Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Benarkah Mundurnya Patrick Walujo untuk Muluskan Merger GoTo dan Grab?

Hans Patuwo dan Patrick Walujo
Hans Patuwo dan Patrick Walujo. (Dok. GoTo)
Intinya sih...
  • Patrick Walujo mundur dari GoTo demi memuluskan merger dengan Grab
  • Danantara akan mendapat keuntungan dalam merger GoTo-Grab, investor dan regulator mengamati Hans Patuwo
  • Perkembangan terkini rencana merger GoTo dan Grab, RUPSLB pada 17 Desember 2025 membahas pergantian CEO GoTo dari Patrick ke Hans
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) resmi mengumumkan mundurnya Patrick Walujo dari jabatan Chief Executive Officer (CEO). Hans Patuwo pun telah dinominasikan menjadi sosok pengganti Patrick Walujo.

Mengutip DealStreetAsia, perubahan pucuk kepemimpinan GoTo dilakukan demi mempermudah jalan menuju merger dengan perusahaan ride hailing lainnya, yakni Grab.

Selain itu, DealStreetAsia dalam artikelnya yang terbit pada Minggu (23/11/2025) juga menyebutkan, investor-investor besar GoTo termasuk SoftBank, Provident Capital Partners, dan Peak XV, mendesak pergantian pimpinan GoTo seiring dengan isu merger dengan Grab yang kembali menguat belakangan ini.

Meski begitu, manajemen GoTo dalam pernyataan resmi terbarunya tidak secara spesifik menyebutkan mundurnya Patrick sebagai jalan untuk memuluskan proses merger dengan GoTo.

"Nominasi dan transisi ini merupakan bagian dari proses sukses yang telah disiapkan secara matang oleh direksi yang mencerminkan komitmen perusahaan untuk memastikan stabilitas, kesinambungan strategi, dan penguatan eksekusi operasional seiring GoTo memasuki fase pertumbuhan berikutnya menuju profitabilitas berkelanjutan," begitu pernyataan manajemen GoTo, Senin (24/11/2025)

1. Keuntungan bagi Danantara dalam pusaran merger GoTo-Grab

WhatsApp Image 2025-06-30 at 11.30.02.jpeg
Wisma Danantara Indonesia (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Pembicaraan mengenai keluarnya Patrick dari GoTo sendiri telah bergulir sejak awal November 2025 usai rumor merger GoTo-Grab kembali menyeruak ke publik. Hal itu semakin diperkuat lewat Danantara yang disinyalir bakal terlibat dalam aksi korporasi dua perusahaan ride hailing terbesar di Indonesia tersebut.

Menurut DealStreetAsia, pihak-pihak terlibat menyebutkan, baik GoTo maupun Grab tengah memikirkan struktur yang akan memberikan Danantara saham minoritas dalam merger tersebut dan hak spesial atas bisnis di Indonesia.

Hal tersebut juga dianggap sebagai sebuah "saham emas" yang akan menopang kepentingan pemerintah di banyak bidang berkaitan transportasi online seperti kesejahteraan pengemudi dan penetapan harga. Selain itu, masuknya pemerintah melalui Danantara dalam rencana merger GoTo-Grab juga meredakan kekhawatiran atas penyerahan kendali atas perusahaan nasional (Grab mengendalikan GoTo).

Adapun merger antara GoTo-Grab diproyeksikan bernilai 29 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp484 triliun. Selain itu, jika merger benar terjadi maka GoTo dan Grab akan mengendalikan sekitar sekitar 90 persen pasar transportasi online dan pengiriman makanan di Indonesia.

2. Investor dan regulator akan mengamati GoTo di era Hans Patuwo

Hans Patuwo
Calon CEO GoTo yang baru, Hans Patuwo (dok. GoTo)

Di sisi lain, sosok Hans Patuwo terus mengalami peningkatan dalam jajaran kepemimpinan di GoTo. Pada awal tahun ini, Hans diberikan tanggung jawab lebih luas lewat jabatan Presiden On Demand Services untuk mengawasi bisnis layanan on-demand sambil tetap menjabat sebagai COO GoTo dan Direktur.

Dalam peran tersebut, dia ditugaskan untuk menyelaraskan operasional dan mendorong sinergi di berbagai unit bisnis GoTo, termasuk divisi layanan keuangannya, seuah tanggung jawab yang menempatkannya sebagai kandidat alami untuk mengambil alih posisi CEO.

DealStreetAsia bahkan menuliskan, jika Hans nantinya benar-benar menjadi CEO maka para investor dan regulator akan mengamati dengan seksama untuk melihat apakah perubahan manajemen akan membuka jalan yang lebih mudah dan jelas menuju merger GoTo dan Grab.

3. Perkembangan terkini rencana merger GoTo dan Grab

Isu merger GoTo dan Grab kembali menyeruak di media massa (dok. Istimewa)
Isu merger GoTo dan Grab kembali menyeruak di media massa (dok. Istimewa)

Terkait rencana merger, GoTo telah memberikan pernyataan resmi pada 10 November 2025, dengan pihaknya belum mencapai kesepakatan apapun terkait transaksi dengan Grab. GoTo menekankan bakal terus mematuhi aturan tata kelola dan pengungkapan sebagai perusahaan terbuka.

Tak lama setelah itu, GoTo juga mengonfirmasi bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saha Luar Biasa (RUPSLB) pada 17 Desember 2025. GoTo memastikan agenda tersebut tidak membahas perihal merger, tetapi dalam keterangan resmi terbarunya, RUPSLB akan meminta persetujuan pergantian CEO GoTo dari Patrick ke Hans. Sementara itu, pihak Grab melalui Presiden sekaligus COO, Alex Hungate, secara terbuka mengecilkan spekulasi merger dengan GoTo.

"Berita itu muncul dan menghilang, mungkin tiga atau empat kali dalam enam tahun terakhir," kata Alex di Bloomberg Summit pada 14 November silam, dikutip DealStreetAsia, Senin (24/11/2025).

Di sisi lain, DealStreetAsia lewat sumber anonimnya menyatakan, pembicaraan merger yang sebelumnya ditargetkan rampung tahun ini diharapkan memperoleh "kemajuan substansial" pada Maret 2026.

Bukan hanya itu, DealStreetAsia juga melaporkan pada September lalu, Eksekutif Provident Capital Partners, Winato Kartono, yang juga menjabat sebagai Komisaris GoTo memimpin upaya untuk mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak. Negosiasi yang telah mencapai tahap sangat lanjut tersebut kemudian ditangguhkan karena kekhawatiran dari regulator lokal dan perselisihan pemegang saham.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us

Latest in Business

See More

Bank Dunia Ungkap Alasan Rupiah Tetap Tangguh di Tengah Gejolak Dunia

24 Nov 2025, 19:01 WIBBusiness