BYD Bangun Kantor Pusat dan Pusat Riset di Hungaria

- BYD membangun kantor pusat dan pusat riset Eropa di Budapest, Hungaria.
- Proyek ini menciptakan 2.000 lapangan kerja bernilai tinggi dan melibatkan investasi hampir 250 juta euro.
Jakarta, IDN Times – BYD resmi membangun kantor pusat dan pusat riset (R&D) Eropa di Budapest, Hungaria, sebagai bagian dari ekspansi besar-besaran ke pasar Eropa. Perusahaan kendaraan energi baru asal China itu menandatangani perjanjian kerja sama strategis dengan pemerintah Hungaria pada 15 Mei 2025.
Penandatanganan berlangsung di hadapan Perdana Menteri Viktor Orban dan Chairman BYD Wang Chuanfu.
Kantor pusat yang berlokasi di distrik ke-11 Budapest, tepat di tepi Sungai Danube, akan menjadi pusat layanan penjualan, purnajual, sertifikasi kendaraan, serta desain dan pengembangan fitur lokal. Proyek ini diperkirakan menciptakan sekitar 2.000 lapangan kerja bernilai tinggi. Lokasinya yang strategis dekat dengan klaster industri dan jalur transportasi utama turut mendukung efisiensi operasional BYD.
Di sisi teknologi, BYD juga meluncurkan dua proyek R&D skala besar di Budapest. Salah satunya senilai 105,1 juta euro untuk mengembangkan sistem berkendara berbasis AI, dan satu lagi senilai 141 juta euro untuk teknologi powertrain kendaraan listrik, dikutip dari HIPA, Minggu (18/5/2025).
1. BYD gandeng universitas dan perusahaan lokal untuk riset teknologi baru

Kedua proyek R&D itu difokuskan pada teknologi bantuan mengemudi cerdas dan elektrifikasi kendaraan generasi berikutnya. Sistem AI yang dikembangkan akan memungkinkan mobil belajar secara mandiri dari data berkendara waktu nyata. Sementara itu, teknologi powertrain yang ditingkatkan ditujukan untuk memperkuat performa dan efisiensi energi mobil listrik BYD.
Total investasi hampir 250 juta euro ini juga melibatkan kerja sama dengan minimal tiga universitas di Hungaria. BYD berkomitmen mendaftarkan setidaknya 50 persen paten hasil riset tersebut secara lokal. Perusahaan juga bekerja dengan berbagai pemasok dan pelaku industri Hungaria guna memperkuat rantai industri kendaraan energi baru secara menyeluruh.
Fasilitas R&D ini melengkapi jaringan infrastruktur BYD yang sudah lebih dulu dibangun di Hungaria. Sejak 2016, BYD telah memiliki pabrik perakitan bus listrik di kota Komarom. Langkah ini menunjukkan konsistensi perusahaan dalam mengembangkan kapabilitas lokal Eropa secara menyeluruh.
2. Pabrik mobil listrik BYD di Szeged siap serap ribuan tenaga kerja

Pada Desember 2023, BYD mengumumkan pendirian pabrik mobil penumpang di Szeged yang dibangun secara bertahap. Pabrik ini merupakan fasilitas produksi mobil pertama BYD di benua Eropa dan diproyeksikan menciptakan ribuan lapangan kerja. Sebulan setelahnya, perusahaan juga meneken kesepakatan pra-pembelian lahan dengan pemerintah Szeged.
Sesama masa transisi, BYD tetap mengekspor kendaraan listrik dari China ke Hungaria. Pada Februari 2025, BYD merilis model SUV Sealion 07 yang diberi nama lokal Sealion 7. Model lain yang sudah beredar di pasar Hungaria meliputi Atto 3 (Yuan Plus di China), Dolphin, Seal, Seal U (Song Plus EV), dan Tang, dikutip dari CnEV Post, Minggu (18/5/2025).
PM Viktor Orban menggarisbawahi pentingnya kerja sama teknologi lintas negara.
“Kami tidak bisa berhasil sendirian. Hanya kerja sama Hongaria–China yang bisa membuat kami kompetitif,” kata Orban, dikutip dari Global Times, Minggu (18/5/2025).
3. Ekspansi produsen EV China melaju pesat di Eropa meski dihantam tarif

China menjadikan Eropa sebagai pasar utama untuk ekspansi kendaraan listrik. Selain BYD, produsen EV Xiaopeng juga meluncurkan tiga model listrik di benua tersebut. Perusahaan itu menganggap Eropa sebagai pasar EV paling penting di luar China, dan berencana merilis beberapa model baru dalam tiga tahun ke depan.
CEO Xiaopeng, He Xiaopeng menyebut, perusahaannya ingin dikenal sebagai merek global menengah ke atas. Ia menekankan pentingnya membangun layanan lokal yang mendalam, termasuk fasilitas R&D dan manufaktur di berbagai kawasan.
Di sisi perdagangan, China dan Uni Eropa menggelar pertemuan kelompok kerja keuangan selama dua hari di Brussel. Pertemuan ini membahas akses pasar dan penguatan kerja sama, namun ketegangan tetap terasa setelah keputusan UE pada Oktober 2024 menaikkan tarif mobil listrik China hingga 45,3 persen. Tarif tambahan ini bervariasi, dari 7,8 persen untuk Tesla hingga 35,3 persen untuk SAIC, di luar bea impor standar sebesar 10 persen.
Juru bicara Kementerian Perdagangan China, He Yadong, menyampaikan posisi negaranya soal dinamika tarif tersebut.
“Tim teknis dari China dan UE tetap menjalin komunikasi erat terkait harga EV dan kerja sama dagang,” kata He Yadong.