Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Daftar Orang Kaya Pemilik Mal di Jakarta

Ilustrasi Plaza Indonesia (dok. Plaza Indonesia Realty)
Intinya sih...
  • Mal mewah di Jakarta dimiliki oleh konglomerat dan orang terkaya Indonesia
  • Grand Indonesia, Pondok Indah Mall, dan Plaza Indonesia merupakan mal yang dimiliki oleh konglomerat ternama

Jakarta, IDN Times - Banyak mal di Jakarta ternyata dimiliki oleh orang-orang kaya Indonesia. Kepemilikan mal tersebut dilakukan lewat perusahaan-perusahaan properti yang mereka dirikan.

Dalam catatan IDN Times, beberapa mal di Jakarta dimiliki oleh pengusaha properti kenamaan yang juga masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia.

Berikut daftar orang kaya pemilik mal di Jakarta yang berhasil dihimpun oleh IDN Times:

1. Hartono Bersaudara

Michael Hartono (Dok.Forbes)

Masyarakat Jakarta dan sekitarnya mungkin menyangka Grand Indonesia atau kerap disingkat GI hanya sebuah mal atau pusat perbelanjaan. Namun, Grand Indonesia justru lebih dari itu, karena merupakan sebuah kompleks multiguna komersial yang memiliki luas area lebih dari 200 ribu meter persegi.

Sebutan kompleks multiguna komersial yang disematkan pada Grand Indonesia tidak terlepas dari keberadaan mal premium, perkantoran, dan hotel di dalamnya.

Mengutip situs resminya, Grand Indonesia yang terletak di jantung Kota Jakarta atau tepatnya di Bundaran Hotel Indonesia (HI) merupakan pengembangan terintegrasi yang terdiri dari Mal Grand Indonesia, Menara BCA, Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, dan Kempinski Private Residences.

Grand Indonesia adalah mal premium yang menawarkan pengalaman belanja Internasional dan berbagai pilihan fashion, restoran, dan hiburan. Grand Indonesia terdiri dari East Mall dan West Mall yang dihubungkan oleh skybridge dengan luas total 263.226 meter persegi dan kurang lebih 140 ribu meter persegi area yang dapat disewakan.

West Mall dibuka untuk umum pada April 2007 dan diikuti oleh East Mall pada Agustus 2007. West Mall memiliki 9 lantai, sedangkan East Mall terdiri atas 8 lantai dan skybridge memiliki 5 lantai.

Kehadiran kompleks Grand Indonesia tidak bisa dipisahkan dari Hotel Indonesia yang lokasinya saling tumpang tindih atau berdekatan. Hotel Indonesia sendiri merupakan hotel bersejarah lantaran dibangun dan diresmikan oleh Presiden RI pertama, Sukarno pada 1962 silam.

Pembangunan Hotel Indonesia diinisiasi oleh Sukarno untuk menampung para atlet dan wisatawan yang datang ke Indonesia dalam rangka Asian Games 1962. Maka dari itu, Hotel Indonesia jadi salah satu hotel bintang lima pertama dan tertua di republik ini.

Lantaran nilai sejarahnya yang tinggi, pemerintah sempat menjadikannya sebagai cagar budaya pada 1993. Namun, seiring waktu berjalan, Hotel Indonesia dimiliki Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Hotel Indonesia Natour.

Selang 11 tahun kemudian atau tepatnya pada 2004, terjadi peralihan pengurus dari BUMN tersebut kepada pihak swasta, yakni PT Grand Indonesia.

PT Grand Indonesia sendiri dimiliki oleh konglomerat sekaligus pemilik jenama rokok Djarum dan pemilik BCA, Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono alias Hartono Bersaudara.

Peralihan pemilik itu terjadi dalam skema BOT (Build, Operate, & Transfer) selama 30 tahun. Djarum melalui PT Grand Indonesia memiliki kewajiban mengembangkan kompleks Grand Indonesia, termasuk membayar kompensasi tahunan kepada PT Hotel Indonesia Natour sebesar Rp355 miliar pada 30 tahun pertama.

Setelah resmi dimiliki oleh Hartono Bersaudara, jadilah Grand Indonesia atau GI yang kita lihat seperti sekarang ini.

2. Murdaya Poo

Murdaya Poo (kanan) saat mengundurkan diri sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Golf Indonesia (PB PGI) pada 2022. (ANTARA/Muhammad Ramdan)

Mal Pondok Indah atau sering disebut PIM (Pondok Indah Mall) adalah salah satu mal pertama di DKI Jakarta. Mal itu dibangun oleh PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI).

MKPI adalah perusahaan milik Murdaya Widyawimarta Poo. Dilansir RTI, Murdaya Poo saat ini masih menjabat sebagai Komisaris MKPI. Ketiga anak Murdaya Poo juga menduduki posisi sebagai komisaris MKPI, yakni Prajna Murdaya, Karuna Murdaya, dan Metta Murdaya.

