Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Sri Mulyani Menabung Pas Kuliah, Rp15 Ribu per Bulan

Menteri Keuangan, Sri Mulyani (IDN Times/Ilman Nafi'an)
Menteri Keuangan, Sri Mulyani (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, menceritakan pengalamannya menabung ketika masih kuliah di Universitas Indonesia (UI) pada medio 1980-an.

Menabung menjadi satu-satunya metode investasi yang bisa dilakukan saat itu mengingat teknologi masih belum berkembang pesat seperti sekarang.

"Saya mahasiswa kos-kosan, uang saku hanya Rp15 ribu per bulan. Kalau dapat dari Kantor Pos bukan ditransfer (ke) mobile bankin, di UI Salemba depannya ada Kantor Pos, ambil di sana, masuk tabungan di lemari, di bawah koran tempat baju saya," kata Sri Mulyani dalam pidatonya di acara Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like It) 2023 di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (14/8/2023).

1. Tantangan transaksi keuangan sangat berat saat itu

Ilustrasi transaksi keuangan (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi transaksi keuangan (IDN Times/Arief Rahmat)

Sri Mulyani menambahkan, saat itu dia menghadapi tantangan transaksi dan akses keuangan yang cukup berat dibandingkan sekarang.

Hal itu lantaran uangnya masih banyak berbentuk fisik sehingga dapat dilihat jumlah dan besarannya ketika digunakan.

Sementara itu, tabungan anak muda kini hanya berbentuk nominal. Selain itu, transaksi yang terjadi pun lebih mudah melalui bantuan sistem digital dan elektronik.

"Jadi gak tahu juga tiba-tiba sisa berapa. Kalau dulu kita uangnya fisik, bisa dilihat. Buat naik bemo berapa, makan siang berapa, sisa berapa. Jadi konteksnya beda, Anda bisa investasi macam-macam," kata Sri Mulyani.

2. Literasi keuangan adalah hal penting

ilustrasi literasi keuangan (Pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi literasi keuangan (Pexels.com/Mikhail Nilov)

Oleh karena itu, Bendahara Negara tersebut mengingatkan tentang literasi keuangan sangat penting agar generasi muda bisa menjaga kesehatan finansialnya.

Caranya dengan mengukur setiap transaksi yang dilakukan hingga berinvestasi pada tempat-tempat menguntungkan.

"Setiap generasi punya peran penting memperjuangkan, membangun, mengusahakan, dan membiayai pembangunan karena setiap kita, semua kondisi, ekonominya mungkin berbeda-beda, tetapi untuk pembangunan berkelanjutan dibutuhkan pembiayaan dan juga dibutuhkan sektor keuangan yang stabil serta dalam," tutur Sri Mulyani.

3. Target Literasi Keuangan 2023

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa dalam acara Fortune Indonesia Summit 2022 pada Rabu (18/5/2022). (IDN Times/Herka Yanis)
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa dalam acara Fortune Indonesia Summit 2022 pada Rabu (18/5/2022). (IDN Times/Herka Yanis)

Diberitakan, Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, menyampaikan bahwa pada 2022 lalu indeks literasi keuangan masyarakat di Indonesia baru mencapai 49,68 persen. Sementara itu, indeks inklusi keuangan mencapai 85,10 persen.

"Jadi banyak yang tahu, tapi yang ngerti masih sedikit, lebih sedikit dibanding yang tahu. Tahun 2023 ditargetkan indeks literasi keuangan dapat meningkat menjadi 53 persen dan inklusi keuangan sebesar 88 persen. Dari angka 2022 dan 2023 tersebut masih ada gap yang perlu diseimbabgkan antara inklusi dan literasi," ujar Purbaya.

Purbaya menambahkan, pada satu sisi penetrasi produk dan jasa keuangan telah berkembang cukup pesat. Namun, di sisi lain pemahaman atas risiko-risiko yang menyertai belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat.

"Jadi, nanti investor harus lebih aktif. Kalau gak ngerti tanya ke regulator kalau regulatornya gak bisa, minta mereka buat sarana bagi Anda untuk belajar supaya Anda mengerti betul apa yang Anda investasikan," tutur dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ridwan Aji Pitoko
EditorRidwan Aji Pitoko
Follow Us