Bahlil Ungkap Alasan Danantara Gabung Proyek CATL dan Huayou

- Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan keterlibatan Danantara dalam proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) yang melibatkan Huayou dan CATL.
- Proyek pengembangan ekosistem baterai EV di Indonesia, termasuk kerja sama dengan CATL, dimana BUMN memiliki sekitar 30 persen saham.
Jakarta, IDN Times - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan alasan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) bergabung dalam proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) yang dikerjakan Huayou dan CATL.
Menurut Bahlil, seluruh aset badan usaha milik negara (BUMN) yang terlibat dalam proyek tersebut kini berada di bawah pengelolaan Danantara, sehingga keterlibatan lembaga tersebut dalam proyek tersebut merupakan hal yang wajar.
"Ekosistem battery package ini dari hulu ke hilir ini adalah sebagian sahamnya milik negara, milik negara itu (lewat) BUMN. Nah, semua BUMN sekarang kan sudah milik Danantara, gimana lagi yang harus dipersoalkan," katanya kepada jurnalis di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/5/2025).
1. Bahlil jelaskan keterlibatan Danantara dalam proyek baterai CATL

Bahlil menjelaskan, proyek pengembangan ekosistem baterai EV di Indonesia, salah satunya adalah proyek kerja sama dengan konsorsium CATL, di mana PT Aneka Tambang Tbk (Antam) memegang 51 persen saham di sektor hulu tambang nikel.
Dalam joint venture (JV) 2, 3, dan 4 yang meliputi pengolahan high pressure acid leach (HPAL), prekursor, smelter, katoda, dan sel baterai, BUMN memiliki sekitar 30 persen saham.
"Nah, BUMN sekarang sudah berubah semuanya asetnya di bawah Danantara, otomatis (Danantara) masuk di situ. Ya kalau dia mau investasi equity-nya dia harus chip in (menyuntikan dana) gitu maksudnya," paparnya.
2. Bahlil belum ungkap nilai investasi Danantara di proyek baterai EV

Mantan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu belum dapat memastikan
Terkait besaran dana yang akan disuntikan oleh Danantara dalam proyek bersama Huayou dan CATL.
Dia menegaskan, nilai investasi baru bisa diketahui setelah Danantara resmi masuk ke dalam struktur proyek, dan informasi lebih lanjut sebaiknya ditanyakan langsung kepada pihak Danantara.
"Nanti mereka (Danantara) akan masuk, setelah masuk, berapa biayanya, tanya nanti ke Danantara," ujarnya.
3. Proyek bersama CATL menelan biaya hingga 6 miliar dolar

Bahlil menyampaikan perusahaan asal China itu akan mengembangkan proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi di Indonesia dengan nilai investasi sebesar 6 miliar dolar AS.
Proyek tersebut mencakup seluruh rantai produksi, mulai dari penambangan nikel, pengolahan High Pressure Acid Leach (HPAL), pembangunan smelter, produksi prekursor dan katoda, pembuatan sel baterai, hingga fasilitas daur ulang.
"CATL itu proyeknya 6 miliar dolar AS, itu mulai dari mining, HPAL, smelter, prekursor, katoda, baterai sel sampai recycle-nya. Ini adalah ekosistem baterai yang pertama di dunia yang dulu sebenarnya sudah kita bawa ini sejak 2022," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/5).