Bos WEF Peringatkan Tiga Potensi Gelembung di Ekonomi Dunia

- WEF soroti risiko dari kripto, AI, dan utang global. Presiden WEF, Borge Brende mengingatkan tiga potensi gelembung besar di ekonomi dunia.
- AI bisa dorong produktivitas, tapi juga ancaman bagi tenaga kerja. Teknologi dapat menggantikan pekerja kantoran dan berdampak pada struktur pekerjaan.
Jakarta, IDN Times – Presiden World Economic Forum (WEF), Borge Brende, memperingatkan adanya tiga potensi gelembung (bubble) di pasar keuangan global yang perlu diwaspadai dunia. Hal itu ia sampaikan di tengah penurunan tajam saham-saham teknologi dunia yang memicu kekhawatiran para pelaku pasar.
Menurut para analis dan pialang saham (brokers), penurunan tersebut belum mengindikasikan krisis besar, tetapi menjadi sinyal kehati-hatian karena valuasi beberapa sektor dinilai sudah terlalu tinggi setelah menyentuh rekor baru dalam beberapa bulan terakhir.
1. WEF soroti risiko dari kripto, AI, dan utang global

Dalam pernyataannya di São Paulo, Brasil, Brende mengatakan, ekonomi dunia sedang menghadapi tiga potensi gelembung besar.
“Kita mungkin akan melihat gelembung di masa depan. Satu adalah gelembung kripto, kedua adalah gelembung AI, dan yang ketiga adalah gelembung utang,” kata Brende, dilansir Yahoo Finance.
Ia menambahkan, pemerintah belum pernah memiliki utang sebesar ini sejak 1945. Komentar tersebut datang di saat kekhawatiran atas suku bunga tinggi, inflasi yang masih membandel, dan ketegangan perdagangan justru diabaikan pasar.
Banyak investor masih optimistis karena kemajuan AI dianggap mampu mentransformasi perekonomian dan dunia usaha.
2. AI bisa dorong produktivitas, tapi juga ancaman bagi tenaga kerja

Menurut Brende, akal imitasi (artificial intelligence atau AI) berpotensi mendorong lonjakan besar dalam produktivitas global. Namun di sisi lain, ia juga memperingatkan dampaknya terhadap lapangan pekerjaan, khususnya bagi pekerja kantoran.
“Yang bisa terjadi—dalam skenario terburuk—adalah munculnya ‘Rust Belt' di kota-kota besar yang memiliki banyak kantor dengan pekerja kerah putih (white-collar workers) yang bisa lebih mudah digantikan oleh AI dan peningkatan produktivitas,” ujar Brende, dilansir US News Money.
Ia mencontohkan, pemangkasan tenaga kerja di sejumlah perusahaan besar seperti Amazon dan Nestlé sebagai indikasi awal dampak transformasi teknologi tersebut terhadap struktur pekerjaan.
3. Perubahan teknologi bisa bawa kemakmuran jika dikelola baik

Meski mengakui adanya risiko sosial dan ekonomi, Brende menekankan, sejarah menunjukkan kemajuan teknologi pada akhirnya membawa manfaat besar bagi masyarakat.
“Kita juga tahu dari sejarah bahwa perubahan teknologi dari waktu ke waktu menghasilkan peningkatan produktivitas, dan produktivitas adalah satu-satunya cara untuk meningkatkan kemakmuran,” ujarnya.
“Dengan begitu, Anda bisa membayar gaji yang lebih baik, dan masyarakat pun akan menjadi lebih makmur,” tambahnya.



















