Danantara, Jurus Prabowo Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

- Presiden Prabowo membentuk Danantara untuk tingkatkan investasi dan capai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.
- Indonesia perlu mengoptimalkan aset BUMN karena efisiensi investasi rendah dan angka ICOR tinggi.
- Aset BUMN Indonesia melebihi BUMN Singapura, dengan potensi Rp16 ribu triliun untuk dioptimalkan.
Jakarta, IDN Times - Ketua Tim Pakar dan Inisiator Danantara, Burhanuddin Abdullah, membeberkan alasan Presiden Prabowo Subianto membentuk badan baru tersebut.
Burhanuddin mengatakan, Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) dibentuk untuk meningkatkan investasi di Indonesia, termasuk kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Dengan cara itu, Prabowo berupaya mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen, dari yang selama ini rata-rata 5 persen.
“Jadi, keberadaan Danantara adalah satu prasyarat untuk mencoba mencari financing bagi pertumbuhan perekonomian kita,” kata Burhanuddin dalam Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (5/2/2025).
1. Aset BUMN bisa dioptimalkan untuk genjot investasi

Dia mengatakan, untuk meningkatkan kinerja investasi di Indonesia, tak bisa mengandalkan investasi asing. Apalagi, menurutnya Indonesia bukanlah negara tujuan utama bagi investor asing untuk menanamkan modalnya.
“Efisiensi investasi di negeri ini sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan angka ICOR, Incremental Capital Output Ratio, yang kata beberapa pengamat berkisar sekitar 6,5 sampai 6,7, katakan 6,5. Kalau ICOR kita 6,5, maka setiap tambahan pertumbuhan 1 persen dari PDB, kita memerlukan 6,5 persen dari PDB itu,” ucap Burhanuddin.
Oleh sebab itu, Prabowo berupaya mencari sumber peningkatan investasi, dengan mengoptimalkan aset yang dimiliki negara, yakni dari BUMN.
“Karena itulah maka kemudian dipikirkan bagaimana cara untuk mengkonsolidasikan BUMN ini dan sudah kemudian bisa me-leverage-nya nanti di dalam pasar pinjaman, di dalam pasar investasi, di dalam pasar pengelolaan dari BUMN itu sendiri,” tutur Burhanuddin.
2. Aset BUMN RI lampaui Singapura

Menurut Burhanuddin, aset BUMN Indonesia sangat besar untuk dioptimalkan. Bahkan, menurutnya angkanya melebihi BUMN Singapura yang dikelola Temasek.
“Hitungan yang sangat kasar itu menunjukkan angka Rp16 ribu triliun, sekitar 1 triliun dolar AS, this is quiet big, satu jumlah yang cukup besar. Karena kalau kita bandingkan misalnya dengan Temasek dan GIC, itu dua lembaga yang dimiliki oleh Singapura sebagai sovereign wealth fund dan pengelola BUMN Singapura, itu antara 900 miliar dolar AS,” tutur dia.
3. Pertumbuhan ekonomi 8 persen dibutuhkan buat keluar dari jebakan pendapatan menengah

Secara keseluruhan, target pertumbuhan ekonomi 8 persen diperlukan agar Indonesia bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah alias middle income trap. Di bawah angka tersebut, maka Indonesia akan lebih lama berada di dalam middle income trap.
“Kalau kita tumbuh 6 persen, maka kita akan bisa keluar dari middle income trap, nyaris 100 tahun Indonesia yaitu pada 2041. Dan kalau kita bisa 7 persen, maka kita bisa keluar dari middle income trap pada 2038, itu rata-rata 7 persen. Jadi sesuatu yang sangat hitung-hitungannya sangat berat,” tutur Burhanuddin.
Dia mengatakan, keluar dari middle income trap akan meningkatkan kesejahteraan hidup bagi masyarakat Indonesia.
“Kita hanya berpendapatan menengah saja sampai nanti kita tua dan kita tetap belum kaya, maka tidak banyak yang bisa kita harapkan. Karena itulah maka kita perlu tumbuh lebih tinggi,” ujar Burhanuddin.