Daftar Lokasi Potensial di RI untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

- Pemerintah mengkaji potensi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di beberapa wilayah Indonesia.
- Lokasi tapak PLTN dikategorikan dalam 3 klasifikasi: preferred site, preferred and evaluated site, dan potential site.
- BRIN, BAPETEN, dan Kementerian ESDM terlibat dalam pengembangan PLTN untuk memastikan keselamatan nuklir dan sumber daya manusia.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah terus mengkaji potensi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di beberapa wilayah di Indonesia. Setidaknya terdapat beberapa lokasi strategis yang diusulkan untuk pembangunan PLTN.
Lokasi-lokasi tersebut dikategorikan dalam tiga klasifikasi, yaitu preferred site (tapak yang diutamakan), peeferred and evaluated site (tapak yang diutamakan dan telah dievaluasi), serta potential site (tapak potensial).
Lokasi yang termasuk dalam kategori preferred site adalah Banten. Sementara kategori preferred site and evaluated site mencakup Bangka di Provinsi Bangka Belitung dan Muria di Jepara-Jawa Tengah. Lalu, yang masuk dalam kategori potential site ada di Batam, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
"Ini beberapa tapak potensial yang bisa digunakan untuk membangun PLTN, di antaranya ada di Batam, ada di Muria, di NTB, di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan sebagainya," Kata peneliti dari Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tulis Jojok Suryono dalam diskusi yang ditayangkan secara daring, Kamis (10/10/2024).
1. Pantai Gosong di Kalimantan Barat dinilai sangat potensial

Dia mengungkapkan sejumlah daerah di Kalimantan Barat menunjukkan minat yang besar terhadap pembangunan PLTN di wilayah mereka. Hasil eksplorasi di beberapa lokasi, seperti Pantai Gosong, menunjukkan potensi yang sangat baik.
"Kita juga sudah mengeksplor di tempat di situ, misalnya di Pantai Gosong, kayaknya lokasinya sangat potensial untuk pembangunan PLTN di situ," tuturnya.
Dia juga menjelaskan, wilayah terpencil seperti itu lebih cocok untuk pengembangan reaktor tipe Small Modular Reactor (SMR), mengingat karakteristik lokasinya yang terpencil dan kondisi geografisnya yang mendukung.
"Kalau di tempat-tempat seperti di remote sepatu itu, kita lebih cocoknya untuk tipe model reaktor yang Small Modular Reactor atau SMR," sebutnya.
2. Pengembangan PLTN melibatkan berbagai lembaga

Dalam pengembangan PLTN di Indonesia, BRIN berperan dalam memastikan keselamatan nuklir, melibatkan pemangku kepentingan melalui program sosialisasi, pemilihan lokasi, pengelolaan siklus bahan bakar, serta penanganan limbah radioaktif dan perlindungan lingkungan.
Sementara itu, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) mengawasi keselamatan nuklir dari aspek kerangka hukum, regulasi, perlindungan radiasi, serta kesiapsiagaan darurat dan keamanan fisik.
Di pihak lain, Kementerian ESDM bersama industri dan universitas terkemuka seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), serta Politeknik Nuklir, memimpin pengelolaan posisi nasional, pembiayaan, pengembangan sumber daya manusia, serta keterlibatan industri.
Mereka juga bertanggung jawab atas jaringan listrik, perlindungan lingkungan, serta pengadaan kebutuhan terkait pembangunan PLTN.
3. Indonesia punya cadangan uranium di berbagai wilayah

Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan PLTN dengan cadangan uranium yang tersebar di berbagai wilayah. Berdasarkan data, beberapa daerah yang memiliki potensi cadangan uranium signifikan meliputi Kalan, Melawi, Kalimantan Barat.
"Pada waktu itu kita juga sering eksplorasi di sana dan sekarang kayaknya aktivitas tersebut agak berhenti. Jadi sebenarnya kalau untuk potensi uranium kita bisa menggunakan nambang yang ada di Kalan tersebut dan juga beberapa tempat di Indonesia tersebut," tuturnya.
Cadangan uranium juga ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kabupaten Mamuju di Sulawesi Barat, Sibolga di Sumatera Utara, dan Biak di Papua.
Menurut perhitungan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), total potensi uranium di Indonesia diperkirakan mencapai 7.000 ton. Cadangan ini berpotensi menjadi sumber energi strategis untuk mendukung pengembangan teknologi nuklir.