih Kush Desai, dikutip dari CBS News, Sabtu (17/5).
Departemen Keuangan AS belum memberikan komentar resmi.