PIM dikembangkan MKPI bersama dengan perumahan elite Pondok Indah. Mal itu dibangun pada 1991. Pembangunan PIM mendorong pembangunan di berbagai wilayah di Ibu Kota.

PIM merupakan salah satu mal terbesar di Indonesia. Pusat perbelanjaan ini memiliki luas 103 meter persegi, yang terdiri dari PIM 1, PIM 2, PIM 3, dan Street Gallery.

Murdaya, konglomerat asal Blitar, Jawa Timur lahir pada 12 Januari 1946. Murdaya adalah mantan politikus, dan pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada periode 2004-2009.

Murdaya merupakan pendiri Central Cipta Murdaya (CCM) Group. Dikutip dari situs ECC, CCM bergerak pada industri properti, manufaktur, ritel, teknologi informasi, konstruksi, perkebunan kelapa sait, dan juga industri kayu.

CCM yang berdiri sejak 1984 kini telah memiliki lebih dari 50 anak usaha. Murdaya Poo juga sosok yang mendirikan Jakarta International Expo (JIEXPO).

Kesuksesannya di dunia bisnis tak diraihnya secara instan. Bahkan, Poo harus melalui perjuangan sebagai penjual koran di masa mudanya. Dia pun mengepakkan sayapnya ke bisnis kontraktor dengan mendirikan CCM.

Dilansir Forbes, Murdaya tercatat memiliki harta kekayaan senilai 1,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau setara Rp18,94 triliun (kurs Rp15.786 per dolar AS). Dia sempat menduduki peringkat ke-37 dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes 2023.

3. Alexander Tedja

Alexander Tedja, pengusaha properti terkaya pemilik Pakuwon Group (pakuwonjati.com)

Alexander Tedja merupakan orang di balik suksesnya Pakuwon Jati atau Pakuwon Group, bisnis pengembang properti ternama di Indonesia. Ia merintis bisnisnya itu pada 1982 dan mulai go public pada 1989.

Pakuwon Group dikenal sebagai pengembang mixed-use yang menggabungkan hotel, mal, kondominium, hingga perkantoran. Bisnisnya itu mengantarkan Alexander menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia 2022 versi Forbes. Alexander Tedja tercatat memiliki kekayaan senilai 1,2 miliar dolar AS.

Alexander Tedja merupakan pengusaha yang lahir di Medan, 22 September 1945. Ia dikenal sebagai konglomerat properti di Indonesia melalui gurita bisnisnya, Pakuwon Group.

Ia menikah dengan Melinda Tedja dan memiliki empat anak. Anak pertamanya, Eiffel Tedja dan anak kedua, Irene Tedja kemudian masuk dalam jajaran direksi di Pakuwon Group.

Alexander Tedja sendiri sudah memulai bisnisnya sejak tahun 1972. Namun, saat itu bisnisnya lebih ke bidang perfilman dan bioskop. Baru pada 1982, ia mulai merambah ke bisnis properti dan mal.

Adapun daftar mal di Jakarta yang dimiliki oleh Alexander Tedja lewat Pakuwon Group, yakni Gandaria City, Kota Kasablanka, dan Blok M Plaza.

4. Franky Oesman Widjaja

Komisaris Utama Plaza Indonesia Realty, Franky Oesman Widjaja (dok. Plaza Indonesia Realty)

Salah satu mal mewah lain di Jakarta adalah Plaza Indonesia. Plaza Indonesia merupakan sebuah properti yang dimiliki oleh PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN). Mengutip situs resminya, Plaza Indonesia Realty adalah perusahaan yang berdiri sejak 1983 tersebut membidik celah pasar dengan membangun properti prestisius di lokasi premium.

PLIN awalnya bernama PT Bimantara Eka Santoso, yang didirikan PT Bimantara Siti Wisesa, Eka Tjipta Widjaja, dan Ferry Teguh Santosa. Namun, perusahaan ini berganti nama di tahun yang sama.

Plaza Indonesia Realty telah menjadi sebuah perusahaan publik atau terbuka sejak 15 Juni 1992. Mengutip data dari RTI Business, jumlah saham Plaza Indonesia Realty yang tersebar sampai saat ini sebanyak 3,55 miliar lembar saham.

Adapun komposisi kepemilikan saham PLIN sebesar 96,61 persen atau 3,43 miliar lembar saham dimiliki oleh pemegang saham pengendali, yakni PT Plaza Indonesia Investama dan dikelola langsung oleh Franky Oesman Widjaja dari Sinarmas Group, generasi kedua dari konglomerat Eka Tjipta Widjaja.

Sementara itu, sebesar 2,41 persen atau 85,53 juta lembar saham dimiliki masyarakat nonwarkat, sebesar 20,55 juta lembar saham atau 0,58 persen dimiliki masyarakat warkat, dan sebesar 0,40 persen atau 14,25 juta lembar saham treasury.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jumawan Syahrudin
Jujuk Ernawati
Jumawan Syahrudin
EditorJumawan Syahrudin
Follow Us