Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Biaya Cost of Fund Mahal, BTN Optimistis DPK Tumbuh di Akhir Tahun

ilustrasi pertumbuhan ekonomi
Intinya sih...
  • DPK BTN per Agustus mencapai Rp373,8 triliun
  • Pertumbuhan DPK industri perbankan nasional sebesar 7,04% yoy
  • NIM BTN diprediksi berada di sekitar 3,2% hingga 3,5%

Jakarta, IDN Times - Sejumlah perbankan nasional masih mengalami tingginya biaya dana, yang turut berdampak pada penurunan laba yang terjadi di sejumlah bank.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mahalnya biaya dana atau cost of fund di satu sisi dan rendahnya pertumbuhan pendapatan bunga di sisi yang lain telah menjadi tekanan terhadap laba sejumlah bank tersebut.

1. Perbankan masih berebut dana murah

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan, Dian Ediana Rae. (Dok/Screenshot Youtube OJK).

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menilai perbankan masih harus berebut dana murah untuk dapat memperbaiki struktur biaya dana mereka. Problemnya, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) secara nasional pun sulit mengejar pertumbuhan kredit yang masih double-digit.

"Pertumbuhan DPK yang lebih rendah dibandingkan kredit, mencerminkan kebutuhan ekspansi usaha yang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan menyimpan dana yang coba mencerminkan normalisasi dunia usaha,” jelas Ediana.

2. DPK industri perbankan sentuh Rp8.720 triliun per September

ilustrasi ekonomi (IDN Times)

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan DPK industri perbankan nasional per September 2024  sebesar 7,04 persen yoy menjadi Rp8.720 triliun.

"Kemudian penyaluran kredit perbankan meningkat 10,85 persen yoy menjadi Rp7.579 triliun pada periode yang sama," tegasnya.

3. DPK BTN masih berpotensi tumbuh di akhir tahun

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk sukses mencatatkan pertumbuhan aset positif ditopang kinerja bisnis yang melesat. (dok. BTN)

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, pertumbuhan DPK BTN masih berpotensi tumbuh di atas industri hingga akhir tahun.

"BTN juga menjadi bank yang terus berupaya memperbaiki struktur pendanaannya agar bisa semakin meningkatkan dana murah dan memperbaiki marginnya,” tuturnya.

DPK BTN mampu mencapai 16,4 persen secara tahunan menjadi Rp373,8 triliun hingga Agustus 2024. Terlebih lagi, kata Nixon, BTN mengemban tugas sebagai bank pelaksana penyaluran KPR subsidi, yang suku bunganya dipatok maksimal di level 5 persen untuk program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Dengan mayoritas portofolio disalurkan untuk KPR subsdi, kata Nixon, BTN tidak bisa serta-merta menaikkan suku bunga kredit untuk mengkompensasi kenaikan biaya dana.

“Artinya NIM BTN tidak akan sampai di atas 4 persen atau bahkan 5 persen karena suku bunga FLPP itu dipatok di maksimal 5 persen,” ujarnya.

4. BTN pakai strategi genjot transformasi digital

BTN Mobile menjadi pelopor digitalisasi KPR di Indonesia dengan menghadirkan fitur Cari Properti yang terintegrasi langsung dengan berbagai layanan mortgage. (dok. BTN)

Lebih lanjut Nixon mengatakan, dengan suku bunga yang sudah dibatasi, NIM BTN akan berada di sekitar 3,2 persen hingga 3,5 persen. Meski begitu, katanya, BTN tidak tinggal diam untuk meningkatkan perolehan dana murahnya.

Salah satu langkah yang diambil yaitu melakukan transformasi digital melalui pengembangan aplikasi BTN Mobile yang dalam kurun waktu satu tahun mampu menarik dua juta pengguna, dengan jumlah transaksi yang mencapai tiga juta per harinya.

Menurut Nixon, perkembangan di dunia digital memang luar biasa dan BTN sebelumnya tidak pernah mengalami hal seperti ini. Nixon mengatakan, hal yang membenakan BTN dengan bank-bank BUMN lainnya adalah, BTN Mobile fokus pada konten KPR

“Yang lebih menarik lagi, hari ini sudah banyak pembelian rumah yang dilakukan secara online. Tahun lalu, transaksi pembelian rumah secara online nilainya sudah mencapai triliunan rupiah,” pungkas Nixon.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us