China Masih Jadi Sumber Defisit Dagang Terdalam RI di Semester I-2025

- Defisit dengan China didominasi komoditas industri berat, seperti mesin dan peralatan mekanis, serta kendaraan.
- Australia dan Brasil juga tekan neraca dagang, dengan Australia menjadi negara penyumbang defisit terbesar kedua.
- Indonesia surplus 62 bulan secara keseluruhan, dengan surplus berasal dari sektor nonmigas sebesar 28,31 miliar dolar AS.
Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat China masih menjadi negara dengan defisit neraca perdagangan nonmigas terdalam bagi Indonesia pada semester I-2025.
Selama Januari hingga Juni, ekspor Indonesia ke Negeri Tirai Bambu tercatat sebesar 29,31 miliar dolar AS, sementara impornya mencapai 40 miliar dolar AS. Selisih antara keduanya membuat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 10,69 miliar dolar AS.
"Negara penyumbang defisit terdalam pada kelompok nonmigas adalah Tiongkok sebesar minus 10,69 miliar dolar AS," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Jumat (1/8/2025).
1. Defisit dengan China didominasi komoditas industri berat

Defisit perdagangan dengan China disumbang terutama oleh tingginya impor mesin dan peralatan mekanis, mesin, dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan.
Ketiga komoditas tersebut masing-masing menyumbang defisit sebesar 9,15 miliar dolar AS, 8,09 miliar dolar AS, dan 2,18 miliar dolar AS. Komoditas-komoditas itu mendominasi impor Indonesia dari China selama enam bulan pertama tahun ini.
"Mesin dan peralatan mekanis merupakan komoditas dengan penambahan nilai impor tertinggi dari Tiongkok secara c-to-c (kumulatif), yaitu naik 1,30 miliar dolar AS," sebutnya.
2. Australia dan Brasil juga tekan neraca dagang

Australia menjadi negara penyumbang defisit terbesar kedua dengan selisih perdagangan sebesar 2,39 miliar dolar AS. Impor Indonesia dari Australia didominasi serealia, bahan bakar mineral, dan logam mulia serta perhiasan.
Sementara itu, Brasil menyumbang defisit sebesar 0,83 miliar dolar AS, terutama dari produk ampas industri makanan, gula dan kembang gula, serta kapas.
3. Indonesia surplus 62 bulan beruntun

Neraca perdagangan Indonesia Januari-Juni 2025 mengalami surplus sebesar 19,48 miliar dolar AS. Surplus berasal dari sektor nonmigas sebesar 28,31 miliar dolar AS, sementara sektor migas mengalami defisit 8,83 miliar dolar AS.
"Neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 62 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujarnya.
BPS mencatat nilai ekspor Indonesia selama Januari-Juni 2025 mencapai 135,41 miliar dolar AS atau naik 7,70 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, nilai impor Indonesia pada periode Januari-Juni 2025 tercatat sebesar 115,94 miliar dolar AS, meningkat 5,25 persen dibandingkan periode yang sama 2024.