Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bahan Pokok Menipis karena Virus Corona, Pemerintah Ditagih Stimulus

ilustrasi komoditas cabai di pasar tradisional. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Jakarta, IDN Times - Ketua umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ferry Juliantono menjelaskan bahwa suplai kebutuhan bahan pokok di pasar Indonesia semakin menurun. Hal ini terkait dampak virus corona jenis baru atau COVID-19 yang sedang melanda Indonesia.

Penurunan suplai bahan kebutuhan pokok yang dimaksud Ferry termasuk ikan, daging, dan sayuran yang mulai berkurang di pasaran.

"Saya menghawatirkan dari sisi suplainya karena informasi dari pedagang pedagang pasar yang ada di Indonesia tapi mendapatkan informasi bahwa suplai itu sebenarnya terjadi penurunan," kata dia di live streaming Polemik: COVID-19 Ujian Kebersamaan Kita, Sabtu (21/3).

1. Stok sembilan bahan pokok masih ada

Plt Wali Kota Medan dan Kapolresta Medan tinjau gudang distributor beras Bulog. Dok.IDN Times

Meski demikian, Ferry mengatakan stok sembilan bahan pokok masih tersedia. Sembilan bahan pokok seperti beras, minyak, telur, susu, dan lainnya masih tersedia di pasaran.  

Namun, sempat terjadi kelangkaan untuk komoditas gula pasir, bawang bombai, dan bawang putih. "Kalau ibu-ibu rumah tangga itu tahu persis bahwa gula pasir langka di pasaran," ujar dia.

2. Menyarankan pemerintah beri stimulus pada petani, nelayan, peternak

(IDN Times/Dwi Agustiar)

Dengan kondisi tersebut, Ferry menyarankan agar pemerintah dapat mengalokasikan stimulus dana untuk menekan ketiadaan bahan pokok di pasar. Stimulus tersebut dapat diberikan pada petani, nelayan, peternak, hingga UMKM dan koperasi, agar mereka bisa meningkatkan produksi dan mengisi stok di pasaran.

"Supaya kemudian produksi mereka bisa memenuhi, barang-barang yang ada di pasar-pasar dan barang-barang yang ada di pasar itu bisa sampai, kita bisa jual di masyarakat," kata dia.

3. Kepanikan yang ada tidak seperti pada 1998

ilustrasi (IDN Times/Dwi Agustiar)

Kondisi yang saat ini terjadi, menurut Ferry, belum bisa disamakan dengan krisis ekonomi pada 1998. Kepanikan yang ada sekarang belum seperti saat itu.

Menurut dia masyarakat masih bisa membeli kebutuhan mereka baik di ritel seperti supermarket maupun pasar tradisional. Walaupun begitu, dia mengingatkan pemerintah harus memberikan perhatian lebih pada kondisi yang seperti ini.

"Tapi kalau kekhawatiran yang kami sampaikan ini tidak cepat ditanggapi khawatir kelangkaan itu akan bisa terjadi atau kalaupun ada harga barangnya,"ujarnya. 

This article supported by VIVO as Official Journalist Smartphone Partner IDN Media

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Lia Hutasoit
3+
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us